Terlalu Banyak Merepotkan

8:00 AM

Celphius sedang memilih berbagai pakaian baru yang berada di suatu toko pakaian milik pria. Karena semalam sudah berjanji akan mengajak Ruby jalan-jalan bersama agar memudahkan Vernon memasang kameranya.

Nantinya kamera itu akan terhubung pada ponsel serta komputer miliknya sebagai alat pemantau jika Vernon sedang tidak berada di sisi gadis itu. Dan untungnya mereka masih memiliki banyak kamera cadangan.

“Saya akan membawa yang ini dan yang ini. Tolong bungkus secepatnya,” ucap Celphius sudah memilih pakaian yang disukai olehnya. Lalu, dia menoleh pada Ruby. “Kau mau membeli apa? Nanti kubelikan untukmu.”

Tetapi, gadis itu justru hanya terdiam membisu. Tidak ada kata 'semangat' yang merasuk ke dalam jiwanya dan menghangatkan organ-organ tubuhnya. Hanya kedinginan dan ketidaknyamanan yang selalu Ruby tunjukkan.

Pelayan toko baju itu kembali dan memberikan paper bag berisi pakaian yang baru saja di beli. “Kalau kau tidak mau membeli sesuatu, bagaimana aku bisa membelanjakanmu dan memberimu barang-barang baru sebagai hadiah?”

Memangnya siapa yang menginginkan itu? Bukan Ruby. Gadis itu saja tidak tahu apa yang sangat diinginkannya jadi bagaimana harus menunjuk atau memilih? Dia memakai apa pun yang diberikan orang lain padanya.

“Atau kau mau makan sesuatu? Aku akan membawamu ke sebuah restoran jika kau memang sangat lapar. Tadi pagi kau hanya makan sedikit dan itu pun hanya dengan sepotong roti. Kau harus memakan nasi juga, Ruby.”

Lelaki itu memegang tangan Ruby dan mengajaknya keluar toko. “Aku pernah datang ke tempat ini sudah ada beberapa kali. Bisa di bilang ini adalah tempat langganan di mana aku selalu membeli pakaian dan celana baru.”

“Kita tidak boleh banyak memakai pakaian yang sama dalam setiap harinya. Harus ada pakaian cadangan yang bisa membuat tubuh kita menjadi lebih merasa sejuk dan nyaman saat memakainya. Kau juga harus beli pakaian.”

Mendadak, Ruby menghentikan langkahnya. Langkah Celphius pun ikut terhenti karena tangannya terhubung dengan tangan Ruby. Apa yang membuat gadis itu berhenti di tengah jalan? Dia ingin membeli sesuatu?

“Ada apa?”

“Berhentilah mengurusku dan biarkan aku pergi.” Itu merupakan permintaan mendadak yang Ruby buat tanpa berpikir panjang. Dulu dia tidak mau meninggalkan rumah tetapi sekarang dia berubah pikiran?

“Memang apa masalahnya dengan semua itu? Kenapa kau tiba-tiba ingin pergi dariku padahal sebelumnya kau memohon agar aku tidak mengusirmu. Ada apa ini? Apa yang kau pikirkan, Ruby?” tanya Celphius menyeringai.

“Rasa-rasanya memang semuanya terasa cukup berat antara kamu dan aku. Aku tidak bisa berada terus di sisimu dan aku memilih untuk melepaskanmu. Aku tidak mau bersamamu,” lirih Ruby tampak sangat khawatir.

Gadis itu mencoba melepaskan genggaman tangan Celphius yang terus mencengkeram tangannya. “Dulu aku memang sangat ingin kau meninggalkan rumahku saat sembuh. Tapi, sekarang aku berubah pikiran.”

“Ada baiknya kita tetap bersama-sama saja seperti ini dan saling menjaga satu sama lain sampai kau mau mengatakan apa yang terjadi. Tanpa izin dariku, kau tidak akan pernah bisa lepas dariku,” ujar Celphius mengancam.

Lelaki ini memang keras kepala sekali. Dia tidak mau melepaskan anak orang yang memintanya untuk melepaskan ikatannya dan membiarkan burung itu terbang sesuka hati dan mati oleh para pemburu burung.

Sampai tidak mendapatkan izin khusus dari sang pengikat, maka burung itu tidak akan dibiarkan lepas begitu saja. Kalau seandainya tidak mau terluka lebih parah lagi, ada baiknya Ruby tetap berlindung di belakang Celphius.

“Mm ... sekarang apa yang harus kita beli? Aku tidak tahu apa yang kau sukai dan kau pun tidak mau mengatakan apa yang kau inginkan. Kalau begitu, aku akan membeli apa pun yang kumau untukmu sesuka hatiku.”

Tidak mungkin bukan jika mereka pulang dengan tangan kosong dan hanya membeli beberapa helai pakaian dan itu pun adalah pakaian Celphius? Ruby diajak berjalan dengannya dan artinya juga harus dapat sesuatu.

“Lihat, Ruby. Ada aksesori lucu di sana. Ayo ke sana dan beli sesuatu untukmu. Kau tidak pernah memakai aksesori seperti itu, 'kan?” Celphius hanya bertanya sendiri sembari menarik tangan Ruby menuju ke sana.

“Selamat datang.”

Penjual toko aksesori itu menyambut kedatangan Celphius dan Ruby dengan senyuman yang hangat. Tetapi bagi Ruby, itu adalah senyuman yang mengancam kehidupannya sampai berlindung di tubuh Celphius.

“Lihatlah, Ruby, jangan hanya bersembunyi. Ada banyak aksesori lucu dan keren di sini. Pilihlah apa yang kau sukai. Atau kau mau aku yang memilihkannya? Baiklah. Aku akan memilihkannya untukmu,” katanya.

Celphius mengambil sebuah gelang yang mungkin akan terlihat cocok jika dipakai oleh Ruby. Warnanya juga sangat sesuai dengan kulit Ruby yang putih dan bercahaya meskipun ada banyak bekas luka yang memenuhinya.

Dia membantu memasangkannya pada lengan sebelah kiri dan terlihat sangat bagus dan cocok dengan warna kulitnya. Celphius tampak puas dengan hasil yang dipilih olehnya. Ternyata tidak seburuk yang dipikirkannya.

“Apa kau menyukainya? Kau tidak boleh melepaskan gelang ini dan biarkan talinya putus dengan sendirinya. Anggap saja ini adalah gelang keajaiban yang akan menyelamatkan hidupmu,” ucap Celphius menghibur.

Sesuatu yang baru pertama kali memang terlihat sangat menakjubkan dan membuat perasaan setiap orang yang mengalaminya merasakan hal-hal baru. Seseorang yang memberikan gelang itu juga baru pertama kali dirasakan.

Dan Ruby sulit mengungkapkan perasaannya mau senang atau sedih. Yang pasti sekarang ini, ketika bibirnya mencoba untuk tersenyum, telah membuat Celphius merasa hal sederhana itu yang membuatnya senang.

Celphius membayar harga barang yang sudah dipakai oleh Ruby dan nominalnya pun bisa di bilang sangat murah meriah. Ruby tampak menyukainya jadi Celphius juga sempat tertarik membelinya satu untuk dirinya sendiri.

“Terima kasih. Silakan datang kembali.”

Lelaki itu membawa Ruby keluar dan entah harus ke mana mereka melanjutkan perjalanan yang membosankan itu. “Ruby, apa kau merasa lapar? Ayo kita pergi ke suatu restoran. Kau bisa mendapatkan makanan enak di sana.”

Hanya menggeleng-geleng sebagai tanda bahagia Ruby atas barang yang menempel di pergelangan tangannya itu. Karena saking fokusnya menatap pada gelang tersebut, Ruby sampai tak dengar ucapan yang Celphius katakan.

.

.

.

Suasananya lumayan lebih tenang daripada di pusat perbelanjaan tadi yang bahkan orang-orang di sana harus saling berdesak-desakan demi menuju ke suatu tempat yang mereka inginkan. Tetapi di sini sangat berbeda sekali.

Cocok untuk Ruby yang tidak terlalu suka keramaian dan bisa menghindari suatu tatapan manusia yang menurutnya sangat menyeramkan. Celphius menarik salah satu kursi untuk Ruby duduki yang saling berhadapan.

“Ruby, kau ingin memesan apa?”

Gadis itu mendongak saat Celphius menyerukan namanya. Dia juga melihat seorang pelayan yang membawakan buku menu di atas meja. Karena menu makanannya terlalu buat pusing, Ruby memesan yang mudah saja.

“Aku ... ingin makan sayur dan nasi saja.” Itu sudah cukup untuk mengenyangkan perutnya yang kelaparan sejak beberapa hari. Dia hanya memakan sepotong roti yang Celphius bawakan itu pun sesuai keinginannya.

“Apa? Kau hanya memesan sayur dan nasi saja? Kalau memang itu maumu kita pulang saja dan makan di rumah. Tidak perlu susah-susah untuk datang kemari,” ujar Celphius sedikit tidak menyangka dengan pilihannya.

“Itu karena kamu menyuruhku untuk memakan banyak nasi, jadi ... aku memilih memesan sayur dan nasi saja. Itu sudah cukup untukku,” sahut Ruby. Dalam pengucapannya sedikit agak diperlambat.

“Haa ... ya, sudah. Terserah kau saja. Kami akan memesan sayur dan nasi juga buatkan spaghetti dan minuman bervitamin di sini. Dan, 'ya. Tolong bungkuskan dua burger untuk dibawa pulang,” katanya kepada pelayan itu.

“Baik.”

Pelayan itu meninggalkan meja Celphius dan Ruby setelah mencatat pesanan yang diinginkan oleh para pelanggan. Orang-orang yang terlalu berisik sejak tadi terus mengganggu ketenangan Ruby yang ingin diam.

Namun, tidak bisa seenaknya menyuruh mereka untuk diam sesuai dengan perintahnya. Karena pada dasarnya tempat yang mereka datangi sekarang ini adalah tempat umum dan siapa pun boleh berbuat apa pun.

“Aku cukup terkejut kau mau menuruti apa yang kuperintahkan setelah sekian lama berlalu. Pada akhirnya kau mau memakan nasi dan mengedepankan perut kosongmu untuk selalu bertahan hidup,” seringai ucapnya.

“Sebenarnya tidak ada yang istimewa. Aku hanya menginginkan sesuatu yang seperti itu dan sekarang sudah bosan memakan banyak roti. Jadi, aku sedang mencoba sesuatu yang baru,” jawab Ruby tidak tahu menatap apa.

“Itu cukup bagus. Kalau kau ingin bertahan hidup dan tumbuh dengan baik kau harus makan dengan lahap dan jangan melewatkan makan. Makanlah saat kau sedang lapar saja. Kau mengerti?” Tidak ada jam makan.

Ruby harus menyesuaikan makanannya dengan perut kosongnya. “Aku mengerti.” Dia kembali menunduk setelah mengatakan itu. Meremas tangannya satu sama lain dengan tatapan yang seperti menyelidiki sesuatu.

Beberapa menit menunggu, akhirnya pesanan mereka datang juga. Pelayan itu meletakkan masing-masing makanan pesanan pelanggannya di tempat yang sudah ditentukan. Sayur dan nasi sudah ada di hadapan Ruby.

Keduanya pun mulai mengambil sendok atau barang yang dibutuhkan untuk mengambil makanan itu bersiap menyantap hidangan yang sudah dipesan sebelumnya. Ruby melirik ke arah lain memperhatikan sesuatu.

Sebelum pada akhirnya memasukkan nasi ke dalam mulutnya. Ruby paling menyukai memakan nasi terlebih dahulu ketimbang sayur yang harus didahulukan. Hasilnya memang sama saja tetapi itu lebih membuatnya nyaman.

“Apa kau tidak masalah hanya memakan itu saja? Kau tidak membutuhkan makanan lain yang berbeda dari itu?” Masalahnya ini itu adalah restoran, jika hanya ingin makan sayur dengan nasi sebaiknya lakukan di rumah.

Orang-orang jadi memperhatikannya karena memesan makanan yang sederhana di tempat yang mahal. Tetapi, tatapan yang sebenarnya mengganggu Ruby itu sengaja ditahan supaya Celphius tidak terlalu menyadarinya.

“Tidak, ini sudah cukup.”

Celphius merasa itu tidak akan cukup. “Kau tidak perlu terlalu banyak berpikir hanya untuk memesan sesuatu. Pilihlah apa pun yang kau sukai dan jangan khawatirkan soal biayanya. Karena aku sedang mentraktirmu, Ruby.”

“Sebenarnya aku tidak terlalu memikirkan soal ada biayanya atau tidak, karena aku tahu kamu adalah orang yang seperti apa. Hanya saja ... ” Wajah Ruby tiba-tiba menunduk. “ ... aku sedikit merasa tidak nyaman.”

“Dari awal sampai akhir aku akan selalu mengandalkanmu dan setelah tahu kondisiku yang seperti ini ... aku akan jadi susah untuk lepas darimu. Padahal aku tidak ingin siapa pun tahu aku ini seperti apa dan bagaimana.”

“Semakin semuanya terlibat dalam kehidupanku aku tidak merasa yakin apakah aku bisa menyelamatkanmu dan orang-orangmu yang mencoba untuk melindungiku. Aku tidak punya gerakan apa pun yang bisa membantu kalian.”

“Jadi, ada baiknya mungkin aku bisa cepat-cepat sembuh dengan berpura-pura baik-baik saja agar aku bisa melindungi orang-orang yang sudah menolongku dari kematian. Aku berjanji akan menjaga diriku sendiri.”

“Biarkan aku pergi. Aku sudah cukup sehat untuk memulai kehidupanku dengan sesuatu yang baru. Aku tidak mau terus menyusahkanmu dan membuatmu terperosok ke dalam bahaya,” lirih Ruby meminta untuk dilepaskan.

Entah Celphius mendengarkan ceritanya atau tidak tetapi ketika diperhatikan lelaki itu sibuk dengan makanannya membuat Ruby putus asa untuk kembali mengatakan hal yang sama. Karena percuma ia takkan mendengarnya.

Ruby hanya menginginkan kedamaian dalam hidupnya dengan menyendiri tanpa adanya orang lain di sisinya. Tidak masalah jika harus kesepian karena itulah yang sebenarnya Ruby inginkan yang jauh dari keramaian.

Namun, siapa yang akan menolongnya ketika sesuatu datang dan membahayakan nyawanya? Bukan Celphius ataupun orang lain melainkan Ruby harus bertahan sendirian setelah memutuskan untuk hidup mandiri.

Celphius meletakkan garpu di samping makanannya. Kini, mulutnya penuh dengan pasta dan sibuk mengunyahnya. Sepertinya dia ingin mengatakan sesuatu karena saat ini pikirannya sedang berkelana ke mana-mana.

“Sebenarnya aku sangat penasaran dengan masalah ini. Aku tidak yakin dengan pikiranku tapi apakah kau sedang berusaha untuk mengakhiri hidupmu?” celetuk Celphius membuat Ruby tertegun dan terbatuk-batuk.

“UHUK...! UHUK...! UHUK...!”

Sulit untuk menanggapi jika sedang dalam keadaan makan seperti ini. Malah jadinya tersedak dan membuat orang lain khawatir. Celphius tahu ini bukan waktunya untuk menanyakan hal itu tetapi dia tetap saja tidak sabaran.

Lelaki itu menggeser minuman untuk meredakan batuk itu. Jika dibiarkan terus menerus berbahaya juga bagi kesehatannya. Ruby meneguk minumannya dengan cepat dan akhirnya batuk itu cepat reda dan berhenti.

“Berhati-hatilah. Kau bisa saja mati karena tersedak omongan orang yang memiliki pengaruh jahat untukmu. Sampai saat ini semuanya masih baik-baik saja tapi jangan sampai kau dimanfaatkan oleh orang lain,” ucapnya.

Serasa seperti Celphius sedang membicarakan niatnya sendiri. Ruby menepak tangan lelaki itu yang mengusap bekas air di samping bibirnya. “Jangan menyentuhku.” Ruby tidak mau disentuh oleh orang sepertinya.

“Dengarlah ini baik-baik, Ruby. Walau kadang kau sangat susah untuk hidup, tapi kau perlu melakukan sesuatu agar matimu bisa lebih tenang dan damai. Bergabunglah denganku untuk membalaskan dendammu.”

“Setiap perbuatan perlu dibalas dengan perbuatan. Kau harus mengambil risiko jika tidak ingin kehilangan kesempatan. Kau akan menghadapi banyak kekalahan, tapi jangan biarkan dirimu dikalahkan.”

“Injaklah orang itu sebagaimana kau menginjak tanah. Jika dibiarkan begitu saja maka selamanya kau akan mengalami kekalahan itu meskipun ada banyak celah untuk membalasnya. Mereka akan berpikir kau itu lemah.”

BERSAMBUNG

Episodes
1 Celphius Allen Blair
2 Pembuangan Mayat Hidup
3 Sekadar Perjodohan Bisnis
4 Jangan Membenci Kakakmu
5 Perhatian Seorang Kakak
6 Keluarlah Dari Rumah Ini!
7 THE KILLER
8 Jangan Tinggalkan Aku
9 Ruby Dengan Darahnya
10 Harapanku Adalah Kematian
11 Perjodohan yang Dibatalkan
12 Situasinya Semakin Membaik
13 Adanya Gangguan Kesehatan
14 Kejarlah Sebelum Terlambat!
15 Aku Akan Menunggumu
16 Hanya Sebatas Teman
17 Terlalu Banyak Merepotkan
18 Gudang yang Terbakar
19 Berbicara Tentang Pernikahan
20 Bukan Wanita Simpanan
21 Tiga Pemuda Asing
22 Siapa Nama Aslimu?
23 Melakukan Sebuah Transaksi
24 Ada Banyak Godaan
25 Berada Diujung Kehidupan
26 Celphius, Menikahlah Denganku
27 Terlalu Banyak Halusinasi
28 Menggulung Dalam Selimut
29 Keputusan Penuh Keraguan
30 Ini Sangat Menyakitkan
31 Pernikahan yang Mendadak
32 Menyentuh Tanpa Izin
33 Ungkapan Perasaan Sienna
34 Aku Membunuh Seseorang
35 Alat Pendeteksi Kejujuran
36 Ibumu Seorang Pelacur
37 Mengalami Patah Hati
38 Beda Orang Beda Sikap
39 Kali Ini, Bukan Halusinasi!
40 KESALAHPAHAMAN
41 Kedudukan Kekuasaan
42 Nyawa Menjadi Taruhan
43 Sebuah Penyadap Suara
44 Saling Menuntut Kebenaran
45 Penyembuhan Secara Pribadi
46 Hidup Setelah Mati
47 Perubahan yang Membingungkan
48 Cinta Bukanlah Kesalahan
49 Foto yang Sama
50 Berharap Pada Kematian
51 Tolong Selamatkan Aku
52 Amarah dan Dendam
53 Tercium Bau Busuk
54 Lautan Penuh Darah
55 Rencana Pengalihan Prioritas
56 Perasaan Tidak Nyaman
57 SEPENGGAL KISAH
58 Surat Pengajuan Kesepakatan
59 Ayahku Adalah Monster
60 Penyesalan yang Terlambat
61 Terbukanya Data Pribadi
62 Kesempatan Hidup Kedua
63 Tolong, Jagalah Adikmu
64 Penyusunan Rencana
65 Terlalu Menghayati Peran
66 Pengakuan Seorang Ibu
67 Di Mana Ibuku!
68 Visenya Althenia Milton
69 Sebuah Ciuman Terakhir
70 Hanyalah Istri Kontrak
71 Kehilangan Pasti Terjadi
72 Akankah Berakhir Bahagia?
73 Menunggu Kelahiran Flavian
74 Flavian Heinz Blair
75 Inilah Takdir Baru
Episodes

Updated 75 Episodes

1
Celphius Allen Blair
2
Pembuangan Mayat Hidup
3
Sekadar Perjodohan Bisnis
4
Jangan Membenci Kakakmu
5
Perhatian Seorang Kakak
6
Keluarlah Dari Rumah Ini!
7
THE KILLER
8
Jangan Tinggalkan Aku
9
Ruby Dengan Darahnya
10
Harapanku Adalah Kematian
11
Perjodohan yang Dibatalkan
12
Situasinya Semakin Membaik
13
Adanya Gangguan Kesehatan
14
Kejarlah Sebelum Terlambat!
15
Aku Akan Menunggumu
16
Hanya Sebatas Teman
17
Terlalu Banyak Merepotkan
18
Gudang yang Terbakar
19
Berbicara Tentang Pernikahan
20
Bukan Wanita Simpanan
21
Tiga Pemuda Asing
22
Siapa Nama Aslimu?
23
Melakukan Sebuah Transaksi
24
Ada Banyak Godaan
25
Berada Diujung Kehidupan
26
Celphius, Menikahlah Denganku
27
Terlalu Banyak Halusinasi
28
Menggulung Dalam Selimut
29
Keputusan Penuh Keraguan
30
Ini Sangat Menyakitkan
31
Pernikahan yang Mendadak
32
Menyentuh Tanpa Izin
33
Ungkapan Perasaan Sienna
34
Aku Membunuh Seseorang
35
Alat Pendeteksi Kejujuran
36
Ibumu Seorang Pelacur
37
Mengalami Patah Hati
38
Beda Orang Beda Sikap
39
Kali Ini, Bukan Halusinasi!
40
KESALAHPAHAMAN
41
Kedudukan Kekuasaan
42
Nyawa Menjadi Taruhan
43
Sebuah Penyadap Suara
44
Saling Menuntut Kebenaran
45
Penyembuhan Secara Pribadi
46
Hidup Setelah Mati
47
Perubahan yang Membingungkan
48
Cinta Bukanlah Kesalahan
49
Foto yang Sama
50
Berharap Pada Kematian
51
Tolong Selamatkan Aku
52
Amarah dan Dendam
53
Tercium Bau Busuk
54
Lautan Penuh Darah
55
Rencana Pengalihan Prioritas
56
Perasaan Tidak Nyaman
57
SEPENGGAL KISAH
58
Surat Pengajuan Kesepakatan
59
Ayahku Adalah Monster
60
Penyesalan yang Terlambat
61
Terbukanya Data Pribadi
62
Kesempatan Hidup Kedua
63
Tolong, Jagalah Adikmu
64
Penyusunan Rencana
65
Terlalu Menghayati Peran
66
Pengakuan Seorang Ibu
67
Di Mana Ibuku!
68
Visenya Althenia Milton
69
Sebuah Ciuman Terakhir
70
Hanyalah Istri Kontrak
71
Kehilangan Pasti Terjadi
72
Akankah Berakhir Bahagia?
73
Menunggu Kelahiran Flavian
74
Flavian Heinz Blair
75
Inilah Takdir Baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!