Kejarlah Sebelum Terlambat!

Pasti tidak ada seorang pun yang tahu mengenai kondisi psikologis yang menyerang Ruby sampai semakin parah dari waktu ke waktu. Ada masanya keluarganya juga tidak tahu apa yang terjadi pada anak perempuannya ini.

Siapa yang menyangka jika semua kejadian yang terjadi belakangan ini begitu sangat mencekik kehidupan Ruby sampai berniat mengakhiri hidup dengan berbagai cara? Kelainan jiwanya itu pasti yang telah mendorongnya.

“Vernon, apa kita masih punya kamera CCTV cadangan?” tanya Celphius pada bodyguardnya untuk memastikan bahwa mereka punya kamera cadangan. Celphius akan menggunakan kamera itu untuk memantau Ruby.

“Sepertinya ada, Tuan.”

“Pasang kameranya di berbagai sudut ruangan kamar ini termasuk juga di dalam kamar mandi. Pastikan kau menempatkannya di tempat yang tak bisa di lihat olehnya. Jangan sampai terlewat satu sudut pun,” titah Celphius.

“Baik, Tuan.”

Vernon melangkah keluar dari kamar itu untuk mempersiapkan segala keperluan pemasangan kamera tersembunyi demi bisa memantau apa yang selama ini dilakukan oleh Ruby ketika orang-orang tak ada di rumah.

.

.

.

[SATU MINGGU KEMUDIAN]

Saat seseorang merasa depresi, apakah yang terjadi adalah jarang makan dan menjadi orang yang selalu mengurung diri di dalam kamar? Sudah berulang kali Celphius membawakan berbagai makanan ke kamar Ruby.

Namun, hanya memakan sedikit makanan dari apa yang Celphius bawa dan itu pun hanya sepotong roti dalam seminggu ini. Piring nasi yang masih utuh diabaikan begitu saja seakan-akan Ruby tidak tertarik memakan nasi itu.

Ruby juga mengalami banyak perubahan setelah rahasianya ketahuan oleh Celphius dan orang-orang di dekatnya. Ruby menjadi jarang berbicara bahkan tidak pernah menyahuti ucapan Celphius. Tak seperti waktu itu.

Atau apakah mungkin Ruby masih mengingat kejadian minggu lalu di mana Celphius menyuruhnya bunuh diri di hadapannya langsung? Padahal itu hanya suatu trik untuk memancingnya agar bisa mengatakan sesuatu.

“Ruby, makanlah nasinya juga. Jangan selalu memakan roti. Seminggu ini kau sudah terlalu banyak memakan roti. Kau harus mengisi tubuhmu dengan nasi juga,” ucap Celphius memberi tahu kalau nasi itu penting.

Tetapi, apa yang terjadi?

BRUK!

Gadis itu justru melempar roti dari genggaman tangannya dan membiarkan kedinginan di lantai. Tatapannya menatap tajam pada Celphius seperti memberi tahu bahwa apa saja bisa dia lakukan asalkan dirinya bahagia.

“Kau tidak menyukainya? Kalau kau tidak menyukainya ... ” Celphius menyodorkan sepiring nasi beserta lauk pauknya pada Ruby. “ ... makanlah nasi ini dan biarkan tubuhmu mengonsumsinya seperti roti itu.”

PRANG!

Dia menepak piringnya dan semuanya hancur keluar dari lingkaran piring itu. Rupanya seperti ini merawat orang yang benar-benar sedang kehilangan akal sehatnya. Celphius kesusahan sendiri mengurus gadis tak waras itu.

“Jangan hanya menatapku seperti itu. Setidaknya katakanlah sesuatu dan bicaralah padaku. Jangan karena aku sudah tahu kau seperti apa bukan berarti kau harus diam seperti ini. Kau pikir kesabaranku sebesar apa?”

Nada suara Celphius agak menekan geram melihat kenyataan bahwa seperti inilah Ruby yang sebenarnya. Ruby yang dulu yang banyak bicara walau tak sepenuhnya adalah seseorang yang palsu. Dan Ruby inilah pelakunya.

Kalau tadinya Celphius berpikir jika semuanya sudah terbongkar dan mendapat kejelasan Ruby bisa mengatakan lebih rinci terkait masalahnya tersebut. Tetapi, ini malah lebih buruk dari dugaan Celphius sebelumnya.

“Begini Ruby, aku tak bermaksud untuk membuatmu takut padaku dan terus menghindari berdekatan denganku. Tapi setidaknya kau katakanlah sesuatu agar aku bisa memahamimu, memahami kondisimu yang begini.”

“Kalau kau hanya diam dan membatu seperti patung yang tak bisa bergerak dan hanya terdiam, kau akan kehilangan jati dirimu yang sebenarnya. Kau akan lebih terluka dan menderita kemudian mati secara perlahan.”

“Aku tahu kau adalah orang yang kuat. Aku tidak tahu apa yang membuatmu seperti ini dan kau trauma terhadap apa. Tapi, setidaknya kau harus bisa bangkit dan menunjukkan kepada dunia bahwa kau luar biasa.”

“Jangan biarkan tangan orang-orang yang membencimu bergerayang dalam dirimu dan mematahkan semangatmu. Orang yang menyukaimu adalah dirimu sendiri. Kau tak perlu takut sendirian. Aku di sini bersamamu.”

“Kau harus bisa menahannya sebentar lagi. Walau kau tak mau mengatakan semua yang terjadi tapi aku akan tetap mencari tahunya sendiri dan membuktikan padamu aku bisa mencari tahu soal dirimu yang Agung.”

Ketika rasa penasaran sudah menjalar ke seluruh tubuh, di situlah Celphius tidak akan pernah melepaskan niatnya mencari pelaku pembuangan seorang gadis yang memiliki nama samaran Ruby di tengah hutan yang sangat gelap.

Walau begitu, Ruby masih tetap terdiam menatap kosong ke arah yang diinginkan olehnya tanpa berkeinginan untuk membalas setiap ucapan yang Celphius katakan. Kata semangat pun tak pernah ditanggapi dengan baik.

Seperti hanya ada bayangan kecil yang membuatnya terfokus untuk menatap dengan lekat. Sampai Celphius tidak bisa berkata-kata lagi. Setiap ucapannya diacuhkan begitu saja. Kesal memang, namun harus bersabar.

“Vernon akan ada di sini untuk menemanimu. Kalau kau membutuhkan sesuatu, katakan saja pada Vernon.” Celphius masih mempunyai urusan pribadi lainnya sehingga tidak bisa untuk terus bersama dengan Ruby.

Lelaki itu keluar dari sana dan selanjutnya giliran Vernon untuk berjaga di dalam sana memantau setiap pergerakan yang Ruby lakukan. Karena Dokter mengatakan harus ada seseorang yang bisa menemani Ruby di rumah.

.

.

.

Saat hendak memasuki mobilnya, Celphius secara tidak sengaja melihat keberadaan Flavian yang seperti sedang bertengkar dengan seorang wanita yang tidak pernah diperlihatkan sebelumnya. Ada apa dengan mereka?

Celphius memasuki mobilnya dan meletakkan sebuah kantong plastik di kursi sebelah. Menjalankan mobil tersebut ke arah tempat adiknya untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. Flavian tidak pernah seperti itu.

“Jelas-jelas aku melihatnya dengan mata kepalaku sendiri kalau kamu sedang berduaan dengan wanita lain! Kamu pikir aku sebodoh apa sampai kamu ingin menipuku seperti itu?” teriak wanita itu begitu sangat marah.

“Kamu salah paham! Aku hanya sedang duduk bersama temanku dan kebetulan dia sedang membutuhkan teman mengobrol! Apa salahnya dengan semua itu?” balas Flavian merasa dirinya tidak bersalah.

“Bisa-bisanya kamu mengatakan 'apa salahnya dengan semua itu'! Tentu saja salah! Kamu sudah punya pacar tapi malah duduk berduaan bersama wanita lain tanpa memberitahuku! Apa kamu benar pacarku?” tanyanya.

Wanita yang mengaku sebagai pacarnya Flavian itu jelas sangat marah sekali setelah menyaksikan pasangannya malah duduk berduaan bersama wanita lain. Dengan alasan hanya sebatas teman, itu sangat memuakkan.

Dan Flavian pun sangat bingung harus menjelaskannya seperti apa dan bagaimana. Dia tidak memiliki niatan untuk berselingkuh dan mengkhianati perasaan pacarnya. Itu sungguh kejadian tak terduga. Semua itu biasa saja.

“Apa-apaan ini?”

Terdengar suara Celphius yang membuat Flavian dan wanita itu menoleh ke arah sumber suara. Dengan tatapan dinginnya, Celphius mencoba menghampiri mereka berdua untuk mengetahui apa yang sedang terjadi.

“Kakak? Kenapa Kakak bisa ada di sini? Kakak sedang apa?” tanya Flavian. Raut wajahnya seperti sangat panik karena mungkin takut kakaknya akan menganggap dirinya sebagai lelaki pengecut terhadap wanitanya.

“Aku yang seharusnya bertanya padamu, sedang apa kau di sini?” Kemudian melirik pada wanita di sampingnya. Benar-benar sangat asing. “Dan siapa wanita yang berbicara denganmu ini? Apa yang kalian ributkan?”

“Ini, Kak ... sebenarnya dia adalah pacarku. Kami sudah berhubungan sejak 3 bulan yang lalu dan sekarang dia salah paham hanya karena aku duduk bersama wanita lain.” Flavian mencoba menjelaskan apa yang terjadi.

“Apa? Kau duduk bersama wanita lain sedangkan kau sudah punya pacar? Apa kau sudah gila? Wajar saja jika pacarmu memakimu seperti tadi!” Celphius yang juga ikutan memaki adiknya karena di rasa sangat bersalah.

“Itu karena dia adalah temanku. Dia mengajakku menemaninya sebentar dan mendengarkan ceritanya karena sedang ada masalah. Kami hanya membicarakan sesuatu yang biasa-biasa saja kok,” bela dirinya.

Jika keadaan sudah seperti ini, siapa yang akan memercayainya? Wanita itu malah justru menggelengkan kepalanya menolak percaya dengan apa yang Flavian bicarakan. Dia memilih untuk pergi dengan rasa marah.

“Sienna, tunggu!” Flavian menarik tangan wanita bernama Sienna tersebut yang lalu dihempaskan oleh wanita itu. “Oke, aku tidak akan menyentuhmu. Tapi kamu harus mendengarkanku. Aku mencintaimu.”

“Kata 'cinta'mu tidak akan membuatku berubah pikiran! Aku sudah tidak mau bersamamu lagi! Jadi, jangan muncul lagi di hadapanku seperti ini! Kita putus saja!” Memutuskan untuk mengakhiri hubungan mereka.

DEG!

Perasaan Flavian serasa ditusuk menggunakan beribu pisau tajam yang menembus dalam pada hatinya. Sienna memutuskan hubungan mereka tanpa mendengarkan penjelasannya terlebih dahulu. Sungguh menyakitkan.

Celphius terdiam menyaksikan percintaan anak-anak muda yang justru dicampakkan setelah banyak menjelaskan alasan mengapa pasangannya seperti itu. Kasihan sekali. Tetapi, tak ada yang bisa Celphius lakukan.

Itu adalah masalah percintaan adiknya dengan pacarnya jadi tidak ada hubungannya dengan dirinya yang hanya sebatas lewat dan mencari tahu. Flavian harus banyak bersabar dan mengejarnya jika sangat mencintainya.

“Kak!”

Saat hendak memasuki mobilnya, tiba-tiba Flavian berteriak memanggilnya dengan nada suara yang cukup tinggi. Apa adiknya mau protes? “Kau tidak perlu berteriak seperti itu, aku masih belum tua untuk bisa tuli!”

“Ini semua salahmu! Kalau kau ikut membelaku tadi semua ini pasti tidak akan pernah terjadi! Lihatlah! Aku diputusi oleh pacarku! Kakak harus bertanggung jawab untuk menyatukan kami!” Menuntut keadilan cinta.

Semua ini adalah salah Celphius, begitu? Lalu, sekarang Celphius yang harus bertanggung jawab dan membantu menyatukan hubungan mereka yang telah kandas? Celphius sampai menatap tidak percaya seperti itu.

“Oh~ Jadi ini maksudnya seorang Kakak harus mengalah pada adiknya dan dijadikan sebagai tameng untuk melindunginya?” Lelaki itu menatap dengan tajam. “Apa aku tidak salah dengar? Aku harus bertanggung jawab?”

“Mm ... Kak, tunggu sebentar. Itu sebenarnya aku ... ” Flavian kesulitan berkata-kata jika kakaknya sudah menyudutkannya menggunakan tatapan itu. Mengerikan sampai tak bisa menatapnya. “Kak, jangan begini.”

“Hey, lihat aku baik-baik. Kau cukup melihatku dengan dalam dan mencari di mana letak tanggung jawabku atas percintaanmu. Berani-berani sekali kau menyuruhku untuk bertanggung jawab,” ujar Celphius menekan.

“I, iya ... maafkan aku, Kak. Aku hanya bercanda saja. Kakak tidak bersalah dan tidak usah melakukan itu. Aku sangat menyesalinya, Kak ..., ” lirihnya meminta untuk memaafkan segala tingkah lakunya yang tak biasa.

Celphius menjauhkan jaraknya setelah Flavian mengakui kesalahannya. “Kau seharusnya tahu bahwa wanita sangat sensitif! Jika kau sudah mempunyai belahan jiwamu, seharusnya kau menjaga perasaannya!”

“Bagaimanapun situasinya jika kau sudah memiliki pasangan, kau harus menjaga perasaan pasanganmu dan jangan memberi mereka kesempatan untuk memasuki hatimu! Termasuk pada kasus temanmu itu!”

“Jika kau benar-benar mencintainya, kau harus melakukan sesuatu untuk membuatnya kembali padamu! Kau pun mungkin tidak mau jika wanita itu telah dimiliki oleh pria lain, 'kan? Kejarlah sebelum terlambat!”

Itu adalah nasihat penting dari seorang kakak. Flavian perlu memperhatikan situasi dan kondisi hati pasangannya jika tidak mau hubungan mereka berakhir dengan kesalahpahaman seperti ini. Flavian harus mengejarnya.

“Kak! Kau mau ke mana?!”

“Aku ada urusan penting. Kau pulang saja dan renungkan kesalahanmu.” Celphius memasuki mobilnya, berkata ada urusan lain yang sangat penting dan meminta Flavian untuk merenungkan kesalahannya sendiri.

Flavian ditinggalkan sendiri. Sienna sudah tak bersamanya dan meninggalkannya begitu saja tanpa mau mendengarkan penjelasannya sekali lagi. Harus bagaimana untuk membuatnya kembali padanya?

.

.

.

Sesampainya di rumah, Flavian membanting tubuhnya duduk di atas sofa ruang tengah dengan perasaan yang sangat lelah dan tak bersemangat. Itu karena dirinya baru saja diputuskan oleh pacarnya sendiri.

Menurut kakaknya, dia harus merenungkan kesalahannya tersebut dan menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Masalahnya, Flavian tidak tahu harus melakukan apa supaya Sienna berhenti marah dan bersamanya lagi.

Ini sangat membingungkan. Flavian tidak pernah mengira akan menjadi seperti ini. Dia berpikir berpacaran adalah di mana kedua belah pihak saling bersama-sama dan saling menyatakan cinta lalu berbahagia bersama.

Soal akhirnya tidak pernah berpikiran sampai putus dan kehilangan kontak untuk saling menghubungi. Flavian mengernyitkan dahi saking putus asanya. Dia melihat ponselnya dan memandangi nomor Sienna.

“Padahal aku sangat mencintaimu dan berpikir untuk menjadikanmu sebagai istriku suatu saat. Apa salahku? Aku hanya membantu temanku menyelesaikan masalahnya saja, kok. Kamu terlalu berpikir berlebihan.”

“Rupanya seperti ini rasanya tidak dihubungi olehmu. Aku sangat kesepian dan merasa kehilanganmu. Apa aku harus meneleponnya saja dan menjelaskan semua yang terjadi? Aku yakin Sienna akan mengerti.”

Flavian hanya perlu meminta maaf sepenuh hati. Sienna juga sangat mencintainya tidak mungkin tiba-tiba menggandeng tangan pria lain setelah putus dengannya. Sienna bukan orang yang mudah diajak berkencan.

BERSAMBUNG

Episodes
1 Celphius Allen Blair
2 Pembuangan Mayat Hidup
3 Sekadar Perjodohan Bisnis
4 Jangan Membenci Kakakmu
5 Perhatian Seorang Kakak
6 Keluarlah Dari Rumah Ini!
7 THE KILLER
8 Jangan Tinggalkan Aku
9 Ruby Dengan Darahnya
10 Harapanku Adalah Kematian
11 Perjodohan yang Dibatalkan
12 Situasinya Semakin Membaik
13 Adanya Gangguan Kesehatan
14 Kejarlah Sebelum Terlambat!
15 Aku Akan Menunggumu
16 Hanya Sebatas Teman
17 Terlalu Banyak Merepotkan
18 Gudang yang Terbakar
19 Berbicara Tentang Pernikahan
20 Bukan Wanita Simpanan
21 Tiga Pemuda Asing
22 Siapa Nama Aslimu?
23 Melakukan Sebuah Transaksi
24 Ada Banyak Godaan
25 Berada Diujung Kehidupan
26 Celphius, Menikahlah Denganku
27 Terlalu Banyak Halusinasi
28 Menggulung Dalam Selimut
29 Keputusan Penuh Keraguan
30 Ini Sangat Menyakitkan
31 Pernikahan yang Mendadak
32 Menyentuh Tanpa Izin
33 Ungkapan Perasaan Sienna
34 Aku Membunuh Seseorang
35 Alat Pendeteksi Kejujuran
36 Ibumu Seorang Pelacur
37 Mengalami Patah Hati
38 Beda Orang Beda Sikap
39 Kali Ini, Bukan Halusinasi!
40 KESALAHPAHAMAN
41 Kedudukan Kekuasaan
42 Nyawa Menjadi Taruhan
43 Sebuah Penyadap Suara
44 Saling Menuntut Kebenaran
45 Penyembuhan Secara Pribadi
46 Hidup Setelah Mati
47 Perubahan yang Membingungkan
48 Cinta Bukanlah Kesalahan
49 Foto yang Sama
50 Berharap Pada Kematian
51 Tolong Selamatkan Aku
52 Amarah dan Dendam
53 Tercium Bau Busuk
54 Lautan Penuh Darah
55 Rencana Pengalihan Prioritas
56 Perasaan Tidak Nyaman
57 SEPENGGAL KISAH
58 Surat Pengajuan Kesepakatan
59 Ayahku Adalah Monster
60 Penyesalan yang Terlambat
61 Terbukanya Data Pribadi
62 Kesempatan Hidup Kedua
63 Tolong, Jagalah Adikmu
64 Penyusunan Rencana
65 Terlalu Menghayati Peran
66 Pengakuan Seorang Ibu
67 Di Mana Ibuku!
68 Visenya Althenia Milton
69 Sebuah Ciuman Terakhir
70 Hanyalah Istri Kontrak
71 Kehilangan Pasti Terjadi
72 Akankah Berakhir Bahagia?
73 Menunggu Kelahiran Flavian
74 Flavian Heinz Blair
75 Inilah Takdir Baru
Episodes

Updated 75 Episodes

1
Celphius Allen Blair
2
Pembuangan Mayat Hidup
3
Sekadar Perjodohan Bisnis
4
Jangan Membenci Kakakmu
5
Perhatian Seorang Kakak
6
Keluarlah Dari Rumah Ini!
7
THE KILLER
8
Jangan Tinggalkan Aku
9
Ruby Dengan Darahnya
10
Harapanku Adalah Kematian
11
Perjodohan yang Dibatalkan
12
Situasinya Semakin Membaik
13
Adanya Gangguan Kesehatan
14
Kejarlah Sebelum Terlambat!
15
Aku Akan Menunggumu
16
Hanya Sebatas Teman
17
Terlalu Banyak Merepotkan
18
Gudang yang Terbakar
19
Berbicara Tentang Pernikahan
20
Bukan Wanita Simpanan
21
Tiga Pemuda Asing
22
Siapa Nama Aslimu?
23
Melakukan Sebuah Transaksi
24
Ada Banyak Godaan
25
Berada Diujung Kehidupan
26
Celphius, Menikahlah Denganku
27
Terlalu Banyak Halusinasi
28
Menggulung Dalam Selimut
29
Keputusan Penuh Keraguan
30
Ini Sangat Menyakitkan
31
Pernikahan yang Mendadak
32
Menyentuh Tanpa Izin
33
Ungkapan Perasaan Sienna
34
Aku Membunuh Seseorang
35
Alat Pendeteksi Kejujuran
36
Ibumu Seorang Pelacur
37
Mengalami Patah Hati
38
Beda Orang Beda Sikap
39
Kali Ini, Bukan Halusinasi!
40
KESALAHPAHAMAN
41
Kedudukan Kekuasaan
42
Nyawa Menjadi Taruhan
43
Sebuah Penyadap Suara
44
Saling Menuntut Kebenaran
45
Penyembuhan Secara Pribadi
46
Hidup Setelah Mati
47
Perubahan yang Membingungkan
48
Cinta Bukanlah Kesalahan
49
Foto yang Sama
50
Berharap Pada Kematian
51
Tolong Selamatkan Aku
52
Amarah dan Dendam
53
Tercium Bau Busuk
54
Lautan Penuh Darah
55
Rencana Pengalihan Prioritas
56
Perasaan Tidak Nyaman
57
SEPENGGAL KISAH
58
Surat Pengajuan Kesepakatan
59
Ayahku Adalah Monster
60
Penyesalan yang Terlambat
61
Terbukanya Data Pribadi
62
Kesempatan Hidup Kedua
63
Tolong, Jagalah Adikmu
64
Penyusunan Rencana
65
Terlalu Menghayati Peran
66
Pengakuan Seorang Ibu
67
Di Mana Ibuku!
68
Visenya Althenia Milton
69
Sebuah Ciuman Terakhir
70
Hanyalah Istri Kontrak
71
Kehilangan Pasti Terjadi
72
Akankah Berakhir Bahagia?
73
Menunggu Kelahiran Flavian
74
Flavian Heinz Blair
75
Inilah Takdir Baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!