Berbicara Tentang Pernikahan

Setelah menunggu sampai beberapa minggu lamanya, ketika semuanya serasa itu adalah akhir dari kehidupan yang berat, Ruby dibebaskan dari jeratan atau kurungan dalam kamarnya dan akhirnya bisa keluar juga.

Beberapa waktu yang lalu Dokter sempat memeriksa kesehatannya ulang karena memang saat itu adalah jadwal di mana Ruby diperiksa, Dokter menyatakan kalau kondisi Ruby perlahan mulai semakin membaik.

Pasiennya menjadi lebih sering tersenyum dan tertawa meskipun masih memerlukan ruang yang lebih luas untuk mengakrabkan dirinya dengan keadaan. Semua di mulai ketika Celphius membelikan gelang pada Ruby.

Yah, walaupun setiap bepergian keluar memang merupakan suatu kebebasan dan bisa menghirup udara lain dengan nyaman, namun itu bukan bagian di mana Celphius membiarkan Ruby untuk tetap berada di luar.

Setiap datang dari luar gadis itu selalu diarahkan menuju kamarnya dan mengunci kamar tersebut supaya tidak kabur. Namun sekarang, karena kesehatannya sudah membaik, Ruby akhirnya dibiarkan keluar.

Ketika diperhatikan secara terus menerus, Ruby selalu tersenyum bahagia mungkin pada akhirnya gadis itu dapat beraktivitas dengan leluasa. “Apa kau memang sesenang itu saat aku memutuskan untuk membebaskanmu?”

Sudut bibirnya semakin terangkat ke atas. Kepalanya mengangguk seperti mengiakan pertanyaan Celphius. “Iya, aku sangat senang. Memangnya siapa yang tidak senang saat orang sepertiku dibebaskan tanpa syarat begini?”

Celphius berdiri setelah membasuh kedua kaki Ruby dan memasangkan sandal pada kedua kakinya. “Itu karena kau sudah sembuh. Kalau tidak, aku tidak akan mungkin membiarkanmu begitu saja seperti ini.”

“Terima kasih.”

Lelaki itu berdiri dan meletakkan wadah berisi air hangat bekas membasuh kedua kakinya Ruby. “Kau hanya boleh berkeliaran di dalam rumah saja. Untuk keluar rumah, kau tetap harus memberitahuku lebih dulu.”

“Saat ini kondisi di luar rumah sedang tidak stabil dan kau harus tetap berhati-hati karena kau saat ini sedang berhubungan dengan nama Celphius Allen Blair. Kalau kau memaksa keluar sendiri, nyawamu dalam bahaya.”

Sudah sangat lama Ruby ingin mengetahui apa pekerjaan Celphius sebenarnya. Namun, dia tidak memiliki kesempatan untuk mengatakan itu karena takut dan merasa itu bukanlah urusannya yang harus di ketahui.

Celphius bisa saja menganggapnya ikut campur dalam urusan pribadinya sendiri karena memang yang Ruby lihat, Celphius hanya bekerja di sebuah perkantoran karena setiap hari hanya mengurusi dokumen saja.

“Kau memikirkan apa?”

“Oh?” Ruby terkejut. Khayalannya seketika buyar begitu saja. “Tidak, aku tidak sedang memikirkan apa pun. Aku hanya merasa tidak percaya saja. Kamu memercayaiku dan mulai mengurangi batasan ini hanya untukku.”

Alasannya adalah karena Ruby bukan hewan yang sengaja di kurung di dalam kamar agar tidak menggigit orang lain. “Jangan terlalu senang. Setelah ini kau harus mulai terapi mandiri agar bisa sembuh secara total.”

“Iya, aku mengerti. Aku akan berusaha membuatmu nyaman dan percaya aku bisa sembuh dengan sendirinya.” Bibirnya kembali tersenyum dengan manis. “Aku sangat berterima kasih karena sudah menolongku.”

“Kalau begitu sangat berterima kasih, bukankah seharusnya kau memberiku imbalan atas apa yang sudah kulakukan? Aku juga sampai membasuh kedua kakimu tadi. Hal yang tidak pernah kulakukan pada orang lain.”

Apa yang Celphius lakukan memang sangat di luar nalar. Dia bahkan tidak pernah membasuh kaki orang tuanya sendiri dan sekarang malah melakukannya pada seorang gadis yang lebih muda darinya. Tentu harus ada balasan.

Ruby sepertinya tahu apa yang sangat diinginkan oleh Celphius. Sudah beberapa kali dia mendengarnya dan satu-satunya yang membuat lelaki itu tertarik padanya hanyalah cerita mengenai hidupnya yang tertutup.

“Mm ... cerita hidupku tidak ada yang sempurna. Kalau kamu terus menerus mendengarnya kamu mungkin akan merasa bosan dan menganggap ceritaku ini sangat memuakkan. Aku juga tidak percaya diri,” kata Ruby.

Celphius tidak menginginkan kenyataan seperti itu. “Jika bukan adanya aku, tidak akan ada seorang pun yang mau mendengarkan cerita membosankanmu itu. Kau pikir saja baik-baik aku mau mendengar ceritamu ini atau tidak.”

“Sudah. Ikuti aku.”

“Iya.”

Gadis itu turun dari atas ranjang tempatnya duduk. Sandal berbulu yang dipakaikan oleh Celphius benar-benar nyaman di kakinya. Rasa hangat juga membuat Ruby merasa damai dan terus menggerakkan jari kakinya.

“Kau suka sandalnya?”

“Iya. Ini sangat nyaman. Dari mana kamu mendapatkan sandal seperti ini? Apa toko sandal juga menjual hal-hal yang seperti ini?” tanya Ruby. Sebelumnya tidak pernah melihat adanya sandal berbulu seperti itu.

“Kau mau sandal katak pun ada di sana.” Celphius bergerak cepat keluar kamar setelah mengatakan itu. Ia hanya bercanda tetapi kemungkinan sandal seperti itu memang orang-orang jual untuk sekadar iseng saja.

Ruby mengikuti langkah lelaki itu. Setelah melihat betapa luasnya ruangan tengah yang sangat ingin di lihatnya dengan durasi yang lama, pada akhirnya Ruby bisa mewujudkan keinginannya itu di hari istimewa ini.

“Wah, aku tidak pernah menyangka rumahnya seluas ini.” Matanya terpesona melihat betapa nyamannya di dalam ruangan itu yang bisa melakukan apa pun. ‘Ini seperti Celphius yang mengeluarkan banyak uang demi ini.’

Tanggapannya tepat sekali. Celphius juga berpikir seperti itu bahkan tempatnya lebih nyaman daripada di rumah ayahnya sendiri. Makanya Celphius lebih suka berada di tempat sederhana itu namun memiliki sisi nyaman.

Sejauh ini, hanya Vernon dan Ruby yang meninggali tempat itu dan keluar-masuk perumahannya. Tuan Cillian ataupun Flavian sama sekali tidak tahu rumahnya bahkan untuk menanyakannya saja tidak pernah sama sekali.

“Aku mau keluar sebentar. Jika kau membutuhkan sesuatu, panggil saja Vernon di ruangan sebelah. Aku akan kembali sore hari nanti. Dan ingat, jangan pergi keluar rumah sendirian. Kau paham?” Sangat melarang.

“Iya, aku mengerti.”

Lelaki itu meninggalkannya sendirian. Ruby pikir Celphius akan selalu menemaninya tetapi meskipun sangat berharap, memangnya siapa dirinya? Celphius juga tidak punya banyak waktu bersamanya sepanjang hari.

.

.

.

Sudah lama sekali tidak membahas Flavian dan Sienna dan memantau hubungan percintaan mereka yang sudah seperti apa sekarang. Ataukah mereka masih menunjukkan sisi ganasnya pada satu sama lainnya?

Tetapi, semenjak masalah waktu itu selesai dan mereka saling berpelukan satu sama lain, orang-orang mungkin berpikir bahwa hubungan keduanya terus berlanjut pada masa-masa yang paling membahagiakan selamanya.

Akan tetapi, entah kenapa rasanya semakin banyak masalah yang datang semakin susah pula hubungan percintaan mereka berlanjut dan berakhir di pernikahan. Ada banyak wanita yang selalu saja menggoda Flavian.

Sienna yang selalu bersabar akan segala hal pun memutuskan untuk terus menempel dengan Flavian karena dia percaya, lelaki yang dipacari olehnya itu adalah sosok yang dapat menepati janjinya dan setia.

Keduanya memasuki mobil dengan Flavian yang membukakan pintunya untuk Sienna. Wanita itu tersenyum dan berkata, “Terima kasih.” Lalu masuk ke dalam mobil setelah mengatakan kata-kata manis.

“Hari ini, kita mau ke mana?”

“Terserahmu saja. Aku akan menjalankan mobil ini kemanapun yang kamu inginkan.” Flavian membalas senyuman wanita itu. Kelihatannya memang tipe orang yang sangat setia dan sayang terhadap pacarnya.

Sienna terkekeh, “Hehe. Mm ... malam ini orang tuaku akan pulang dari dinas mereka. Katanya pekerjaan di luar negeri sudah selesai dan sudah waktunya untuk kembali pulang. Mereka juga sangat merindukanku.”

“Jadi, apa maumu?”

“Bagaimana kalau kita bicara pada orang tuaku kalau kita memutuskan untuk menikah? Kamu yang akan mengatakannya supaya orang tuaku percaya bahwa kamu serius ingin menikahiku,” ucap Sienna bertanya.

Flavian mendadak terdiam. Bibirnya menutup rapat seakan tidak ada satu pun kata-kata yang membuatnya ingin menanggapi ucapan pacarnya itu. Apakah mereka memang memutuskan untuk segera menikah?

Atau itu hanya ajakkan Sienna saja yang sangat ingin menjalani proses pernikahan dengan seseorang yang sangat di cintainya agar tidak didapatkan oleh orang lain? Itu juga waktu yang tepat untuk mengatakannya.

“Kenapa kamu diam saja?”

Lelaki itu melirik, “Aku hanya merasa tidak percaya diri saja. Aku akan menghadapkan diriku pada orang tuamu dan mengatakan niatku untuk menikah denganmu. Aku sangat takut tanggapan mereka semua.”

“Bagaimana kalau orang tuamu tidak merestui hubungan kita berdua dan memilih menjodohkanmu dengan pilihan orang tuamu? Jujur saja, Sienna ... saat ini aku sedang tidak merasa yakin mereka semua memercayaiku.”

Jika seorang pria sudah memantapkan hati untuk melamar dan menikahi wanitanya, mereka harus memberanikan diri untuk mengatakan secara jelas tentang niatnya mempersunting anak gadis mereka. Tak usah takut.

Sienna hanya tersenyum tipis lalu memegang tangan Flavian untuk menyemangatinya. “Kenapa kamu ragu seperti itu? Aku percaya kamu pasti bisa melakukannya. Orang tuaku juga menyukaimu, jadi, apa yang salah?”

“Walaupun kita baru menjalin hubungan selama beberapa bulan saja, tapi aku sangat mencintaimu. Kamu juga pasti merasakan hal yang sama, 'kan? Jujur saja, aku sangat ingin menikah denganmu dan punya anak.”

Sienna merupakan wanita yang dikenal setia dengan beberapa orang yang sempat berpacaran dengannya. Dalam setiap hubungan, percintaan mereka bahkan bisa sampai bertahun-tahun lamanya dan itu setiap orang.

Tidak memandang strata sosial, memiliki fisik yang tidak diyakini akan menafkahinya dengan layak, atau memiliki kehidupan masa lalu yang sulit untuk ditafsirkan, Sienna tidak pernah memedulikan apa yang orang katakan.

Namun, mereka (pria) yang selalu memutuskannya duluan dan mengakhiri hubungan harmonis itu. Tidak sedikit pula yang mengincar hartanya. Segalanya Sienna berikan namun orang-orang itu tetap tidak peduli.

Lalu, dia bertemu dengan Flavian dan mencoba tidak menaruh harapan agar tidak mengalami atau mengulangi kesalahan yang sama lagi. Rasa kagum itu pun tidak bertahan lama dan Sienna pun memiliki rasa berbeda.

Hingga akhirnya mereka memutuskan untuk saling bertemu dan Sienna berniat untuk mengatakan perasaannya. Tetapi, secara tidak terduga, justru Flavian yang lebih dulu menyatakan perasaan cintanya padanya.

Apakah itu tandanya jodoh?

[KEMBALI KE SAAT INI]

Flavian yang tidak percaya pada dirinya terus termenung dan terdiam membuat suasana di antara mereka menjadi tidak berarti. Padahal ada Sienna yang sejak tadi menunggu jawaban sang kekasih mau apa dan bagaimana.

‘Apa dia merasa terbebani dengan ajakkanku? Apakah Flavian tidak mau menikah denganku?’ Sienna berbicara dengan hatinya. Siapa tahu kekasihnya itu benar-benar merasa keberatan dengan apa yang dia katakan.

Wanita itu melepaskan genggamannya. Bibirnya tersenyum kembali untuk menunjukkan kalau dirinya baik-baik saja. Dia tidak mau menyusahkan pikiran kekasihnya hanya dengan masalah-masalah sepele yang diperbuat.

“Ya, sudah, Flavian. Kalau kamu tidak mau mengambil jawabamu sekarang kamu tidak perlu banyak berpikir dan ayo pulang saja. Aku sudah cukup lelah. Aku ingin beristirahat sejenak,” lirih Sienna sudah memutuskan.

“Sienna, aku minta maaf— ”

“Ayo, pulang.”

Wanita itu sudah tidak mau mendengarkan apa pun kata-kata yang keluar dari bibir kekasihnya. Pandangannya juga berpaling ke arah lain menolak untuk bertatapan dengan seseorang yang ragu-ragu untuk menikahinya.

“Baiklah.”

.

.

.

Sienna mendapat pikiran untuk mengakhiri hubungannya dengan Flavian setelah lama terdiam di dalam mobil dan merenung mencari jalan keluar. Hatinya terasa sangat sakit melihat ekspresi yang Flavian tampilkan.

Biasanya ketika seseorang ragu untuk mengatakan niatnya pada orang tua keluarga wanita, itu adalah orang yang tidak mau bersungguh-sungguh menjalin hubungan pernikahan atau merasa belum siap melakukannya.

“Kamu tidak usah ikut turun. Kamu langsung pulang saja karena hari ini aku mau beristirahat. Kamu tidak masalah, 'kan?” tanya Sienna. Dia mengusir Flavian secara halus agar tidak terkesan mencurigakan.

“Ya, sudah. Hubungi aku kalau kamu memerlukan sesuatu. Aku akan langsung mendatangimu secepat yang kamu mau. Tolong jangan membuatku merasa bersalah begini.” Flavian sepertinya menyadari kesalahannya.

“Iya.”

Suasana hatinya sedang tidak bersemangat untuk berbicara lebih banyak lagi. Flavian memandangi kepergiannya yang semakin lama semakin menjauh. Ucapannya sangat menyakiti hati Sienna yang berharap sangat tinggi.

‘Apa seharusnya aku tidak pernah mengatakan itu dan mengatakannya dengan cepat kalau aku ingin menikahinya? Itu demi mempertahankan senyumannya yang hanya ditunjukkan padaku,’ gumam Flavian dalam hati.

‘Tanpa berpikir panjang aku menyakiti hati kecilnya. Apa yang harus kulakukan untuk menghiburnya? Aku tidak pandai menghibur seseorang yang sedang bersedih. Aku harus bagaimana ini? Kakak! Kakak pasti tahu!’

Flavian buru-buru meninggalkan rumah Sienna setelah mengingat wajah kakaknya yang sangat tahu soal masalah percintaan. Waktu itu pun kakaknya yang memberikan petunjuk untuk mengejar Sienna jika menyukainya.

Dan sekarang dia harus mengatakan niatnya dan Celphius yang harus memberinya nasihat harus apa dan bagaimana. Pernikahan itu bukan sesuatu yang mudah. Harus ada niat dalam hati yang membantu prosesnya.

BERSAMBUNG

Episodes
1 Celphius Allen Blair
2 Pembuangan Mayat Hidup
3 Sekadar Perjodohan Bisnis
4 Jangan Membenci Kakakmu
5 Perhatian Seorang Kakak
6 Keluarlah Dari Rumah Ini!
7 THE KILLER
8 Jangan Tinggalkan Aku
9 Ruby Dengan Darahnya
10 Harapanku Adalah Kematian
11 Perjodohan yang Dibatalkan
12 Situasinya Semakin Membaik
13 Adanya Gangguan Kesehatan
14 Kejarlah Sebelum Terlambat!
15 Aku Akan Menunggumu
16 Hanya Sebatas Teman
17 Terlalu Banyak Merepotkan
18 Gudang yang Terbakar
19 Berbicara Tentang Pernikahan
20 Bukan Wanita Simpanan
21 Tiga Pemuda Asing
22 Siapa Nama Aslimu?
23 Melakukan Sebuah Transaksi
24 Ada Banyak Godaan
25 Berada Diujung Kehidupan
26 Celphius, Menikahlah Denganku
27 Terlalu Banyak Halusinasi
28 Menggulung Dalam Selimut
29 Keputusan Penuh Keraguan
30 Ini Sangat Menyakitkan
31 Pernikahan yang Mendadak
32 Menyentuh Tanpa Izin
33 Ungkapan Perasaan Sienna
34 Aku Membunuh Seseorang
35 Alat Pendeteksi Kejujuran
36 Ibumu Seorang Pelacur
37 Mengalami Patah Hati
38 Beda Orang Beda Sikap
39 Kali Ini, Bukan Halusinasi!
40 KESALAHPAHAMAN
41 Kedudukan Kekuasaan
42 Nyawa Menjadi Taruhan
43 Sebuah Penyadap Suara
44 Saling Menuntut Kebenaran
45 Penyembuhan Secara Pribadi
46 Hidup Setelah Mati
47 Perubahan yang Membingungkan
48 Cinta Bukanlah Kesalahan
49 Foto yang Sama
50 Berharap Pada Kematian
51 Tolong Selamatkan Aku
52 Amarah dan Dendam
53 Tercium Bau Busuk
54 Lautan Penuh Darah
55 Rencana Pengalihan Prioritas
56 Perasaan Tidak Nyaman
57 SEPENGGAL KISAH
58 Surat Pengajuan Kesepakatan
59 Ayahku Adalah Monster
60 Penyesalan yang Terlambat
61 Terbukanya Data Pribadi
62 Kesempatan Hidup Kedua
63 Tolong, Jagalah Adikmu
64 Penyusunan Rencana
65 Terlalu Menghayati Peran
66 Pengakuan Seorang Ibu
67 Di Mana Ibuku!
68 Visenya Althenia Milton
69 Sebuah Ciuman Terakhir
70 Hanyalah Istri Kontrak
71 Kehilangan Pasti Terjadi
72 Akankah Berakhir Bahagia?
73 Menunggu Kelahiran Flavian
74 Flavian Heinz Blair
75 Inilah Takdir Baru
Episodes

Updated 75 Episodes

1
Celphius Allen Blair
2
Pembuangan Mayat Hidup
3
Sekadar Perjodohan Bisnis
4
Jangan Membenci Kakakmu
5
Perhatian Seorang Kakak
6
Keluarlah Dari Rumah Ini!
7
THE KILLER
8
Jangan Tinggalkan Aku
9
Ruby Dengan Darahnya
10
Harapanku Adalah Kematian
11
Perjodohan yang Dibatalkan
12
Situasinya Semakin Membaik
13
Adanya Gangguan Kesehatan
14
Kejarlah Sebelum Terlambat!
15
Aku Akan Menunggumu
16
Hanya Sebatas Teman
17
Terlalu Banyak Merepotkan
18
Gudang yang Terbakar
19
Berbicara Tentang Pernikahan
20
Bukan Wanita Simpanan
21
Tiga Pemuda Asing
22
Siapa Nama Aslimu?
23
Melakukan Sebuah Transaksi
24
Ada Banyak Godaan
25
Berada Diujung Kehidupan
26
Celphius, Menikahlah Denganku
27
Terlalu Banyak Halusinasi
28
Menggulung Dalam Selimut
29
Keputusan Penuh Keraguan
30
Ini Sangat Menyakitkan
31
Pernikahan yang Mendadak
32
Menyentuh Tanpa Izin
33
Ungkapan Perasaan Sienna
34
Aku Membunuh Seseorang
35
Alat Pendeteksi Kejujuran
36
Ibumu Seorang Pelacur
37
Mengalami Patah Hati
38
Beda Orang Beda Sikap
39
Kali Ini, Bukan Halusinasi!
40
KESALAHPAHAMAN
41
Kedudukan Kekuasaan
42
Nyawa Menjadi Taruhan
43
Sebuah Penyadap Suara
44
Saling Menuntut Kebenaran
45
Penyembuhan Secara Pribadi
46
Hidup Setelah Mati
47
Perubahan yang Membingungkan
48
Cinta Bukanlah Kesalahan
49
Foto yang Sama
50
Berharap Pada Kematian
51
Tolong Selamatkan Aku
52
Amarah dan Dendam
53
Tercium Bau Busuk
54
Lautan Penuh Darah
55
Rencana Pengalihan Prioritas
56
Perasaan Tidak Nyaman
57
SEPENGGAL KISAH
58
Surat Pengajuan Kesepakatan
59
Ayahku Adalah Monster
60
Penyesalan yang Terlambat
61
Terbukanya Data Pribadi
62
Kesempatan Hidup Kedua
63
Tolong, Jagalah Adikmu
64
Penyusunan Rencana
65
Terlalu Menghayati Peran
66
Pengakuan Seorang Ibu
67
Di Mana Ibuku!
68
Visenya Althenia Milton
69
Sebuah Ciuman Terakhir
70
Hanyalah Istri Kontrak
71
Kehilangan Pasti Terjadi
72
Akankah Berakhir Bahagia?
73
Menunggu Kelahiran Flavian
74
Flavian Heinz Blair
75
Inilah Takdir Baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!