"Kamu tidak kasihan pada kakak kamu. Dia sudah sangat berusaha mendapatkan izin dan keputusannya ada pada kamu. Jadi papa kamu juga tidak akan mengijinkan. Jika kamu tidak iku," ucap Risya dan Zeva melihat Risya. Wajah sang Mama juga terlihat memohon kepada putri keduanya itu.
"Mama jangan menunjukkan wajah seperti itu. Zeva tidak nyaman harus pergi dan bergabung bersama mereka," ucap Zeva yang anaknya juga tidak tegaan dan apalagi melihat wajah mamanya yang tampak sedih.
"Tapi Mama sudah janji sama kakak kamu. Jika kamu akan ikut bersama kakak kamu," ucap Risya.
"Sayang. Kamu bisa di kamar. Kamu bisa cari tempat untuk sendiri dan biarkan mereka yang melakukan acara mereka dan ini hanya 2 tidak 3 hari. Setelah acara ulang tahun selesai. Keesokan harinya kamu, Rora dan Zavier akan pulang," ucap Aretha yang masih berusaha untuk membujuk putrinya.
"Mama tahu kamu anak yang baik," ucap Risya yang sangat berharap. Jika Zeva bisa ikut.
Ternyata di balik tembok ada Rora yang mendengarkan percakapan mamanya dan adiknya dengan wajah Rora yang tampak panik.
"Aku sangat berharap Zeva bisa ikut dan semuanya bisa berjalan dengan baik. Papa sudah memberikan kesempatan untukku," batin Rora yang memutuskan harapannya kepada adiknya.
********
Zeva berada di dalam kamar yang sedang tengkurap menghadap laptopnya.
Krekkk.
Pintu kamarnya tiba-tiba terbuka yang ternyata itu adalah Rora. Rora tersenyum dan langsung memasuki kamar Zeva. Rora langsung menaiki ranjang dan memeluk adiknya itu yang membuat Zeva risih.
"Apa sih kak!" kesal Zeva risih.
"Makasih adikku sayang, sudah mau berbaik hati untuk kakak. Kamu sudah mau ikut yang artinya kita berdua akan liburan ke Bali," ucap Rora yang memeluk erat dengan gemes yang tidak menyangka adiknya mau ikut demi dirinya.
"Issss apaan sih kak. Orang biasa aja," sahut Zeva.
"Kamu jangan cemberut seperti itu dong. Kakak tahu kamu sebenarnya terpaksa untuk ikut. Tapi kakak minta maaf sudah membuat kamu terpaksa untuk ikut. Tapi serius. Kalau bukan karena kamu maka kakak tidak akan jadi pergi ke acara ulang tahunnya Steffie," ucap Rora.
"Iya-iya udah. Nggak usah pakai peluk-peluk seperti ini, Risih tau," ucap Zeva kesal.
"Kamu tenang saja hal ini tidak gratis. Kakak sudah membawakan hadiah untuk kamu," ucap Rora.
"Apa itu?" tanya Zeva
"Ini!" Aurora langsung memberikan susu strawberry yang sepertinya itu adalah minuman kesukaan Zeva sampai membuat Zeva menahan senyum.
"Isss menyogok," Zeva langsung tersenyum dengan mengambil minuman tersebut.
"Isss bilang aja senang dapat sogokan," ucap Rora.
"Nggak juga," sahut Zeva.
"Makasih ya Zeva. Kamu sudah mau bantuin kakak," ucap Rora.
"Tapi harus janji sama Zeva. Ini yang terakhir dan lagian kakak juga sudah mau lulus dan untuk apa kakak pacaran dan yang lainnya. Papa juga akan mengijinkannya. Jadi kakak tidak perlu diam-diam berhubungan di belakang papa yang nanti kalau ketahuan urusannya akan semakin besar," ucap Zeva mengingatkan.
"Iya adikku sayang," sahut Rora mengangguk dan memeluk kembali Zeva dan Zeva pasti merasa risih.
Zeva memang selalu menjadi korban dari Rora dalam urusan yang lain.
**********
Hari ini mereka semua akan berangkat ke Bali. Memang tidak banyak yang akan mendapatkan undangan untuk berangkat ke Bali.
Steffie, Tiara, Cindy, Bryan, Marko, Reval, Zeva, Zavier, Rora, Boy dan reksa dan ada juga beberapa orang lainnya yang di undang dalam acara tersebut.
Zeva, Zavier dan Rora di antarkan oleh Arga dan Risya ke Bandara. Mereka bertiga langsung turun dari mobil dan pasti Risya dan Arga juga ikut turun dari mobil.
"Ya sudah pah. Kami langsung berangkat ya pak soalnya sudah ditungguin dan sudah hampir telat juga," ucap Rora pamit.
"Hmmm, kamu jaga diri," sahut Arga dan Arga melihat ke arah teman-teman anaknya yang jaraknya 15 m dari tempatnya berdiri.
"Apa orang tua Steffie tidak ikut?" tahta Arga. Karena Rora mengatakan orang tua Steffie ikut.
"Hmmmm, ikut kok pah. Sudah menunggu di villa, mereka sudah berada di sana terlebih dahulu," jawab Rora yang tampak gugup dan seperti menutupi sesuatu.
"Hmmm, ya sudah pah, kita pergi ya," ucap Rora yang tampak buru-buru yang takut sang papa nanti mencurigai sesuatu.
"Kalian berdua hati-hati. Zavier tante titip Rora dan juga Zeva ya," ucap Risya.
"Oke Tante," sahut Zavier yang terlihat santai dan hanya menyandang ranselnya.
"Zeva kamu jaga kakak kamu dan kamu juga," ucap Arga memberikan pesan.
"Iya pah," sahut Zeva.
Mereka bertiga kembali berpamitan dengan mencium punggung tangan Arga dan Risya. Llau berpelukan dan langsung pergi dari hadapan Risya dan Arga. Sangat terlihat wajah Arga begitu khawatir dengan kepergian putrinya dan ini menjadi yang pertama kali kedua putrinya pergi tanpa pengawasan darinya dan walau ada Zavier yang dipercayainya.
**********
Mereka semua sudah menaiki pesawat yang memang disediakan orang tua dari yang bersangkutan yang ulang tahun untuk temen-temen putrinya. Jadi yang ikut ke acara ulang tahun Steffie tidak perlu memikirkan transportasi lain. Zeva dan Rora yang duduk satu pesawat.
"Hmmm, Zeva aku mau duduk di samping Bryan ya," ucap Rora.
"Udahlah kak. Ngapain coba duduk di sana. Di sini aja. Lagian sebentar lagi juga sampai dan di samping Bryan juga ada orang. Jadi untuk apa di sana," ucap Zeva yang sudah mulai kesal. Belum apa-apa sang kakak sudah mulai aneh-aneh.
"Ya tapi kan......"
"Kak ingat ada kak Zavier. Dan Aku kak Zavier bukan yang bisa kakak bujuk untuk bekerja sama. Jangan sampai kak Zavier nanti mengadu pada mama dan papa. Jadi jangan aneh-aneh," tegas Zeva memberikan peringatan pada kakaknya itu.
"Iya-iya. Kamu itu bawel banget sih," ucap Rora kesal dan mau tidak mau dia tidak jadi duduk di samping kekasihnya yang padahal pasti kekasihnya juga menunggu dirinya.
"Ya sudah aku mau ketoilet sebentar," ucap Zeva yang berdiri dari tempat duduknya.
Zeva yang berjalan menuju ketoilet. Namun matanya masih melihat ke arah belakang yang memperhatikan sang kakak apakah pindah tempat duduk dan tidak.
Bruk.
Akhirnya membuat Zeva bertabrakan dengan seorang pria tinggi yang berkulit putih dan Zeva harus terjatuh dengan terduduk.
"Sorry, sorry," ucap pria tersebut yang berjongkok.
"Nggak apa-apa ," sahut Zeva yang langsung berdiri.
"Kamu benar tidak apa-apa?" tanya Pria tampan dengan wajah yang berkarismatik dan terlihat positif itu.
"Tidak kok kak," sahut Zeva. Pria itu memang jelas terlihat lebih tua darinya makanya Zeva langsung memanggilnya dengan sebutan kakak.
"Aku jalan dengan tidak benar. Makanya membuat orang lain jadi ikut tertabrak. Aku yang justru minta maaf karena kurang hati-hati," ucap Zeva.
"Tidak perlu minta maaf," sahut pria tersebut.
Zeva menganggukkan kepalanya dan langsung pergi begitu melanjutkan langkahnya menuju toilet.
"Huhhhhhh!" pria tersebut menghela nafas dengan geleng-geleng kepala dan melihat ke lantai pesawat yang menemukan cekep rambut dan Pria itu langsung mengambilnya.
"Ini sepertinya miliknya," batin pria itu.
Aku tunggu saja dia sebentar lagi," pria itu berniat untuk mengembalikan cekep rambut milik Zeva yang sempat terjatuh.
"Tuan Bisa kembali ketempat duduknya," pramugari menghampiri pria itu jangan persilahkan untuk duduk karena memang mengganggu rute perjalanan pramugari.
"Oh baiklah!" sahut pria itu yang langsung pergi dan padahal dia masih ingin menunggu Zeva yang keluar dari kamar mandi untuk memberikan benda yang di temukannya yang menurutnya milik Zeva. Tetapi ternyata waktunya sangat tidak tepat. Jadi pria itu pun kembali ke tempat duduknya.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments