"Kau yang membongkar identitas putriku. Kau yang tidak bejus mengurus masala Aurora dan sekarang kau bongkar semuanya. 1 Negara tahu apa yang terjadi pada keluarga kami dan semua itu. Karena perbuatan mu," tegas Arga dengan matanya melotot dan suaranya yang menekan.
"Tolong jaga sikap anda dan hargai saya di sini!" tegas laki-laki itu yang tidak terima dengan apa yang di lakukan Arga kepadanya.
Beberapa Polisi yang di sana langsung memisahkan tindakan Arga yang menarik Arga dari Firman. Polisi yang di hadapi Arga yang membuat amarah seorang ayah meluap-luap.
"Lepas!" Arga memberontak dengan melepaskan kasar tangan yang menariknya.
Firman menghela nafas dengan merapikan pakaiannya yang kusut. Akibat kemarahan seorang ayah yang hancur karena kejadian yang terjadi pada Putri sulungnya.
"Maaf tuan Arga. Saya hanya memberikan informasi yang benar pada media dan saya tidak menambahi dan tidak mengurangi dan satu lagi. Ini adalah kasus kriminal dan pasti di sorot media dan saya tidak pernah mencari nama atau mengambil keuntungan dari kasus ini," tegas firman.
"Justru jika kasus ini tidak di sorot media. Kita mengalami kesulitan untuk mengungkap kasus ini. Jadi jangan berbicara sembarangan. Apalagi berani bermain tangan," tegas Firman.
"Omong kosong!" umpat Arga.
"Kau sangat pintar berbicara sejak awal. Namun pekerjaanmu tidak beres. Jangan hanya banyak bicara dan mengeluarkan banyak statement sementara tanganmu tidak pernah bergerak," Arga tidak henti-hentinya meremehkan Polisi yang menangani kasus Rora dan Steffie.
"Tuan Arga. Tolong jaga sikap Anda saat berada di Kantor kami. Kata-kata anda sangat kasar dan membuat saya tersinggung. Kami sedang berusaha menyelidiki kasus yang terjadi pada putri Anda dan juga pada temannya. Jadi jangan meragukan kami sebagai petugas. Apalagi meremehkan kamu," tegas Firman yang menekan suaranya.
"Jika kau benar-benar menyelidiki kasus ini. Seharusnya sampai detik ini kau mendapatkan pemerkosa dari putriku dan mana tidak ada sama sekali," tegas Arga.
"Tuan. Di dalam Villa itu banyak terdapat botol alkohol. Apa yang terjadi pada Putri Anda belum tentu pemerkosaan dan bisa saja itu adalah keinginan satu sama lain," sahut Firman menduga-duga.
"Kurang ajar!" umpat Arga yang kembali menghampiri Firman dan ingin memukul Firman. Namun ditahan oleh Polisi yang lain yang mencoba untuk menenangkan Arga.
"Bajingan kau. Kau lihat Putriku yang di rumah sakit dan kau masih bisa mengatakan apa yang terjadi padanya adalah keinginan satu sama lain. Apa matamu buta melihat hasil visum yang keluar," teriak Arga semakin tidak bisa mengendalikan dirinya.
"Tapi anda tidak bisa pungkiri. Jika terdapat alkohol di tubuh putri anda, bau alkohol yang masih tersisa," sahut Firman.
Arga terdiam dengan nafasnya naik turun. Dia juga baru saja mendengarkan dari Dokter jika apa yang dikatakan polisi tersebut memang benar.
"Saya tahu anda tidak terima dengan kenyataan ini. Anda penuh dengan amarah, emosi. Maaf tuan Arga tapi sikap anda sangat keterlaluan. Kami sedang berusaha untuk menyelidiki kasus ini dan jangan terus merendahkan pekerjaan kami yang tidak bisa menyelidikinya. Ini bukan hanya masalah tentang apa yang terjadi pada putri anda tetapi juga masalah yang terjadi atas kematian Steffie," tegas Firman.
Arga tidak menjawab lagi dan hanya diam saja dengan nafasnya naik turun. Dia memang awalnya sangat berharap jika masalah ini cepat selesai dan tidak ada yang tahu apa yang terjadi kepada Aurora. Agar nama Aurora tetap baik dan juga Aurora bisa sembuh secepatnya dan pasti bisa kembali sekolah dengan mewujudkan semua mimpinya.
Tetapi siapa sangka berita ini naik dan semua orang akhirnya mengetahui apa yang terjadi kepada Aurora. Sebagai seorang ayah pasti hancur melihat putrinya yang histeris dan bahkan sampai ingin melakukan percobaan bunuh diri.
"Tuan Arga mohon untuk tenang," ucap polwan cantik yang berusaha untuk menenangkan Arga yang sejak tadi ada di sana
"Kami pasti berusaha yang terbaik dan kami juga tidak mungkin mengeluh waktu untuk menyelesaikan kasus ini," Laras berusaha untuk membuat Arga mengerti.
Arga mana bisa mengendalikan dirinya dan apalagi Firman terus memancing membuat emosinya menggebu-gebu.
***********
Segala mendatangi kantor Polisi yang tidak mendapatkan apa-apa dan hanya memunculkan keributan. Arga keluar dari kantor Polisi dan Arga yang berpapasan dengan orang tua dari Steffie.
"Nyonya Riana!" ucap Arga yang menghentikan langkah Riana dan suaminya.
"Ada apa tuan?" tanya Riana.
"Apa maksud anda menyebarkan kasus ini. Anda tahu apa yang terjadi kepada putri saya. Dia histeris. Saat satu dunia tahu apa yang terjadi kepada nya," ucap Arga yang juga menyalahkan Riana.
"Kasus ini bukan kasus biasa. Jika media tidak tercampur untuk mengawasi kasus ini. Kematian anak saya tidak akan terungkap. Ini bukan masalah tentang apa yang terjadi kepada putri anda. Putri anda masih hidup dan Putri saya sudah mati. Saya hanya seorang ibu yang memperjuangkan keadilan untuk anak saya," tegas Riana dengan suaranya bergetar yang pasti air matanya keluar.
"Mah tenang!" suaminya berusaha untuk menenangkan istrinya dengan mengusap-ngusap bahu Tari dengan lembut.
"Maaf tuan Arga. Tapi kami juga korban di sini. Semua yang terjadi bukan keinginan kami. Kita berdua sama-sama orang tua dari korban yang terjadi pada anak kita. Apa yang kami lakukan hanya untuk mengungkap kematian anak-anak kami. Jadi tolong mengerti. Kami tidak pernah bermaksud untuk mengungkap identitas Putri anda. Putri anda masih bersama Anda dan anak kami sudah tiada dengan mati mengenaskan," ucap Chopra dengan singkat dan langsung membawa istrinya pergi.
Hhhhhhhhh
Arga membuang nafas beratnya dengan mengusap wajahnya dengan kedua tangannya.
"Maafkan papa Rora. Papa gagal menjaga kamu. Kamu tenanglah Rora. Papa akan mencari pelaku yang sudah menghancurkan hidup kamu. Papa akan terus mendampingi kamu," ucap Arga dengan memejamkan matanya yang sangat kasihan pada putrinya itu.
********
Rumah sakit Fatmawati.
Laras polwan cantik yang memakai pakaian biasa dengan celana jeans dan juga jaket lie dengan gantungan tanda pengenal yang menggantung di lehernya. Melangkah dengan cepat yang melewati koridor rumah sakit.
Laras berhenti di depan ruang perawatan 117 yang tak lain adalah tempat Rora dirawat.
"Permisi!" sapa Laras pada Risya yang ada di ruangan itu yang menyuapi Rora makan.
"Iya," sahut Risya.
"Maaf Bu Risya saya mengganggu. Saya ingin berbicara berdua dengan Rora. Saya ingin meminta keterangan dari korban," ucap Laras.
Risya melihat ke arah Rora. Rora menggelengkan kepalanya yang sepertinya tidak ingin jika ada yang menemuinya dan dia takut harus bertemu dengan siapa-siapa dan apalagi harus berbicara.
"Maaf Bu. Tapi sepertinya kondisi anak saya tidak memungkinkan untuk berbicara dengan ibu. Saya mohon maaf sekali lagi," ucap Risya yang tidak ingin terjadi sesuatu pada Rora.
"Bu Risya. Ini sudah menjadi kebijakan dari pihak polisi. Jika kami tidak mendapatkan keterangan apa-apa dari korban. Bagaimana masalah ini bisa selesai," ucap Laras dengan tegas.
"Jadi mohon untuk kerjasamanya dan semua ini juga demi kebaikan anak Ibu dan juga demi memudahkan kami untuk mendapatkan pelaku yang sudah melakukan semua ini. Saya tidak bermaksud untuk membuat ketidaknyamanan. Tapi ini sudah menjadi tugas saya," ucap Laras dengan tegas.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments