Di malam harinya, Celphius pulang ke rumahnya sendiri yang terpisah dari rumah keluarganya. Ayahnya yang sering berbohong mengenai kepergian ibunya membuat Celphius merasa muak dan akhirnya pergi dari sana.
Vernon berada satu rumah dengannya karena sudah tidak memiliki tempat tinggal dan orang tuanya pun sudah meninggal dunia. Sang bodyguard yang dulu hanya luntang-lantung di jalanan akhirnya menemukan Celphius.
Lelaki itu pun akhirnya membawa Vernon dan merekrutnya sebagai bodyguard serta asisten pribadinya. “Saya akan menyiapkan makan malam untuk Anda, Tuan.”
“Iya.”
Perutnya memang sudah sangat lapar sekali. Tetapi sangat malas sekali mampir sebentar ke sebuah restoran yang mempunyai banyak keramaian dan orang-orang yang selalu berisik. Celphius tak suka suasananya.
Jadi, dia lebih memilih makan di rumah, satu-satunya tempat yang paling tenang dan nyaman baginya. Sekalipun keluarganya memintanya datang ke rumah untuk sekadar makan malam, Celphius selalu menolak.
Setelah mandi dan berganti pakaian menjadi pakaian santai serta rambut yang basah akibat terkena guyuran air saat mandi tadi, Celphius membawa semangkuk air dan handuk kecil lalu masuk ke suatu ruangan.
CEKLEK!
“Ruby, saatnya mandi.”
Celphius berseru, memanggil nama seseorang dengan sebutan 'Ruby' yang mungkin ditunjukkan kepada seorang gadis yang tengah berbaring di ranjang sana. Ada peralatan semacam alat medis di kamar itu.
Patient monitor juga terus berbunyi mengiringi denyut jantung dari gadis yang hanya menutup mata. Celphius mulai membasahi handuk kecil tersebut dan membalur handuk basah itu pada tubuh Ruby yang diam.
“Sudah sebulan kau belum juga sadarkan diri. Apa mungkin kau mengalami pendarahan di dalam kepalamu yang lumayan cukup parah untuk bisa sadarkan diri?”
“Kau tidak bosan terus tertidur tanpa mau membuka mata? Aku yang melihatnya saja sangat bosan dan merasa muak. Tapi, aku juga tidak bisa membuangmu begitu.”
“Setidaknya dengan keberadaanmu kehidupanku tidak terlalu suram dan menyedihkan. Aku akan anggap kau adalah penyemangat dalam kehidupanku, Ruby.”
Bukan adik perempuan atau apa pun yang berhubungan dengan keluarga. Ruby adalah seorang gadis yang ditemukan Celphius saat beberapa rombongan orang sedang membuangnya di tengah hutan yang sepi.
Dan secara tak di sengaja Celphius menjadi satu-satunya saksi bisu yang menyaksikan momen orang-orang itu membuang Ruby di suatu tempat sepi di mana saat itu hanya dirinya seorang yang harus membawa gadis itu.
.
.
.
[SEBULAN YANG LALU]
Seorang pria paruh baya membanting paksa tubuh gadis tidak berdaya itu keluar pintu. Beliau memerintahkan pengawalnya untuk membuang gadis tersebut tidak peduli di mana tempatnya asalkan jauh dari tempat tinggalnya.
“Bawa anak ini keluar dari rumahku! Buang yang jauh dan pastikan dia tidak akan kembali lagi ke sini!” ucapnya dengan nada suara yang sungguh sangat menyeramkan.
“Laksanakan!”
Orang-orang yang disebut sebagai pengawal itu pun mulai membawa tubuh sang gadis masuk ke dalam sebuah mobil. Dan tidak lama kemudian mobil tersebut menyala dan melaju meninggalkan kediaman gadis itu.
Ada rumor yang mengatakan kalau gadis itu adalah anak haram dari pasangan yang dulu berselingkuh. Selama bertahun-tahun gadis itu mengalami penganiayaan hebat dari ayahnya sendiri hanya karena status tersebut.
Bahkan sang ibu pun tidak pernah mengurusnya. Orang tua itu malah justru meninggalkan anaknya karena takut popularitasnya akan tercemar dengan adanya anak tersebut. Inilah hasil dari perbuatan perselingkuhan itu.
Anak yang jadi korban.
Setelah melewati banyak titik, akhirnya mobil yang mengangkut satu orang mayat hidup itu berhenti di suatu tempat yang banyak pepohonannya. Rumput-rumputan yang setinggi lutut sempat menyusahkan perjalanan.
“Ini sudah cukup jauh dari tempat tinggal bos. Ayo kita letakkan di sini saja sebelum ada yang melihat,” ucap seorang pria pada teman-temannya yang juga pengawal.
“Tempat ini sangat sepi, tidak mungkin ada seseorang yang datang kemari. Lagi pula, gadis ini masih perawan. Apa tidak kita nikmati saja sebelum pergi?” tanya yang lain.
PLAK!
Kepala pria mesum itu di pukul oleh rekan kerjanya. “Kau jangan mengada-ngada! Kita hanya ditugaskan untuk membuangnya saja! Kau jangan terlalu berlebihan!”
“Walaupun dia hanya seorang anak haram tapi kita harus menuruti apa yang bos perintahkan! Dengan luka seperti itu, apa kau tidak jijik saat bercinta dengannya?”
Pria mesum itu kembali melihat kepada sang gadis yang hanya diam menutup kedua matanya. Gadis itu tidak mati. Ia masih hidup namun terpaksa diberikan obat tidur bahkan saat sebelumnya sempat pingsan akibat pukulan.
Orang itu membatin dalam hati, ‘Sepertinya tak masalah dengan tubuh yang seperti itu, asalkan dia masih perawan dan wajib untuk dinikmati.’ Pikirannya sangat kotor.
Hanya dirinya sendiri yang tersenyum menyeringai sembari menatap pada gadis tidak berdaya tersebut. Ada pikiran untuk menikmati segala kenikmatan yang terdapat dalam tubuh gadis muda itu tanpa diketahui orang.
“Sudah! Ayo kita pergi dari sini. Kita tidak boleh ketahuan agar orang-orang tidak mencurigai kita,” ucap seorang pemimpin dari kelompok pengawal itu.
Mereka pun memutuskan untuk meninggalkan daerah itu karena takut ketahuan ada orang yang melihat mereka membuang mayat hidup, meskipun malam yang gelap gulita menyelimuti daerah sana dan sedikit tersembunyi.
Ketika sudah berada di dekat mobil, tiba-tiba pria mesum yang tadi sempat mengatakan hal-hal kotor meraba-raba bagian baju dan celana seperti mencari sesuatu. Teman-teman yang sudah menaiki mobil pun keheranan.
“Ada apa denganmu?” tanya teman si pria mesum.
“Sepertinya ponselku tertinggal di sana. Aku akan pergi mencarinya sebentar. Kalian tunggulah di sini sebentar saja,” ucap pria mesum itu bergegas berlari ke sana.
“Haa ... apa-apaan dia? Padahal kita sangat terburu-buru tapi dia bisa-bisanya ceroboh meninggalkan ponselnya di hutan.” Teman yang lain hanya bisa menghela napas.
“Sudahlah. Kita tunggu saja dia sebentar. Tidak mungkin kalau kita meninggalkannya sendirian di sini. Itu bisa saja menimbulkan masalah,” kata ketua pengawal itu.
Beralih ke tempat lain. Si pria mesum kini sudah berada dekat dengan gadis yang masih berada di posisi yang sama dengan senyuman yang menyeringai. Seperti ada maksud lain di balik senyuman itu terhadap gadis tersebut.
“Hahaha ... habislah kau ... ” Si pria mesum itu mulai membuka resleting celananya dan kemudian melebarkan paha gadis itu untuk memudahkan miliknya masuk.
Tetapi ...
BUGH!
Tubuh pria mesum itu kini mulai tumbang ke samping setelah ingin memasuki miliknya ke dalam area kewanitaan. Seorang pria asing berpakaian hitam memegang balok kayu yang membuat pria itu pingsan.
“Si berengsek ini, padahal sudah diingatkan tetap saja keras kepala.” Celphius bicara sendiri sembari mengolok-olok si pria mesum yang hendak berbuat buruk.
Pandangannya kemudian beralih pada sang gadis yang masih terkena pengaruh obat tidur yang ayahnya berikan. Setelah melihatnya secara teliti, Celphius mengeluarkan pisau dari balik celana dan menyayat leher si pria mesum.
Dia juga berkali-kali menusuk perut orang itu sebagai bukti pembalasan dendam mewakili sang gadis. Setelah puas dengan semua itu, Celphius semakin menyeret tubuh sang pria untuk menjauh dari tempat itu.
SYUNG!
Dilemparkannya ke jurang sembari berkata, “Pergilah ke neraka.” Dengan tatapan yang dingin menyaksikan bagaimana tubuh pria itu mengguling menuruni jurang. Tidak ada seorang pun yang bisa menemukannya.
Lelaki itu kembali ke tempat di mana dia menemukan gadis yang terbuang oleh beberapa orang. Kondisinya sangat mengkhawatirkan. Tubuhnya banyak yang luka dan kepalanya seperti terkena pukulan benda yang keras.
“Dari tampilannya memang seperti gadis perawan. Kenapa mereka membuangnya di sini? Apa mereka berpikir tidak akan ada orang yang datang kemari?” tanyanya.
Hanya dengan melihat dari penampilan saja sudah meyakinkan Celphius mengenali privasi sang gadis yang tak pernah diperlihatkan pada siapa pun. Kepalanya mendongak saat mendengar ada suara seseorang.
“Di mana si bodoh itu? Kenapa dia belum datang juga?” Rupanya, teman-teman si pria yang dijatuhkan tadi datang mencari rekannya yang pergi mencari ponselnya.
“Sudahlah, Bos. Kita tinggalkan saja dia dan pulang. Ini sudah larut malam. Kita juga harus mengurusi banyak hal besok pagi,” rengek satu temannya yang tak peduli.
Bahkan setelah beberapa menit mencari temannya yang pada akhirnya tak ketemu, bahkan sampai tak menyadari kalau gadis itu sudah menghilang, mereka semua pun meninggalkan tempat itu beserta satu temannya.
Celphius yang menemukan gadis itu tadi membawanya ke dalam mobilnya untuk di bawa pulang dan di periksa. Ia juga akan mencari tahu siapa yang telah berniat membuang mayat hidup itu di tengah-tengah hutan.
.
.
.
Setelah semuanya selesai, Celphius meninggalkan kamar itu dan rupanya Vernon sudah menyiapkan segala masakan seadanya yang ada di dalam kulkas. Walaupun kaya raya, tetapi Celphius tak berfoya-foya.
“Tuan.”
“Kau sudah bekerja keras.”
Pujian yang sangat berharga. “Terima kasih. Saya akan sangat senang kalau Anda menikmati makanan sederhana ini tanpa mengkhawatirkan apa pun,” kata Vernon.
Kursi yang akan di duduki oleh Celphius tiba-tiba ditarik oleh Vernon dan membantu mempersilakan sang majikan untuk duduk di tempat biasanya. Mereka berdua sudah terbiasa makan berdua di meja yang sama.
Makanan yang dibuat oleh bodyguardnya memang cocok dengan lidah Celphius yang sejak kecil memakan makanan mahal khas restoran bintang lima. Tetapi karena sekarang sudah berbeda, hanya itu yang tersisa.
“Bagaimana keadaan Nona Ruby? Apakah kondisinya masih belum memungkinkan untuk membuka matanya?” tanya Vernon. Sudah sebulan masih seperti itu saja.
“Dia masih belum sadarkan diri. Aku menduga ada yang salah dengan kepalanya dan mungkin ada suatu kerusakan di dalamnya hingga sampai sekarang belum sadar.”
Itu hanya dugaannya saja. “Kalau begitu, saya akan memanggilkan Dokter terbaik untuk memeriksa kondisi Nona Ruby. Dugaan Anda bisa jadi ada benarnya, Tuan.”
Jika Vernon merasa memang seperti itu mungkin dugaannya memang benar bahwa ada sesuatu yang terjadi kepada Ruby selama ini. Dokter yang dulu sempat memeriksa kondisinya memang bukan Dokter terbaik.
Celphius semakin berpikir panjang. “Setelah makan malam bawa Dokter yang dulu pernah memeriksa Ruby kemari. Ada hal penting yang harus kubicarakan dengannya.”
“Baik, Tuan.”
Dia ingin memulai penyelidikan dan memastikan sendiri bahwa Dokter itu bukan termasuk mata-mata yang menyamar menjadi seorang Dokter. Ada banyak mata yang menginginkan kehancuran Celphius selama ini.
Jika alasan mengapa Ruby tidak sadarkan diri sampai sekarang adalah karena perbuatan Dokter gadungan itu, Celphius bersumpah tidak akan mengampuninya walau Dokter itu memohon-mohon padanya.
BERSAMBUNG
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments