Bu..Dek.. aku mohon kalian bisa nahan diri, aku tau Ibu cuma mau yang terbaik buat aku tapi Bu, aku sudah menentukan pilihanku Seina adalah istriku, wanita yang aku pilih sebagai pendamping hidup aku, lagi pula apa ibu nggak kasian sama Riza jika aku dan Seina berpisah! ibu nggak peduli sama perasaan cucu ibu sendiri! Coba pikirin lagi Bu. Putra mencoba menarik nafas panjang...dek aku tau kamu marah dan kecewa sama omongan ibu aku, aku benar-benar minta maaf atas nama ibu aku, Mas nggak mau kita pisah, Mas nggak mau jauh dari Riza, dan Mas cuma mau hidup sama kamu dan Riza bukan sama yang lain, jadi Mas mohon dek kamu bisa maafin ibu, lupain omongan ibu tadi ya," ucap Putra panjang lebar kepada Ibu dan Istrinya.
Riza yang sedari tadi diam menyaksikan pertengkaran sang ibu dan neneknya, kini berani bersuara, bahkan dengan tegas memarahi sang Nenek.
Bu aku nggak mau ibu pisah sama ayah, aku nggak mau cuma gegara keegoisan nenek ibu ikutan juga , lagian kenapa ibu harus mikirin omongan nenek yang ngejalanin semuanya itu ibu, Riza sama ayah, Nenek cuma orang luar nggak ada hak buat maksain kehendaknya, Riza juga nggak akan biarin ayah sama ibu pisah apalagi kalau sampe biarin ayah nikah lagi," ucap Riza penuh amarah.
Seina dan sang ibu mertua untuk sesaat terdiam, mereka tidak melanjutkan perdebatan sengit seperti sebelumnya. Seina cukup kaget dan tersadar ia sudah salah berucap, sedangkan sang Ibu mertua sangat kaget untuk pertama kalinya anaknya Putra berani bersuara dengan nada tinggi dan sedikit membentak, jujur Bu Ima sangat kaget.
akhirnya rencana makan malam menjadi berantakan, Ibu Ima yang kaget bercampur malu karena sudah dibentak oleh Putra memilih kembali ke kamar, sedangkan Seina hanya duduk terdiam di meja makan tanpa suara, Riza yang melihat raut wajah Ibunya tau jika sekarang kondisinya tidak baik, dan itu membuat Riza makin emosi dan membenci sang nenek.
Dek...maafin Mas ya, Mas tau sikap dan ucapan ibu kali ini sangat keterlaluan, tapi aku juga nggak bisa ngusir ibu dari rumah karena gimana juga dia ibu aku. Mas juga minta maaf kalau kamu merasa selama ini Mas nggak belain kamu malah sebaliknya tapi itu nggak bener dek, Mas harap kamu ngerti posisi Mas saat ini, nggak mudah bagi Mas Buat nentuin sikap," Putra mencoba memberikan pengertian kepada sang Istri.
namun bukan tenang Seina malah kembali emosi setelah mendengar ucapan sang suami.
kamu pengen aku ngertiin kamu Mas, apa masih kurang selama ini aku udah mencoba menahan diri dan bersabar, apa kamu kira selama sepuluh tahun kita berumah tangga aku nggak coba ngertiin posisi kami, apa aku nggak mencoba menjadi menantu sesuai keinginan ibu kamu, aku bahkan sampe menunda punya momongan lagi itu juga karena aku mencoba buat bikin ibu kamu suka sama aku, kamu tau saat aku hamil anak kita Riza, aku pikir sikap ibu kamu akan berubah tapi ternyata nggak, dan saat aku tanya ternyata alasannya ibu mau aku nunda kehamilan dulu sebab kamu masih harus menghidupi kedua adek kamu, dan ibu takut setelah kita punya anak kamu jadi nggak bisa ngasih uang bulanan lagi, tapi sampe sekarang apa hasilnya...ibu masih aja bersikap sama sangat terlihat ia membenci kehadiran aku, dan kamu masih bisa bilang aku harus mengerti posisi kamu, lalu siapa yang akan ngertiin posisi aku huh...siapa Mas, aku capek kalau emang nasib rumah tangga kita harus pisah aku udah ikhlas sangat ikhlas, walaupun aku tau aku bakalan menyakiti hati anak kita Riza," jawab panjang lebar Seina menggebu-gebu.
Di sisi lain Ima ibu mertua Seina tengah mengomel ia tak terima jika dirinya dibentak oleh anaknya, anak kandung yang ia lahir kan dan besarkan dengan susah payah kini berubah hanya karena membela seorang wanita yang kini berstatus istrinya, ada rasa iri dan marah di dalam benak Ima, ada rasa tak ikhlas melihat bagaimana sikap anaknya kepada sang istri. Tanpa sadar Ima kembali teringat kejadian yang hampir sama namun berbeda alur, ia termenung dan tanpa sadar air mata mengalir di kedua pipinya.
Flashback on.
Ima...kamu itu gimana sih masak masak ginian aja nggak becus, gimana mau jadi istri idaman, kasian anak aku kenapa bisa punya istri nggak becus kayak kamu sih," ucap kesal Bu Ratna mertua dari Bu Ima.
Ma...maaf bu, nanti Ima bakal nyoba buat yang baru, lagi pula ini pertama kali Ima buat menu masakan ini jadi wajar kan, kalau hasilnya nggak memuaskan," jawab Ima mencoba membela diri.
Apa kata kamu barusan, hebatnya...kamu berani menjawab ucapan saya, emang nasib sial anak aku kenapa bisa nikah sama kamu yang model nya kayak gini, lagian jangan nyari alasan kalau nyatanya kamu aja yang nggak pandai masak, masa masak ginian aja sampe gagal, kamu mau anak saya keracunan ia," umpat Bu Ratna murka.
Ima yang mendengar ucapan sang Ibu mertua sedikit tersentak, apa harus segitunya merendahkan dengan ucapan kasar, padahal tak ada yang salah dengan masakan yang ia masak sebenarnya, namun memang masakan yang ia masak sesuai selera sang suami bukan sang Ibu mertua, tanpa disadari keributan yang terjadi di dapur terdengar oleh seseorang dan dia adalah Usman, suami dari Bu Ima.
Ada apa ini kenapa aku denger kayak orang lagi ribut Bu..Dek..," ucap Usman membuat kaget Bu Ratna dan Bu Ima bersamaan.
Tanpa aba-aba Bu Ratna dengan menggebu-gebu menjawab pertanyaan dari Usman.
Nah kebetulan kamu datang nak, liat istri kamu ini masa ibu cuma nasehatin kalau masak ibu harus yang bener, jangan asal apalagi itu buat suami sendiri, udah sewajarnya dia masak makanan yang kamu suka tapi pas ibu mau ngasih saran kalau apa yang di masak itu kurang Pas, eh Ibu malah di bentak malah Istri kamu berani meninggikan nada bicaranya sama Ibu Nak, padahal niat ibu baik," ucap Bu Ratna dengan nada sedih dibuat-buat.
Usman yang mendengar penuturan sang ibu langsung kaget dan terpancing emosi, sekalipun benar ia mencintai sang istri tapi baginya pantang ada orang yang berani menyakiti apalagi membuat orang yang sudah melahirkan dan membesarkan bersedih, sehingga tanpa pikir panjang Usman melayangkan tamparan dan menatap tajam kepada sang istri sembari berucap kasar.
Plak....kenapa kamu berani ngomong kasar sama ibu aku Dek, apa kamu udah nggak menghargai aku sebagai suami kamu, aku udah berulang kali kan bilang sama kamu untuk bisa jaga sikap dan ucapan sama ibu aku, kenapa kamu sekarang malah berani buat ibu aku sedih kayak gini, kamu harusnya berterima kasih ibu mau ngajari kamu, itu artinya ibu sayang dan nerima kamu jadi menantu dirumah ini, sekarang aku nggak mau tau kamu harus minta maaf dan janji nggak akan mengulangi lagi," ucap Usman di penuh penekanan.
Ima yang mendapatkan tamparan keras di pipinya terdiam, ia tak menyangka akan mengalami hari ini, ia malu, marah, kesal, dan kecewa, ia tak menyangka sang suami akan tega bermain tangan padanya, bahkan tanpa bertanya atau mendengar penjelasan terlebih dahulu darinya.
Mas...Mas kamu nampar aku, tanpa kamu mencari tau kebenarannya, dan tanpa kamu tanya alasan aku berani ngomong kasar, kamu langsung percaya gitu aja sama apa yang di ucapkan Ibu kamu," jawab Ima dengan wajah kecewa sembari memegang pipi yang terkena tamparan.
Ima sungguh tak terima, ia sangat kesal dan marah kepada sang suami yang berani main tangan padahal mereka baru menikah belum genap dua bulan, dan semua hanya karena masakan yang ia masak tak sesuai dengan mulut sang mertua, bahkan lebih parah ternyata wanita yang Ia sebut sebagai Ibu mertua pandai bersilat lidah.
Asal Mas tau aku berani ngomong kasar karena ibu kamu yang duluan ngomong kasar, aku nggak akan keberatan jika niat ibu kamu emang mau ngajari aku masak makanan yang kamu sukai, tapi bukan berarti aku akan diam aja bila Ibu kamu berani menghina dan merendahkan aku Mas...aku nikah sama kamu karena aku yakin kamu bisa jadi suami yang baik, bisa melindungi dan memberi cinta sama aku, kita baru nikah dan belum genap dua bulan tapi kamu udah berani main tangan sama aku Mas," ucap Ima menatap tajam wajah sang suami.
Usman seakan tersadar ia sudah gegabah dan bersikap kasar kepada sang Istri bahkan ia berani main kasar dan melukai pipi istrinya, ada rasa bersalah namun ia juga bingung harus bersikap di satu sisi ia tak ingin mempercayai omongan sang istri seakan mengatakan jika ibunya lah yang berbohong, sedangkan disisi lain ia juga sudah salah karena tanpa bertanya ia langsung menampar wajah sang istri.
FlashBack Off.
Hhmmm...kenapa suami aku dulu nggak kayak anakku Putra, ia bahkan berani secara terang-terangan membela istrinya di depan aku ibu kandungnya, kenapa aku nggak seberuntung menantuku, aku nggak rela anak aku berubah dan menjauh, aku ibunya...aku yang melahirkannya....tapi kenapa setelah ia menikah aku merasa dilupakan. Bahkan Putra sudah jarang berkunjung kerumah, aku nggak akan biarin Seina memonopoli anakku, aku harus bisa membuat Seina tau posisinya, sekalipun aku nggak bisa buat anak aku berpisah dengan istrinya saat ini tapi aku nggak akan diam saja, aku akan tunjukkan jika aku tetaplah yang paling berkuasa, aku akan buat Putra kembali berpihak sama aku, aku ingin Putra hanya patuh dan mengikuti apa yang aku ucapkan," ucap Ima dengan nada kesal dan marah.
Entahlah apa yang akan terjadi kedepan, rasa iri dan cemburu yang tak beralasan dari Ima terhadap menantunya telah membuat ia buta dan menggila, hanya karena tidak mendapatkan perlakuan baik dan sama seperti yang di tunjukkan oleh Putra kepada Seina membuat Ima sering kali di landa rasa kesal, ada rasa tak rela di hati Ima, mengapa hanya dirinya yang dulu mendapatkan perlakuan tak adil dari sang suami, kenapa hanya hidupnya yang merasa tersakiti, mengapa dulu ia tak mendapatkan suami seperti Putra anaknya sendiri, mengapa ia harus kalah dan merasakan di seperti di madu oleh Ibu mertuanya sendiri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
kalea rizuky
namanya jumi apa seina sih
2024-05-29
1