Permintaan Rora membuat Risya, Arga dan Zeva sempat berhenti makan dan melihat ke arah Rora.
"Rora ingin acara ulang tahun Rora kali ini di rayakan bersama teman-teman Rora," ucap Rora yang sebenarnya takut-takut meminta izin kepada orang tuanya.
"Kamu ingin ada perayaan untuk acara ulang tahun kamu?" tanya Arga.
"I-iya pah," jawab Rora.
"Itu hanya membuang-buang waktu saja Rora. Keluarga kita sudah banyak. Jadi lebih berharga dirayakan bersama keluarga," Arga langsung menjawab yang artinya berarti tidak boleh sama sekali. Hal itu pasti membuat Rora kecewa.
"Rora lagi pula membuat pesta dan mengundang teman-teman kamu itu juga sama saja merepotkan teman-teman kamu. Jadi seperti biasa dari tahun ke tahun ulang tahun kamu maupun Zeva selalu dirayakan bersama keluarga dan tidak dengan orang lain," sahut Risya menambahi membuat wajah Rora yang tampak kecewa.
"Aku sudah menduga mama dan Papa tidak akan mengizinkan hal itu. Padahal sweet seventeen adalah ulang tahun yang spesial untuk remaja sepertiku. Tapi Aku tidak seperti yang lainnya mendapatkan hari spesial di ulang tahun mereka," batin Rora yang tampak sangat sedih.
"Rora, kamu tidak perlu memikirkan perayaan ulang tahun kamu. Kita rayakan seperti biasa saja dan apapun hadiah yang kamu minta Papa dan Mama akan berikan," ucap Arga dengan tegas. Rora hanya bisa menganggukkan kepalanya walau tidak sesuai dengan keinginannya. Tetapi orang tuanya mana bisa dibantah dan apa yang dikatakan orang tuanya sudah paling terbaik.
"Zeva kamu nanti temani mama ya pulang sekolah," sahut Risya.
"Mau kemana mah?" tanya Zeva
"Ke butik ingin mengambil pesanan mama," jawab Risya.
"Baik Mah," sahut Zeva.
Mereka kembali sarapan namun Rora wajahnya sudah sendu yang pasti tidak mendapatkan izin untuk membuat party seperti teman-teman 1 kelasnya yang memang sudah beberapa orang merayakan party sweet seventeen.
*******
Rora dan Zeva sampai kesekolah. Keduanya sama-sama berjalan menuju kelas dan pasti selalu mendapat perhatian dari murid-murid. Karena memang keduanya sama-sama cantik dan menjadi tipe ideal semua pria. Walau sifat Zeva dan Rora berbeda. Jika Rora lebih ekspresif dan extrovert, maka berbeda dengan Zeva yang introvert dan tidak suka terlalu banyak bergaul.
Langkah Rora terhenti ketika melihat 3 pria yang mengelilingi tubuh seorang wanita yang bersandar di tembok dan 3 Pria itu terlihat nakal yang menggoda wanita yang ketakutan itu.
"Tolong kak jangan! Tadi aku tidak sengaja!" suara wanita itu begitu bergetar yang takut di Apai-apai.
"Tidak sengaja. Bagaimana, jika aku juga tidak sengaja menciummu," sahut salah satu pria itu dengan menyunggingkan senyumnya.
Huhhhhh.
Rora geleng-geleng kepala dan pergi.
"Kak Rora kamu mau kemana?" tanya Zeva yang melihat kakaknya yang menghampiri 3 pria itu.
"Aisss kenapa ikut campur sih," ucap Zeva dengan menghela nafas yang melihat kepergian Rora.
"Hay Zeva!" sapa 2 wanita yang menghampiri Zeva.
"Rora belum datang?" tanya wanita yang bernama Cindy.
"Tuh di sana!" tunjuk Zeva.
"Ngapain di di sana?" tanya Tiara.
"Apa lagi jika bukan ikut campur tentang masalah kak Marko," jawab Zeva. Mereka bertiga hanya menonton dari kejauhan saja.
"Heh! Marko!" Panggil Rora dengan suara lantang.
Pria yang pasti menjadi ketuanya langsung membalikkan badan.
"Apa yang lo lakuin, lepaskan dia!" tegas Rora.
Marko menyunggingkan senyumnya dan menghampiri Rora.
"Jangan ikut campur Rora, ini masalah urusanku apa kamu ingin menggantikannya," ucap Marko dengan tangan yang yang mencolek dagu Rora namun Rora langsung menepis tangan Marko.
"Jangan kurang ajar," sinis Rora memberikan peringatan.
"Kau jangan jadi pengecut yang hanya bisa melawan wanita yang. Kampungan!" sinis Rora.
"Apa kata mu, kampung!" Marko yang seperti tidak terima dengan pernyataan dari mulut Rora membuatnya mendekatkan wajahnya kepada Rora dengan memajukannya wajahnya sehingga jarak yang terlalu dekat.
"Kau sangat galak Rora dan selalu ikut campur urusan orang lain. Kau jadi ingin menciummu Rora.
"Cuiihhhh," Rora yang langsung meludahi wajah Marko yang membuat Marko terkejut mendapatkan ludah dari roda dan bukan hanya merokok kedua teman Marco dan bahkan juga Zeva dan juga Stefie dan juga Tiara yang mereka sama-sama terkejut.
"Rora kau!" Marco yang tidak terima ingin mengangkat tangannya memukul Rora namun tangan Marko tiba-tiba ditahan seorang pria dan langsung menjatuhkan kasar tangan Marco.
"Bryan!" lirih Rora.
"Beraninya kau ingin menampar pacarku. Kau akan berhadapan denganku," tegas Bryan yang mendorong dada Marko dengan kedua tangannya.
"Cewek lo yang udah ikut campur tentang urusan gue dan sekarang berani meludahi gue," Marko tidak terima dengan apa yang dilakukan Rora.
"Itu karena lo kurang ajar," ucap Bryan dengan menegaskan dan menggenggam tangan Rora lalu membawanya pergi dari hadapan Marko.
"Arghhh sial!" umpat Marko dengan kesal dan Marko melihat di sekelilingnya yang cukup banyak anak-anak murid yang melihatnya dan mereka semua menahan tawa.
"Apa yang kalian lihat-lihat hah!" kesal Marko yang pasti malu sendiri.
"Aisssssssss sial!" umpat Marko yang malu sendiri. Sama dengan Steffi Tiara dan juga Zeva yang akhirnya pergi meninggalkan tempat itu.
*******
Tring-tring.
Bel sekolah berbunyi yang pertanda sudah waktunya pulang sekolah.
"Zeva!" panggil Rora yang lari-lari mengejar sang adik.
"Ada apa?" tanya Zeva.
"Hmmm, kita jangan pulang dulu ya," ucap Rora.
"Maksud kak Rora apa?" tahta Zeva.
"Hmmm, Zeva. Ini anniversary 3 bulan aku dan Bryan. Aku ingin makan siang bersamanya. Jadi kita berdua jangan pulang dulu dan kamu bilang aja sama mama dan papa kalau kita ada kegiatan di sekolah," ucap Rora.
"Kakak mau makan di luar sama Bryan?" tanya Zeva.
"Iya," jawab Rora.
"Kak bagaimana jika Papa sampai melihat. Papa bisa tahu selama ini kalau kakak punya pacar tapi bisa mendapat masalah besar," ucap Zeva yang justru panik dengan rencana sang kakak.
"Kamu tenang saja dan jangan khawatir. Aku akan hati-hati kok. Lagi pula makanan makannya tidak jauh-jauh dari sekolah dan juga tidak dekat-dekat dengan Perusahaan papa. Pasti aman," ucap Rora yang terlihat membujuk adiknya itu. Namun Rora yang pasti takut untuk mengikuti kemauan sang kakak.
"Sudah ya Rora. Aku tahu kamu itu sangat pengertian sekali dan kamu jangan pulang dulu ya nanti kita pulang bareng-bareng setelah aku selesai berkencan dengan Bryan," ucap Rora Zeva dan Rora langsung pergi.
"Kak!" panggil Zeva. Namun tidak di pedulikan Rora.
"Hahhhhh, kenapa sih harus melanggar peraturan dari papa. Papa sudah tidak mengizinkan pacaran dan kak Rora pacaran diam-diam dan sekarang melibatkan.ku untuk kencan mereka berdua dan bagaimana jika Papa sampai melihat aku juga akan kena," batin Zeva dengan menghela nafas yang tidak bisa mengatakan apa-apa lagi dengan kepergian sang kakak yang bersama pacarnya.
Biasanya jika anak semakin ditekan dan juga banyak larangan maka anak akan diam-diam melakukan hal yang dilarang orang tuanya. Sama dengan Rora tanpa sepengetahuan kedua orang tuanya ternyata Rora sudah memiliki seorang kekasih dan bahkan sudah berjalan selama 3 bulan dan memang sangat tidak mungkin jika Zeva tidak mengetahui hal itu karena mereka satu sekolah.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments