Huh...Aku bisa," ucap Seina menenangkan diri.
Seina tak ingin memperparah keadaan, untuk sekarang biarlah dirinya mengalah, anggap aja ujian bekal di hari Tua, karena Seina sadar ia juga akan menjadi mertua nantinya dan anaknya juga akan menikah kelak, ia berjanji pada diri sendiri agar kelak ia tak ingin menjadi seperti mertuanya, ia akan bersikap baik dan tak akan mempersulit jikalau nanti ia mendapatkan menantu yang baik dan bisa menerimanya layaknya seorang ibu kandung maka ia akan bersyukur namun jika sebaliknya maka bagi Seina asalkan sang menantu sayang dan mencintai anaknya dengan tulus, tak masalah jika ia harus menjaga jarak, karena Seina juga berharap kelak ia tak menyusahkan anak dan menantunya, itu sudah lebih dari cukup.
Terkadang Seina tertawa dan sedih di waktu bersamaan, harapannya dulu kelak saat menikah bisa berlaku baik dan menganggap orang tua dan keluarga sang suami layaknya keluarga sendiri, namun Seina harus tertampar kenyataan kini pupus sudah.
Ayah...Mas... Ayo bangun udah mau jam 7 nanti kamu kesiangan loh," ucap lembut Seina mengelus surai sang suami.
Hoooam.....masih ngantuk dek, bentar lagi ya lima menit lagi, Mas bakal bangun kok," Putra menguap dan menjawab dengan suara khas bangun tidur.
Hisss....nggak ada pokoknya harus bangun sekarang, lagian kamu lupa ya selain kamu harus berangkat kerja kamu harus nganter Riza sekolah, jadi ayo bangun atau mau aku guyur air..ia," jawab Seina sembari memberi ancaman.
Eh..eh...ya jangan atuh dek, masa Mas mau di guyur nggak like banget sih, ia ini Mas udah bangun.. Istri cantik Mas jangan marah lagi ya," Putra langsung bangun dan bergegas berlari ke kamar mandi.
Huh...padahal udah punya anak satu tapi tingkahnya masih aja sama, kadang aku sampe nggak habis pikir, Suami aku sadar nggak sih kalau tingkahnya udah kayak anak kucing minta di belai hihihi," ucap Seina bergumam pelan.
Mas kalau udah selesai langsung ke dapur aja, semua udah aku siapin kayak biasanya, baju dan tas kerja semua udah siap di atas kasur ya," ucap Seina sedikit berteriak.
Setelah sang Suami bangun kini tugas Seina membangunkan anak bujangnya yang sialnya sifatnya hampir sama persis seperti sang suami, memiliki sifat manja nggak ketulungan, kalau nggak dibangunin pasti bakal molor kalau pun bangun di jam mepet, namun Seina selalu merasa beruntung memiliki dua sosok pria yang sangat mencintai dan menunjukkan jika dirinya dibutuhkan, ia merasa beharga dan itu sedikit mengobati rasa sedih akan sikap sang Ibu mertua.
Sayang...bangun nak udah siang ini loh, nanti telat lagi ke sekolah ayah udah bangun dari tadi katanya mau di anterin ayah kan, jadi ayo bangun atau mau Ibu yang bantu mandiin," ucap Seina sembari duduk di tepi ranjang mencoba membangunkan Riza anaknya.
Ia Bu aku bangun...tapi masih ngantuk, cuma nggak mau juga di mandiin ibu entar kasur aku basah semua," jawab Riza meracau dengan mata tertutup.
Ya mangkanya ayo bangun buruan," jawab Seina sembari mendorong anaknya ke arah kamar mandi.
dan seperti biasa, Seina akan mengguyur wajah sang anak dengan air keran, dan selalu berhasil seketika Riza terbangun karena rasa menjalar seketika dinginnya air yang menyentuh kulit wajahnya.
Ibu....ih nggak like deh, aku kan kaget," gerutu Riza menunjukkan wajah cemberut.
Oh mau marah ya sama Ibu, padahal siapa tadi yang susah dibangunin, udah ah Ibu ngambek," jawab Seina dengan nada kesal di buat-buat.
eh..eh ya Ibu... jangan marah dong iya Riza yang salah ok, jadi maaf ya, nggak bakal di ulangi lagi, sekarang ibu senyum Riza nggak suka liat wajah Ibu cemberut," jawab Riza secepat kilat saat melihat wajah kesal sang Ibu.
Padahal Seina hanya bercanda namun ia tau Riza sangat menyayangi dirinya, ia sangat hafal perangai anaknya, meskipun suka ketus dan terlihat cuek namun sebenarnya ia sangat penyayang dan peduli sama orang lain.
Iya Ibu maafin, jadi sekarang buruan mandi jangan lama-lama, nanti ibu siapin seragam untuk dipakai hari ini, jadwal pelajaran udah di susun," jawab Seina sembari bertanya.
makasih Bu, udah semua mata pelajaran hari ini udah Riza siapkan dari semalam," jawab Riza semangat.
bagus..ini baru anak ibu, ya uda cepetan ibu tunggu di ruang makan ya, ibu tinggal ya," balas Seina menjawab setelah menyiapkan seragam anaknya Riza.
Disisi lain tanpa ada yang tau sang Ibu mertua sibuk di dapur, entah setan atau iblis mana yang merasuki, tingkah sang Ibu mertua semakin menjadi-jadi, tanpa rasa bersalah Ima membuang semua masakan yang baru aja di masak sang menantu dan kini ia sibuk memasak yang baru.
Dek...eh Ibu udah bangun lagi masak apa Bu? (bukannya tadi Seina bilang udah masak ya kok ini di atas meja kosong) ," lanjut Putra di dalam hati kebingungan.
Mas kenapa berdiri di sini, itu Mas...lah makanan yang aku masak tadi kok nggak ada, Mas abisin semua," Seina bertanya dengan raut wajah kebingungan.
Heh...Mas aja baru sampe, jadi Mas juga nggak tau," jawab Putra apa adanya.
Seina baru sadar jika ada Ibu mertua di dapur, ia sudah bisa menebak apa yang terjadi, Seina hanya menarik nafas lelah. Di saat Seina masih diam Putra tanpa aba-aba bertanya kepada sang Ibu.
Bu....Ibu dari tadi di sini, kata Seina tadi dia udah masak, ibu tau kemana semua makanan yang di atas meja," tanya Putra kepada sang Ibu.
Tanpa di duga dengan entengnya sang ibu menjawab.
Tau...tuh Ibu barusan buang, masa pagi-pagi kamu udah dikasih makanan kayak gitu, padahal Ibu tau banget mana mau kamu makan pagi dengan menu kayak gitu kan nggak sehat banget," jawab Bu Ima tanpa rasa bersalah.
Putra yanh mendapatkan jawaban dari sang Ibu sangay kaget, ia tak menyangka sikap Ibunya akan semakin keterlaluan, mungkin Ia selama ini berusaha menjaga sikap dan ucapannya namun kali ini udah sangat keterlaluan, bahkan dirinya sendiri saja bingung apa penyebab sang ibu berubah, mengapa sikap Ibunya begitu menjengkelkan, apa salah Seina kepada sang Ibu. Putra sudah tak tahan rasanya kali ini Putra harus lebih tegas ia sudah tak peduli jika sang Ibu menganggapnya sebagai anak durhaka, ia sudah cukup mengalah, ia sudah banyak mengorbankan perasaan sang istri.
BU....," ucap Putra dengan nada tinggi.
Namun belum sempat Putra melanjutkan ucapannya, lagi-lagi Seina menahan Putra, ia memberi kode agar sang Suami diam dan tak melanjutkan ucapannya, Seina tau sang suaminya sangat marah dan kecewa sekarang namun Ia juga tak ingin karena dirinya hubungan anak dan Ibu menjadi hancur, meski sejujurnya Seina sakit hati dan marah namun ia berusaha kuat, jika Seina ikut terpancing Emosi maka semua akan semakin sulit tuk di perbaiki.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments