Risya dan Arga yang sekarang berhadapan dengan seorang Dokter wanita muda yang berada di ruangannya. Arga dan Risya yang terlihat sangat panik dengan wajah keduanya mencemaskan sesuatu.
"Bagaimana Putri saya Dokter?" tanya Risya.
"Pendarahannya sudah berhenti," jawab Dokter wanita yang bernama Amanda tersebut.
"Lalu apa yang terjadi dengan anak kami?" tanya Arga.
"Pak Arga, Bu Risya. Selaput darah putri anak ibu dan bapak sobek dan adanya pemaksaan atas tindak pelecehan dan di sebabkan kondisi Rora sekarang seperti ini yang mengalami pendarahan yang cukup banyak," jawab Amanda.
"Apa kata Dokter? Apa itu artinya benar. Jika Rora....." Risya tidak sanggup melanjutkan kalimatnya yang pasti sangat tidak pernah di duganya.
"Iya Putri ibu dan bapak mengalami kekerasan seksual. Adanya pemerkosa yang di alaminya," jelas Dokter itu yang juga tidak tega memberitahu kenyataan itu.
"Ya Allah Rora!" lirih Risya dengan nafasnya yang terasa sangat sesak yang tidak percaya dengan apa yang terjadi.
"Ini tidak mungkin!" Arga juga terpukul dengan kenyataan itu.
Risya yang menangis di pelukan suaminya yang semakin tidak percaya dengan kebenaran yang apa adanya jika putrinya di perkosa. Tadinya Risya masih ingin sedikit harapan. Jika apa yang di katakan Polisi tidak benar. Tetapi sekarang semuanya benar-benar nyata sebagai seorang Ibu pasti rasanya sangat terpukul.
"Rora!" Risya yang hanya menangis sesenggukan.
Tangan Arga yang terkepal yang sekarang semakin hancur dengan kegagalannya sebagai seorang ayah. Tidak bisa menjaga anak perempuannya.
"Saya mengerti perasaan ibu dan bapak atas kejadian ini saya ikut prihatin. Saya sebagi Dokter yang menangani Putri ibu dan bapak akan berusaha untuk melakukan yang terbaik untuk pasien agar rasa traumanya hilang," ucap Amanda.
"Trauma bisa hilang. Lalu bagaimana dengan masa depan anak saya yang sudah hancur Dokter. Masa depan anak saya hancur di tangan pria yang tidak bertanggung jawab yang tidak tahu siapa," sentak Arga.
"Apa artinya semua ini. Apa semuanya bisa kembali lagi. Anak saya sudah hancur," rasa kekecewaan Arga yang hanya bisa di ungkapkan dengan rasa sakit luar biasa.
Dokter Amanda diam saja. Karena memang yang merasakan bagaimana sakitnya itu hanya kedua orang tua dan dia saja sebagai dokter bisa merasakan perasaan orang tua yang mendengar putrinya yang kehormatan yang sudah dirampas oleh orang lain yang tidak tahu siapa. Padahal Aurora masih seorang pelajar.
************
Kantin rumah sakit.
Dokter Amanda, Dokter Aksara dan Dokter Handika yang sekarang makan siang bersama di kantin rumah sakit.
"Bagaimana dengan mayat yang ditemukan di Bali?" tanya Amanda.
"Mayat perempuan remaja itu sudah di otopsi. Tidak ditemukan luka apa-apa di tubuhnya selain luka tusukan kayu yang menancap di perutnya. Mayat Steffie juga tidak terdapat tindak pelecehan seksual, seperti temannya," jawab Aksara yang memang seorang Dokter yang di beri kepercayaan untuk otopsi mayat dari Steffie.
"Jadi wanita yang ditemukan tewas itu adalah teman dari wanita yang aku tangani. Rora dia mengalami tindak kekerasan seksual," sahut Dokter Amanda.
"Iya mereka adalah teman yang pergi ke Bali untuk liburan dan mengadakan party di sana," sahut Askara.
"Apa pelakunya sama?" tanya Handika yang penasaran.
"Aku juga tidak tahu. Polisi sedang menyelidiki kasus ini. Ini kasus cukup berat. Pemerkosaan yang terjadi yang juga tidak di ketahui siapa orangnya dan kematian Steffie yang juga tidak tahu siapa pelakunya," sahut Askara.
"Tapi yang pasti yang dicurigai adalah orang-orang terdekatnya yang melakukan party di Villa," Askara hanya menduga-duga saja.
"Sepert yang di katakan Askara, ini merupakan kasus besar. Mereka adalah dari sekolah yang sama teman yang sama dan satu murid tewas dan satu lagi mendapatkan pelecehan," sahut Handika yang merasa sangat ngeri.
"Iya kamu benar," sahut Amanda.
"Jadi gadis yang bernama Zeva adalah kelompok dari orang-orang yang ada di Villa itu dan bahkan dia juga adalah hampir menjadi salah satu korban. Dia wanitanya yang menjadi korban. Apa jangan-jangan 3 pria yang hampir memperkosa Zeva adalah orang yang sama yang memperkosa Rora dan membunuh Steffie. Karena Steffie di temukan di pinggir laut dan Rora juga kemungkinan mereka mabuk. Karena bau alkohol yang tercium dari mulut keduanya. Mungkin saja iya. Sama dengan Zeva yang juga saat itu aku mencium alkohol. Mereka mungkin mabuk dan keluar Villa," batin Aksara yang tiba-tiba kepikiran akan sesuatu hal.
Askara juga ada di lokasi dan bahkan menyelamatkan Zeva. Apa yang terjadi pasti Askara tahu sedikit-sedikit.
"Aksara!" tegur Amanda yang melihat rekannya Itu tampak bengong.
"Iya!" jawab Aksara sadar dari lamunannya.
"Kamu kenapa?" tanya Amanda.
"Tidak apa-apa. Seperti apa yang kamu bilang. Kasus ini sangat besar," jawab Aksara yang tidak mungkin memberitahu apa yang di pikirkannya.
"Semoga saja Polisi cepat menyelesaikan kasus ini," sahut Handika.
"Aku juga berharap seperti itu," sahut Askara.
***********
Kantor Polisi.
Arga kembali ke kantor Polisi untuk lanjutan kasus dari Rora.
"Jadi bapak belum menemukan siapa yang sudah memperkosa anak saya?" tanya Arga dengan suara yang cukup tinggi.
"Kami belum menemukannya," kawan perwira Polisi yang bernama Firman. Polisi muda sekitar berusia 30 tahunan yang memakai pakaian biasa dan bukan pakaian dinas.
"Kenapa belum di temukan bajingan itu. Apa yang kalian kerjakan di sini!" sentak Arga yang tidak bisa mengendalikan dirinya.
"Maaf pak Arga. Tidak semudah itu untuk menemukannya. Kami harus mengumpulkan bukti dulu dan memastikan. Putri bapak diperkosa atau memang dilakukan suka sama suka," ucap Polisi yang membuat Arga terlihat emosi dengan tangannya yang terkepal.
"Apa maksud bapak mengatakan. Jika anak saya melakukan semua itu karena suka sama suka. Anak saya sudah jelas di perkosa dan hasil pemeriksaan rumah sakit sudah menjelaskan. Anak saya di perkosa," tegas Arga dengan emosi yang semakin naik. Sampai Arga berdiri dan tidak terima dari pernyataan Polisi di depannya itu.
"Tenang pak Arga. Saya berbicara karena menemukan beberapa bukti. Di dalam Villa dan di lokasi party yang diadakan murid-murid SMA yang usianya 17 tahun tanpa pengawasan orang tua terdapat botol minuman beralkohol dan Putri bapak juga mengkonsumsinya. Saya bisa berbicara seperti ini karena banyak kemungkinan Jika putri bapak yang mungkin dengan siapa yang dikenalnya telah melakukan karena ada perasaan suka sama suka," tegas Polisi
"Tutup mulut Anda. Putri saya tidak mungkin minum dan Putri saya tidak menjalin hubungan dengan siapapun. Tidak mungkin hal itu terjadi karena suka sama suka," tegas Arga yang penuh dengan emosi sampai memukul meja yang tidak terima dengan pernyataan Polisi tersebut.
"Kami ini seorang Polisi dan sudah melakukan pemeriksaan. Kami bukan Polisi yang asal tebak karena kami bekerja bukan main-main. Jika dari rumah sakit adanya hasil visum dengan sobeknya selaput darah. Banyak kemungkinan di lakukan dengan adanya paksaan. Tapi mungkin saja memeng mereka sama-sama ingin melakukannya," tegas Firman yang juga tidak terima dengan mendapatkan bentakan dari Arga dan ngotot dengan pendapatnya.
"Cukup punya asumsi dengan apa yang anda pikirkan," tegas Arga.
"Pak Arga. Kami tahu, pak Arga sulit atas kenyataan ini. Kembali saya katakan. Saya bekerja tidak main-main," tegas Firman.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments