Jakarta
Mayat Steffie akhirnya dibawa ke Jakarta untuk melakukan otopsi dan sama dengan dengan Rora yang juga mengalami pendarahan dan dibawa ke Jakarta yang ditangani di Rumah sakit Jakarta.
Lokasi kejadian masih dikelilingi polisi baik Villa yang sudah digaris polisi tempat party mana beberapa polisi mencari barang bukti dan juga termasuk pinggir pantai di mana mayat Steffie ditemukan.
Liu, liu liu liu liu liu liu liu liu liu liu liu liu liu
Mobil ambulans yang berhenti di Rumah sakit Fatmawati Jakarta. Di mana para perawat langsung turun dari mobil ambulans yang membawa Rora yang tidak sadarkan diri yang memakai alat pernapasan dan juga darah yang masih mengalir di pahanya.
Arga, Zeva, Risya dan Zavier ikut mendorong tempat tidur dorong yang membawa Rora dengan mereka yang penuh dengan kepanikan.
"Rora kenapa kamu bisa seperti ini nak!" Risya yang tidak henti-hentinya menangisi putrinya.
Sampai akhirnya Rora di larikan ke ruang UGD dan langsung di tangani Dokter dan Suster yang tidak mengijinkan keluarga pasien untuk masuk.
"Rora!" Risya yang begitu hancur langsung dipeluk oleh Zeva. Ibu dan anak itu saling menguatkan satu sama lain.
"Mah tenang mah, kak Rora pasti baik-baik aja," ucap Zeva berusaha menenangkan sang ibu yang padahal dia sendiri juga tidak bisa tenang. Apa lagi saat mendengar dari Polisi adanya dugaan pemerkosaan yang terjadi pada Rora.
"Apa yang terjadi sebenarnya Zeva. Kenapa terjadi seperti ini. Ada apa dengan kakak kamu?" tanya Arga.
"Zeva juga tidak tahu pah. Kak Rora tiba-tiba saja seperti itu," jawab Zeva.
"Kamu bilang tidak tahu. Baru satu hari papa mempercayakan kamu untuk menjaga kakak kamu dan ini yang terjadi. Lihat apa yang terjadi pada kakak kamu! Kamu memang tidak bisa di percaya Zeva, kamu sangat mengecewakan papa!" teriak Arga yang penuh emosi yang menyalahkan Zeva dan Zeva hanya tersentak dengan tertunduk yang juga takut.
"Mas sudahlah kenapa harus menyalahkan Zeva. Jangan teriak-teriak. Ini rumah sakit mas," sahut Risya yang sudah melepas pelukan itu dari putrinya.
"Iya ini salah kamu yang sudah mengizinkan anak-anak untuk pergi dan lihat apa yang terjadi! kamu lihat Rora sekarang sudah seperti apa di dalam sana," Arga yang sekarang gantian menyalahkan istrinya yang berteriak-teriak di rumah sakit seperti orang kesurupan.
"Maafkan Zeva pah. Zeva tidak bisa menjaganya kak Rora," sahut Zeva yang merasa bersalah.
"Ya kamu memang yang salah, papa kecewa sama kamu," sentak Arga.
"Apa-apaan sih Om," sahut Zavier yang langsung bertindak.
"Om yang tugaskan aku untuk menjaga Rora dan Zeva dan Jika ada yang disalahkan dalam hal ini adalah aku bukan Zeva!" tegas Zavier juga tidak bisa diam saja jika Zeva yang di tekan dan sementara dirinya yang mempunyai tugas dan memang mengabaikan tugas itu dan lebih peduli dengan gamenya sehingga sepupunya menjadi korban yang tidak tahu apa yang terjadi.
Padahal Zeva sudah beberapa kali mengingatkannya. Namun Zavier tetap saja fokus dengan gamenya dan mengabaikan sepupunya yang berkali-kali mengingatkannya.
"Jadi jangan hanya menyalahkan Zeva saja Om. Salahkan aku. Semua tanggung jawab ini ada padaku," tegas Zavier yang tidak bisa diam melihat Zeva yang di salahkan.
"Kalian sama saja. Sudah seperti ini baru merasa bersalah dan sebelumnya kalian berdua tidak bisa di percaya," tegas Arga yang semakin marah dan hendak pergi.
"Kamu mau kemana?" tanya Risya
"Mencari pemerkosaan Rora. Aku akan membunuhnya!" tegas Arga yang langsung pergi dengan kemarahan dan penuh emosi yang sudah ingin menghajar pemerkosa Rora.
"Pa tunggu!" panggil Risya.
"Zavier kamu jaga Zeva. Tante kejar Om kamu dulu," ucap Risya.
"Iya Tante," jawab Zavier dan Risya yang langsung mengejar suaminya itu.
Zeva yang langsung menutup wajahnya dengan kedua tangannya yang menangis sesenggukan yang juga berlutut yang pasti akan menyalahkan dirinya atas apa yang terjadi pada kakaknya.
Zavier menghela nafas dan langsung berjongkok yang memeluk Zeva.
"Sudah-sudah. Om Arga sedang panik dan dia masih terkejut dengan apa yang terjadi. Ini semua bukan salah kamu," Zavier hanya berusaha untuk menengakan Zeva.
"Hiks, hiks, hiks, hiks!" Zeva terus menangis di pelukan Zavier.
"Jangan menangis Zeva. Apa yang terjadi bukan kesalahan kamu. Om Arga hanya marah," ucap Zavier.
"Tapi memang apa yang terjadi adalah kesalahan Zeva. Tidak tahu apa yang terjadi dengan kak Rora dan kenapa kak Rora bisa sampai seperti ini," ucap Zeva yang menangis sesenggukan yang merasa bersalah atas apa yang terjadi.
Ternyata ada Aksara tiba-tiba ada di sana dan melihat Zeva yang menangis di pelukan Zavier membuatnya seperti bertanya-tanya dengan wajah bingungnya.
"Dokter pasiennya sudah siap!" tiba-tiba ada yang memanggil Aksara ternyata Aksara adalah seorang Dokter di rumah sakit itu.
"Baiklah! Saya akan segera kesana," sahut Aksara yang masuk kedalam ruangan UGD untuk memeriksa pasien yang ingin di tangannya.
*******
"Pa tunggu!" Risya yang mengejar suaminya itu yang sudah berada di luar yang ingin masuk mobil.
"Apa lagi Risya!" sahut Arga.
"Kamu mau ngapain. Kamu mau mencari pemerkosa anak kita. Rora belum tentu di perkosa dan kamu jangan aneh-aneh yang melakukan hal itu!" ucap Risya yang mengharapkan ada keajaiban atas apa yang terjadi pada Rora.
"Kamu bilang belum tentu kamu dengar sendiri apa yang dikatakan Polisi dan Rora yang mengalami pendarahan di dalam sana dan kamu masih bilang belum," ucap Arga.
"Kamu tenangkan diri kamu dulu dan kita tunggu dulu hasil pemeriksaan dari Dokter. Jangan gegabah seperti ini. Aku tahu kamu terpukul, marah, kecewa, sedih, semua orang juga terpukul, aku juga sebagai seorang ibu sangat terluka melihat kondisi putriku seperti itu. Aku juga takut, aku panik mas. Aku hanya berusaha untuk tenang," ucap Risya yang kembali menangis yang terasa sesak di dadanya.
"Jika kamu seperti ini. Lalu bagaimana selanjutnya. Kita sekarang harus mendampingi Rora. Kamu jangan gegabah dulu," lanjut Risya. Arga terdiam dengan menghela nafasnya yang memejamkan matanya. Arga yang mencoba untuk tenang dan memeluk Risya dengan erat.
"Aku hanya merasa tidak berguna Risya. Kita gagal menjadi orang tua. Aku tidak bisa menjaga anak perempuanku. Aku gagal," ucap Arga yang menyalahkan dirinya sendiri atas apa yang terjadi.
"Aku juga gagal menjaga Aurora. Bagaimana kehidupan putri kita selanjutnya," sahut Risya juga merasa hancur dengan keadaan anak Aurora.
Hal yang tidak terduga terjadi. Tidak ada yah menginginkan kejadian itu. Belum selesai masa liburan. Masalah langsung datang dengan semua yang terjadi. Anak menjadi korban dan bagaimana orang tua tidak kecewa melihat apa yang yang sudah nyata di depan mata mereka.
**********
Zeva yang berada di depan ruangan kakaknya yang menunggu Aurora di tangani oleh Dokter. Zeva kembali teringat saat pertama kali dia menemukan Aurora.
"Kakak harus baik-baik saja. Maafkan Zeva kak. Gara-gara Zeva yang ketiduran sampai tidak bisa mengawasi kakak," Zeva harus menyalahkan dirinya atas apa yang terjadi.
"Tidak seharusnya semua ini terjadi. Kenapa aku bisa lalai seperti ini. Bagaimana jika yang di katakan Polisi benar. Aku takut," Zeva juga mencemaskan keadaan Rora.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments