"Permisi pak?" Ucap Safira dari balik pintu ruangan Nathan.
"Masuk" ucap Nathan
Jihan masuk, dengan membawakan beberapa map yang sudah Nathan suruh tadi.
Jam sudah menunjukkan pukul, delapan malam. Namun Nathan masih berada di kantor nya.
"Gimana jadwal nya? Sudah lo buat?" Tanya Nathan
"Minta saya lihat" ucap Nathan
Nathan melihat-lihat semua jadwalnya, seminggu kedepan.
"Besok urus semua, untuk rapat satu hari kedepan" jelas Nathan
"Baik pa" ucap Safira
"Maaf...lo jadi lembur gini" ucap Nathan tiba-tiba.
"Tidak apa-apa pa" ucap Safira.
"Lo udah boleh pulang sekarang" ucap Natah
"Baik... permisi pak" ucap Safira diangguki Nathan.
Safira tersenyum senang, saat Nathan bisa-bisanya minta maaf padanya.
"Gue yakin banget, bisa luluhin hati lo pak bos" monolog Safira
Sudah beberapa menitan Safira berada di depan kantor, namun taksi nya belum datang juga. Biasanya ia naik mobil, namun mengingat mobil nya lagi di servis membuat ia harus menunggu taksi.
"Kenapa belum pulang?" Tanya Nathan tiba-tiba.
"Ah...itu pak taksi saya belum dateng" ucap Safira
Safira berharap penuh supaya taksi nya tidak datang, siapa tau kan Nathan menumpangi nya?
"Tuh dateng" ucap Nathan lalu berlalu menuju mobil nya.
"Iya....huh main pergi aja" kesal Safira melihat kepergian Nathan.
Safira dengan kesal masuk kedalam taksi.
"Kenapa masih datang sih pak?" Tanya Safira kesal
"Kan mbak yang pesan" ucap supir itu.
Safira berdengus kesal, saat rencana nya gagal.
Kini Nathan mempercepat laju mobil nya.
Pikiran nya tertuju pada Jihan, istri nya itu.
Apa Jihan marah kalau ia pulang malam kayak gini?
Itu pikirnya sedari tadi.
Jam sudah menunjukkan pukul sembilan, rumah yang kini kakinya masuki juga sudah sepi.
Nathan berjalan ke kamar nya. Saat ia membuka pintu kamarnya, ia melihat Jihan masih terbangun. Wanita itu duduk sambil membaca buku, yang Nathan tau itu adalah salah satu bukunya.
"Kenapa harus pulang?" Tanya Jihan tanpa melihat wajah Nathan.
"Banyak kerjaan tadi" ucap Nathan menyimpan jas nya dan berjalan maju, lalu duduk di samping Jihan.
Nathan menghela nafas, lalu segera memeluk tubuh Jihan dari samping.
"Ngak usah peluk-peluk" ucap Jihan dingin.
"Aku capek sayang" ucap Nathan dengan suara, sedikit terendam karena berada di ceguk leher Jihan.
"Awas ah...lo gue chat dari tadi, satu pun ngak di balas" kesal Jihan
Nathan menghela nafas saat pelukan itu terlepas.
"Gue ngak buka handphone tadi, maaf in gue ya" ucap Nathan
"Serah" kesal Jihan, kenapa suaminya itu tidak bisa mengabari nya sebentar saja?
"Kita tidur ya aku capek, jujur" jelas Nathan
Sungguh urusan nya hari ini, sangat banyak membuat pinggang nya hampir encok, duduk seharian.
"Tidur aja lo" ucap Jihan masih kesal.
"Gue mau tidur sambil peluk lo" pinta Nathan
"Ngak" jawab Jihan
"Pelit banget sih?" Ucap Nathan mulai menidurkan badannya. Padahal ia ingin memeluk istrinya itu, tapi Jihan tidak mau.
"Ngak bisa gitu lo minta maaf?" Tanya Jihan
Nathan kembali membuka matanya
"Kan gue udah minta maaf tadi" ucap Nathan mengingatkan.
"Gue ngak buka handphone tadi, maaf in gue ya" ucap Nathan
"Oh iya" ucap Jihan setelah mengingat perkataan Nathan tadi.
Ia menatap wajah wajah capek dan lusuh suaminya. Ia menghela nafas, ia yakin Nathan capek mengingat Nathan sampai tidak mandi. Jihan jadi merasa bersalah, karena marah-marah pada Nathan tadi.
Besok ia akan minta, agar Nathan tidak lupa mengabari nya.
Jihan ikut berbaring disamping Nathan. Dibawa nya laki-laki itu kedalam pelukan nya.
"Emang secapek itu?" Tanya Jihan sambil menepuk-nepuk punggung Nathan.
"Tadi iya, sekarang ngak terlalu" jawab Nathan sambil membalas pelukan Jihan, dengan erat.
Seakan rasa capeknya, perlahan habis setelah memeluk istri nya itu.
"Mau cucu?" Tanya Jihan absurd
"Apaan sih" balas Nathan semakin mengeratkan pelukannya, sedangkan kepalanya berada di ceguk leher Jihan.
Jihan mengangkat satu kaki nya, dan ia tempatkan di atas paha Nathan. Sungguh ia menjadikan Nathan, seperti guling saja.
Nathan melonggarkan pelukannya
"Mulai besok lo ikut ya ke kantor" ucap Nathan sambil memandang wajah Jihan
"Buat apa?" Tanya Jihan bingung
"Biar kalau gue capek, gue bisa cium lo...hilang deh capeknya" jelas Nathan random
"Ngak jelas banget lo" ucap Jihan
"Kita belum ciuman" ucap Nathan
"Apaan sih, tidur aja lo" ucap Jihan
"Ayo lah" ucap Nathan dengan suara yang terkesan imut menurut Jihan.
"Apaan sih? Lo demen banget kayak nya, nyium-nyium gue" bingung Jihan
Nathan ngak capek apa, ciuman Mulu? Itu pikirnya
"Makanya jangan manis itu, bibir lo" balas Nathan
"Tidur aja, lo makin ngawur " balas Jihan
Jihan kembali memeluk Nathan.
"Heh... ketoprak goreng" teriak Jihan tiba-tiba, sambil mendorong badanya hingga jauh dari Nathan.
"Kenapa sih Jihan?" Tanya Nathan bingung
"Kenapa lo elus-elus perut gue?"
"Wah....lo benar-benar mesum banget... hati-hati loh mesum itu bisa jadi having sek*" jelas Jihan
"Having sek* gimana? Orang gue cuman elus-elus perut lo" jelas Nathan
"Tapi menurut gue, lo benar-benar nafsuan Than" ucap Jihan sambil menutup mulutnya.
"Jahat banget sih lo?" Tanya Nathan tidak suka
"Lah?" Bingung Jihan
"Emang salah gue minta cium dari lo, habis pulang kerja? Emang salah ? Kalau lo ngak mau gue sentuh bilang! Lo malah bilang sampai having sek* gituan. Gue juga masih bisa nahan hasrat gue"
"Lagian gue bucin, manja atau nafsuan sama lo, salah? Lo kan istri gue! Fine! Kalau kesan nya terlalu cepat buat lo, lihat sisi manja dari gue. Jujur aja, gue juga bingung kenapa gue bersifat kayak anak kecil di depan lo, yang bahkan baru beberapa hari gue kenal"
"Bilang aja kalau lo risih gue kayak gitu, biar kita pisah kamar sekali!" Ucap Nathan, lalu kembali tidur sambil membelakangi Jihan.
Jihan sedikit terkejut, mendengar semua penuturan Nathan. Ia juga kagum, walau Nathan marah ia tetap menahan volume suara nya, agar tidak membentak Jihan.
Jihan menatap iba punggung suaminya, ia tidak seharusnya berkata seperti itu. Padahal Nathan sudah menyelamatkan Jihan, dari malam kelam waktu itu. Andai bukan Nathan yang lewat, mungkin cerita Jihan sudah jauh beda dengan yang sekarang.
Geri dan Nathan menerima Jihan apa adanya, tapi Jihan malah membuat Nathan marah seperti ini. Jihan sangat merasa bersalah sekarang. Ia sebenarnya tidak risih, jika Nathan ingin bermanja-manja dengan nya. Tapi rasa ingin berdebat dengan Nathan, membuat ia seperti ini.
...****************...
Happy reading 🫶🫶
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments
Eka Uderayana
aku heran deh sama Jihan... bukan nya bersyukur karena punya suami seperti Nathan... yang selalu pengen dekat sama istri nya
aku aja iri sama Jihan
2024-03-22
1
Eka Uderayana
hehehe 😁
2024-03-22
1