"Apa yang terjadi. Kenapa Steffie seperti ini?" tanya Cindy dengan wajahnya ketakutan di campur dengan sedih yang tidak percaya melihat sahabatnya sudah berubah menjadi mayat dan mati dengan cukup mengenaskan. Apalagi mata Steffie saat pertama kali di lihatnya masih terbuka sempurna dan baru di tutup oleh salah satu pelayan.
"Aku juga tidak tahu apa yang terjadi. Ini sungguh aneh," Tiara juga bertanya-tanya. Mereka saling bertanya.
"Kalian yang pesta. Jadi kalian yang tahu apa yang terjadi sebenarnya. Kenapa sahabat kalian bisa sampai seperti itu," sahut Zavier yang juga kaget dan masih tidak percaya dengan apa yang nyata di depan matanya.
"Kak Rora di mana?" Zeva yang kembali teringat kakaknya yang tidak tahu di mana dan melihat Steffie yang seperti itu membuat Zeva jadi takut.
Wajar dia juga punya pikiran negatif tentang kakaknya yang mungkin saja akan sama dengan Steffie.
Aaaaaaaa
Tiba-tiba di tengah ketegangan itu terdengar suara teriakan yang terkencang yang membuat mereka semua saling melihat.
"Kak Rora!" lirih Zeva yang langsung berpikiran tentang kakaknya dan langsung berlari dengan kencang mencari suara tersebut.
"Zeva tunggu!" panggil Zavier yang juga mengejar Zeva. Dia juga kepikiran dengan sepupunya yang tidak terlihat.
"Rora!" Bryan yang panik akhirnya juga ikut menyusui.
"Bagaimana ini?" tanya Cindy pada Tiara.
"Kita lihat Rora dulu!" Tiara yang langsung menarik tangan Cindy yang juga memastikan keadaan Rora dan meninggalkan Steffie.
"Aisss!!! kenapa pada pergi sih," Marko yang garuk-garuk kepala juga ikut menyusul dan sama dengan Yoga yang juga ikut menyusul.
"Pak tolong urus teman saya. Ini salah satu teman kami. Tolong urus dan saya akan hubungi Polisi," ucap Reval memang tidak bisa meninggalkan mayat Steffie begitu saja dan setelah nelayan mengangguk Reval juga akhirnya menyusul yang lainnya. Dia juga ingin tahu keadaan Rora.
Zeva yang akhirnya menemukan Rora yang duduk di pinggir pantai yang berteriak histeris seperti orang gila dengan penampilan Rora yang berantakan dan rambut acak-acakan.
"Argggghhh!" Rora seperti pasien rumah sakit jiwa yang mengacak rambutnya dengan matanya yang melotot seperti ketakutan.
"Kak Rora!" lirih Zeva yang menghampiri Rora.
"Pergi!"
"Pergi!" Rora yang terlihat tidak ingin disentuh yang menutup kedua telinganya dan memejamkan matanya. Takut mendengar suara orang, takut pada orang-orang.
Zavier dan yang lainnya juga sudah sampai dan melihat keadaan Rora yang hancur membuat mereka bertanya-tanya dnegan wajah merak yang juga kaget.
"Kak ini Zeva!"
"Kakak kenapa?"
"Kak!" Zeva berusaha untuk menenangkan Rora yang berteriak histeris.
"Tidak!"
"Tidak!"
"Tidak!"
"Jangan sentuh aku!"
"Pergi!"
"Pergi!"
Rora terus ketakutan dengan menjauhkan diri dan berusaha menepis tangan yang ingin menyentuhnya.
"Kak tenang ini Zeva kak!" Zeva yang masih berusaha menenangkan Rora. Namun Rora tetap histeris dan membuat Zeva memeluk Rora yang berusaha untuk menenangkan Rora. Pelukan erat yang membuat Rora tetap meronta-ronta.
"Apa yang terjadi pada Rora?" tanya Bryan dengan wajah sendunya.
"Aku juga tidak tahu dan Steffie sudah tiada," jawab Cindy dengan bibirnya yang bergetar yang penuh dengan ketakutan. Bagaimana tidak terkejut yang satu teman seperti itu dan satu lagi lebih parah yang sudah sampai tewas.
"Bagaimana semua ini bisa terjadi," sahut Reval yang mengusap wajahnya sampai kepalanya yang terlihat frustasi dengan dua teman yang tidak tahu apa yang terjadi yang satu sudah mati dan satu berteriak histeria.
Rora yang di pelukan Zeva yang tiba-tiba pingsan.
"Rora!" lirih Zavier.
"Kak bantu kak Rora!" Zeva yang sudah menangis dengan ketakutan.
Zavier langsung bertindak dan langsung menggendong Rora ala bridal style yang membawa Rora pergi.
********
Matahari yang terik. Di lokasi di ditemukannya mayat Steffie sudah di garis polisi dan mayat Steffie yang di masukkan kedalam kantong Mayat. Banyak juga polisi yang mencari barang bukti atas kematian salah seorang penghuni Villa yang bahkan yang memiliki acara yang tewas dan tidak di ketahui apa sebabnya.
Di tempat itu ada Tiara, Cindy, Marko, Yoga, Bryan dan Reval yang melihat temannya yang tiba-tiba saja sudah mati.
"Steffie!" Cindy yang menangis bersama Tiara yang saling menguatkan dengan saling memeluk.
"Apa yang terjadi Marko. Kenapa Steffie bisa mati mendadak dan mengerikan seperti itu?" tanya yoga.
"Aku juga tidak tahu. Kita sama-sama molor, tepat," jawab Marko dengan keduanya berbisik-bisik.
"Di mana anak saya. Di mana!" tiba-tiba terdengar suara teriakan wanita.
"Tante Riana!" ucap Cindy.
Orang tua Steffie yang mendengar insiden yang terjadi langsung terbang dari Jakarta dan menuju lokasi.
"Anak saya kenapa bisa mati, mana anak saya!" Riana berteriak histeris yang ingin menghampiri kantung mayat itu. Namun tidak di perbolehkan oleh polisi.
"Saya ibunya, Saya ingin melihat anak saya apakah benar anak saya sudah mati apa tidak," teriak Riana yang akhirnya Polisi berikan kesempatan kepada Riana dan akhirnya Riana melihat mayat yang berada di kantung tersebut yang ternyata benar adalah putrinya.
"Argggghhh Steffie!" Riana teriak histeris saat melihat putrinya yang merayakan ulang tahun sudah tidak bernyawa lagi.
"Steffie!"
"Jangan tinggalkan mama!"
"Steffie!"
Teman-teman Steffie hanya bisa menangis melihat apa yang terjadi yang membuat mereka juga pasti sangat kehilangan.
**********
Lain dengan Rora yang terus berteriak histeris yang masih berada di dalam Villa yang di bawa kekamar yang tidak tahu apa yang terjadi. Polisi juga ada di Villa.
"Zeva hanya berusaha untuk menengakan kakaknya. Sementara Zavier yang berusaha terus untuk menghubungi keluarga Rora.
Akhirnya Arga dan Risya juga sampai ke Bali dan langsung menuju Villa dan melihat keadaan Putri mereka.
"Om Tante!" sahut Zavier yang merasa lega.
"Apa yang terjadi Zavier?" tanya Arga panik.
"Arggg pergi!" teriak Rora membuat Risya Arga langsung menghampiri suara tersebut yang kaget melihat keadaan Putri mereka seperti orang gila yang berteriak-teriak dengan mengacak-ngacak rambutnya.
"Rora!" lirih Risya dengan air matanya yang jatuh
"Mah!" sahut Zeva yang melihat kedatangan sang mama.
"Rora apa terjadi sama kamu Kenapa kamu bisa seperti ini?" Risya berusaha mendekati putrinya itu dengan memegang kedua tangan putrinya yang terus melukai dirinya mencakar-cakar tubuhnya sendiri dengan kukunya.
"Zeva ada apa dengan kakak kamu?" tanya Risya.
"Zeva juga tidak tahu mah," jawab Zeva yang sejak tadi panik.
"Pak! yang terjadi dengan putri saya Kenapa putri saya bisa sampai seperti ini?" tanya Arga pada salah satu pihak polisi yang ada di sana.
"Kami menduga putri anda mengalami kekerasan seksual yang mungkin putri anda di perkosa," ucap pihak berwajib yang membuat Arga kaget, Risya, Zeva dan Zavier juga kaget mendengar pernyataan dari polisi yang sebelumnya mereka memang tidak diberitahu apa yang terjadi.
"Tidak!" Arga sudah jantungan mendengar perkataan dari polisi.
"Tidak mungkin!" hati Risya sebagai seorang ibu juga hancur ketika menatap putrinya yang seperti orang gila dengan tatapan mata yang kosong yang terus melukai dirinya.
"Rora!" Risya yang langsung memeluk Rora walau orang memberontak.
"Pergi!" pergi!" Argggghhh!"
Rora tidak hentinya berteriak di dalam pelukan Risya yang memang terlihat sangat shock.
Tangis Zeva juga pecah saat mengetahui hal itu terjadi. Arga sebagai ayah yang sudah tidak bisa berkata-kata lagi selain melihat kepalanya yang terlihat begitu kaget.
"Arghhh!" terik Rora dengan suara yang semakin melemah diperlukan sang mama.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments