Perusahaan

  Nathan sekarang fokus pada laptop nya. Walau ia sedang mengetik, namun mulutnya juga fokus menjawab semua pertanyaan sahabat nya dari balik telepon. Samuel dan Robin bekerja di perusahaan milik mereka yang jelas, mereka berdua yang berjuang disana. Nathan tidak ikut bergabung karena...ya lo tau lah mereka sudah punya banyak perusahaan.

"oke berarti semuanya harus dibagi rata" ucap Samuel dari seberang sana.

"terserah kalian mau bagi rata atau ngak, itu ngak bakal ngaruh sama perusahaan " Nathan kadang bingung, jika Samuel bertanya-tanya tentang perusahaan pada mereka. Samuel tidak terlalu pintar mengurus kantor, untung saja Robin lumayan handal menangani nya.

Setelah telponan terputus, Nathan menggeleng kepalanya tidak habis pikir. Ia bingung, jika saja Robin tidak bersama Samuel, mungkin perusahaan itu sudah bangkrut sejak dulu.

"masuk" ucap Nathan saat pintunya di ketuk.

Pintu itu terbuka, dan menampilkan seorang wanita yang sedang membawa beberapa map.

"Selamat siang pak, ini semua materi yang akan dibahas untuk rapat besok" ucap Safira pada Nathan.

Nathan menerima map itu, dan meletakkan nya di atas meja.

"lo boleh keluar" ucap Nathan pada Safira

"begini pak, kita menghadiri meeting di Jakarta bagian barat hari Kamis pak" ucap Safira

"kok tiba-tiba? bukan nya di jadwal saya meeting nya cuman sekali?" tanya Nathan

"Iya pak, tapi perusahaan cabang sedang mengalami sedikit kendala. Pak Geri juga sudah, menyerahkan nya semua sama Bapak" jelas Safira

"baiklah soal materi biar saya yang urus, selebihnya lo urus semuanya dan serahkan nanti sama saya" ucap Nathan

Safira tersenyum " baik kalau begitu, saya permisi ya pak" ucap Safira dengan menunduk

"hm" balas Nathan

Safira berjalan keluar dari ruangan Nathan.

"yes!!! gue punya waktu berdua sama Nathan" ucap Safira penuh kemenangan.

"seneng banget lo" ucap Nita tiba-tiba.

"Astagaaaa....lo bikin kaget tau ngak" ucap Safira sambil mengelus-elus dada nya.

"senang kenapa lo?" tanya Nita

"hari kamis kita rapat, yang jelas bukan disini tapi di kantor cabang" ucap Safira dengan ekspresi senangnya.

"dimana sisi senang nya?" tanya Nita

"aelah....loh ngak bisa mikir apa? secara kan gue bisa tuh berduaan dengan Nathan" ucap Safira

Nita hanya mengangguk paham, ia sedikit menghela nafasnya

"lo yakin bos lajang?" tanya Nita tiba-tiba

Safira juga sempat berpikir begitu

"gue yakin, soalnya andaikan ia udah punya istri atau pacar, ngak mungkin kan dia ngak pernah bawa kesini?" tanya Safira meyakinkan

"terserah lo deh, intinya lo ngak boleh terobsesi" pinta Nita

"udah ah, loh ngak dukung gue bangat" kesal Safira

Mereka sempat terdiam beberapa saat

"btw gue duluan, untuk rencana besok lo harus berhasil " ucap Safira

"demi lo" kesal Nita meninggalkan Safira.

"Makasih nit" ucap Safira sedikit berteriak

Safira berjalan memasuki ruangan nya, dengan perasaan senang dan bahagia nya. Ia berjanji pada diri sendiri, kalau ia akan mendapatkan Nathan menjadi milik nya.

Safira mulai fokus pada laptop nya, ia membuat beberapa dokumen dari semua data yang sudah ia kumpulkan dari karyawan lainnya.

Pekerjaan nya, sedikit diiringi lagu yang bervolume rendah. Ia tak dapat menyangkal, kalau Nathan sangat....tampan?

"gue harus rencanain apa ya? waktu di Jakarta nanti?" tanya nya pada diri sendiri.

Tiba-tiba pikiran nya, menemukan sebuah ide yang menurut nya sangat bagus untuk ia lakukan.

Satu hari lagi, ia akan melakukan itu. Ia akan berusaha mendapatkan hati Nathan.

Segala pikiran dan hatinya, selalu mengarah pada laki-laki yang menjadi bos nya itu.

Setelah mengirim kabar pada Jihan, Nathan segera bergegas menuju mobilnya.

Nathan akhirnya sampai di mansion nya.

"pa...tumben duduk sendiri" ucap Nathan sambil ikut duduk di sofa, dimana Geri berada.

"biasanya juga duduk sendiri" ucap Geri yang masih fokus pada layar tv nya.

"gimana perusahaan kamu? berjalan dengan lancar?" tanya Geri

"lancar pa, tapi Kamis Nathan ada rapat di kantor cabang yang ada di Jakarta barat" jelas Nathan

"gak papa nak, biar kamu terbiasa nanti" ucap Geri

"tapi kenapa sekretaris Nathan harus cewek pa?" tanya Nathan

Geri menghela nafas nya, kini ia mengalihkan pandangan nya pada Nathan

"dia yang lebih mampu, percaya sama papa dia orang baik kok papa udah kenal sama dia" jelas Geri

"yaudah deh, Nathan percaya sama papa" ucap Nathan

"Nathan ke kamar dulu ya" ucap Nathan diangguki Geri.

Nathan berjalan selangkah demi selangkah, sampai kini kakinya kini berada di depan pintu kamar nya.

Saat ia membuka pintu, ia melihat Jihan berada di balkon kamar nya sambil memainkan handphone.

Nathan meletakkan tas dan jas nya, lalu berjalan menemui Jihan.

"suami pulang kok, ngak di pedulikan" ucap Nathan sambil mendudukkan bokongnya di samping Jihan.

Jihan melepaskan headset dari kupingnya, lalu memandang kearah Nathan.

Note tadi pagi, mampu membangkitkan senyum wanita itu lagi.

"maaf ya aku ngak dengar tadi" ucap Jihan sambil mengelus pipi Nathan dengan kedua tangan nya.

"ha?"

"pake aku-kamu nih?" tanya Nathan dengan bibir berkedut.

"emang kenapa? imut banget ya kedengaran nya?" tanya Jihan

Nathan tersenyum mendengar suara Jihan, yang di imut-imut kan

Nathan tersenyum sambil mengangguk-anggukkan kepalanya....lucu!

Nathan membawa Jihan kepelukan nya.

"mulai sekarang, kalau aku pulang kerja harus peluk kamu" jelas Nathan

Jihan dengan mati-matian menahan ras geli, di dalam dirinya. Jujur mendengar ucapan Nathan yang terdengar seperti, suara anak kecil yang merengek mampu membuat Jihan ingin memenggal kepala Nathan sebentar, saking geli nya.

"kok kamu tegang gitu?" tanya Nathan sembari melepaskan pelukannya.

Jihan menggaruk tengkuknya yang tak gatal

"geli banget, dengar lo bicara" ucap Jihan

Nathan langsung membuat ekspresi datar nya

"lo ngak bisa bucin gitu?" tanya Nathan

"ngak" ucap Jihan, jujur saja ia belum terbiasa bicara seperti tadi.

"yaudah mulai sekarang, lo harus bucin" jelas Nathan

"buat apa?" tanya Jihan

Nathan berdengus kesal, tidak pernah nyambung jika berbicara serius dengan Jihan.

"ayo ah kita tidur" ucap Nathan

"lo mandi dulu, enak banget langsung tidur gitu" ucap Jihan

"kenapa harus mandi? gue masih wangi, lagian gue ngak ke lapangan tadi" jelas Nathan

"ngak mau lo harus mandi" jelas Jihan

Nathan mengangguk, lalu menggendong Jihan masuk ke kamarnya.

Cup

"tapi jangan tidur dulu ya?" ucap Nathan setelah mengecup bibir Jihan

"iya Nathan" ucap Jihan yang duduk di pinggir kasur.

Tiba-tiba Nathan berjongkok, dan menyigap baju Jihan hingga menampakkan perut rata Jihan.

"eh?" bingung Jihan

"kapan sih lo hamil? biar lo ngak panggil nama gue lagi?" tanya Nathan sambil mengelus-elus perut Jihan.

Bersambung.....

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Happy reading🫶

Tinggalkan jejak ya beb😇

Terpopuler

Comments

Eka Uderayana

Eka Uderayana

iya Jihan..kamu tuh harus nya panggil sayang, hubby, honey, mas, atau panggilan sayang lainnya

2024-03-22

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!