Episode 18. Sejak Dulu adalah Crushnya

Satu hari berlalu setelah kepindahan Jelita ke apartemen, sebuah sedan metalik putih mengkilap datang dan berhenti tepat di hadapannya. Seorang pria dengan kacamata hitam mendekatinya, pakaian kantornya tampak rapi masuk ke dalam celananya. Lengan bajunya yang tergulung sedikit, menampilkan kulit sawo matang tangannya yang terlihat kekar di balut otot.

Dia menghampiri Jelita yang masih duduk di kursi depan pintu luar gedung apartemen dengan seragam sekolah yang melekat di badannya serta sebuah ransel hitam yang ia gendong manis di punggungnya. Dia alias Revan mendudukkan diri di samping Jelita dan melepas kacamata gelapnya. Menampilkan manik mata coklat terangnya yang tengah menatap Jelita dengan senyum mengembang.

Senyum manis yang membuat Jelita nyaman, namun juga kesal. Setelah apa yang direncanakannya bagaimana bisa ia merasa nyaman dengannya? bukankah harusnya ia merasa benci? ah, entahlah.

"Kenapa kamu malah duduk? ayo kita berangkat, nanti kesiangan." ucap Jelita memecah keheningan di antara mereka.

Ia beranjak bangkit dari duduknya, diikuti Revan di belakangnya. Revan segera berlalu membukakan pintu depan untuk Jelita dan membiarkannya masuk. Kemudian setelah wanita selingkuhannya itu masuk, segera berlalu lah Revan masuk ke dalam mobilnya.

Dan setelah di dalam, Mereka pun segera memasang seatbelt masing-masing dan berangkat. Saat itu waktu sudah menunjukkan pukul setengah tujuh lebih, kenapa makanya Jelita mendesak Revan untuk segera berangkat. 

"Kamu belajarnya yang rajin ya, beib. Nanti pas waktunya pulang sekolah aku jemput." ucap Revan sembari menatap sekilas ke arah Jelita.

Senyumnya perlahan mengembang saat melihat Jelita hari ini. Entah kenapa, Jelita bertambah cantik saat ini. Memang sejak lahir Jelita sudah begitu sempurna. Namun, dalam pandangan Revan entah mengapa kecantikan Jelita semakin bertambah berkali-kali lipat saat ini. Bak dewi Yunani yang memiliki kecantikan sempurna, seperti itulah Jelita saat ini. Ia menampilkan aura berbeda yang membuat Revan semakin tertarik dengannya.

"Iya." sahut Jelita singkat. Saat ini ia merasa malas bicara dengan Revan setelah apa yang diketahuinya kemarin. Namun, agar tidak merasa curiga, Jelita pun memilih untuk memaksakannya.

Revan merasa sedikit aneh dengan sahutan Jelita. Merasa jika Jelita sedang marah ataupun ngambek dengannya. Awalnya ia merasa bingung untuk akan menyikapinya bagaimana, namun setelah dengan pedenya ia merasa jika Jelita tengah cemburu, Revan pun langsung tersenyum tanpa sadar.

Merasa senang dengan Jelita yang cemburu dengannya. Dan jika seseorang merasa cemburu, itu artinya dalam hatinya tersemat cinta. Revan begitu bahagia mengetahui itu. Merasakan cinta Jelita padanya. Ah, rasanya semakin tidak sabar untuk menunggu Jelita lulus dan menikahinya. Tapi jika dia menikahi Jelita, bagaimana dengan Widya? bagaimanakah perasaannya saat itu? apakah dia masih bisa merasa baik-baik saja?

Lalu setelah beberapa saat perjalanan yang penuh dengan keheningan, tibalah Revan dan Jelita di tempat yang Jelita tuju. Tempat yang beberapa hari ini ia tinggalkan, Pelita Bangsa high school. Tempat itu tampak ramai dipenuhi anak-anak dan beberapa pengajar yang berlalu lalang memenuhi sekitarnya. Mereka terlihat begitu asik bercengkrama dengan sesamanya, sampai akhirnya Jelita keluar dari mobil Revan setelah sebelumnya melakukan k1ss bibir pada Revan sebagai ucapan terima kasihnya.

Malas sebenarnya, namun bagaimana lagi ya kan? posisinya sebagai pacar simpanan mengharuskannya melakukan hal itu. Setidaknya sementara sampai semua rencananya berhasil terlaksana dengan sempurna.

Tap ...

Tap ...

Tap ...

Sesaat langkah pantofel Jelita itu terdengar, beberapa anak yang mengenalnya langsung menatap ke arahnya. Tatapan tajam dan tidak nyaman dengan keberadaan Jelita. Semua anak sontak seperti itu, termasuk Nara dan Jessi. Dua temannya itu tampak cuek dan mengabaikannya saat Jelita lewat di samping mereka. Namun, apakah ia peduli? tentu tidak.

Setelah mengetahui itu rasa-rasanya Jelita semakin tidak sabar untuk segera menjelaskan pada mereka mengenai Leon. Tentang apa yang Leon alami dan mengapa Leon memilih memacari Nara. Ingin rasanya Jelita mengatakan itu, namun mengetahui sikap mereka padanya seperti itu, membuat Jelita enggan dan membiarkannya.

Ia berlalu pergi ke kelasnya yang berada di lantai atas dan mengharuskannya menaiki tangga untuk dapat mencapainya. Selangkah dua langkah Jelita tapaki hingga akhirnya tibalah Ia di depan kelasnya berada. Setibanya di sana segera masuklah Jelita ke dalam kelasnya yang saat itu tampak sepi. Hanya ada beberapa anak saja di dalam sana dan itu adalah anak kutu buku, pendiam serta jarang berinteraksi dengannya kalau tidak benar-benar perlu.

Jelita melihat mereka tengah menulis sesuatu di buku mereka, sampai kedatangan Jelita membuyarkan fokus mereka pada buku. Semua sontak menatap ke arahnya, namun hanya tatapan biasa yang Jelita lihat dari mereka. Bukan seperti tatapan-tatapan tajam yang Jelita jumpai pada kebanyakan anak di sini saat menatapnya.

Lalu Jelita pun segera berlalu duduk di tempatnya, sampai akhirnya kedatangan Nara dan Jessi ke tempatnya membuat Jelita yang semula terlihat asik bertukar pesan dengan Revan, langsung mengalihkan pandangannya ke arah mereka.

Mereka terlihat menatap senyum ke arah Jelita, senyum ramah yang jauh berbeda dari ekspresi mereka sebelumnya saat menatapnya. Hmm, roman-romannya ada yang tidak beres. Pasti seperti itu.

"Hai, Jel. Gimana kondisi kamu? udah baikan? kamu sebenarnya sakit apa sih, kok gak masuk hampir empat hari?" tanya Nara sembari tersenyum ke arah Jelita, mencoba mengakrabkan diri lagi, setelah sebelum-sebelumnya menjauhi Jelita dan merebut kekasihnya.

Senyumnya terukir indah di bibirnya serta matanya yang menampakkan ketulusan berhasil membuat Jelita terdiam. Lebih tepatnya mencari kebohongan di manik matanya, tapi yang didapatinya justru hanya ketulusan dan rasa penyesalan. Apakah gadis itu menyesali perbuatannya?

Namun, setelah dipikir-pikir, Nara sebenarnya adalah korban. Korban dari permainan Leon. Sebenarnya Jelita tidaklah benci padanya, hanya merasa risih dan tidak nyaman bersama mereka lagi.

Rasanya kekesalan langsung memenuhinya setelah melihat wajah Nara. Namun, tidak tahu hari ini. Apakah kekesalan itu masih ada atau tidak. "Aku demam dan udah baikan, buktinya sekarang bisa masuk." jawab Jelita ketus.

Menandakan Jelita masih marah pada mereka. Belum bisa hatinya untuk melupakan semua yang Nara lakukan, semua luka yang dia torehkan serta pengkhianatan yang begitu kejam. Rasanya masih begitu sulit untuknya melupakan semua itu. Meskipun Ia terus mencobanya. Rasanya semakin menyiksa jika Jelita terus memendam kebencian itu dalam hatinya. Namun, juga sulit untuk dapat melupakannya.

Lalu kedua temannya yang mendapati Jelita masih marah terhadap mereka langsung saja saling memandang sebelum akhirnya menghela napas.

"Jel, kamu masih marah ya sama kami? ehm, maksudku sama aku? maafkan aku ya. Aku menyesal sudah jahat padamu. Kamu benar, Jel. Leon tidak pernah mencintaiku. Dia hanya mempermainkanku. Kami sudah putus, Jel dan dia pindah dari sekolah ini. Kamu mau memaafkanku kan?" Nara tampak merendahkan tubuhnya, memohon maaf pada Jelita dengan sangat dan penuh penyesalan.

Setelah apa yang dia alami dan ketahui, Nara menyesal. Sangat-sangat menyesal. Dia sudah menghancurkan persahabatan yang terjalin lama itu hanya demi seorang pria brengsek seperti Leon.

"Sebenarnya marah sih marah ya. Kamu sudah menghianatiku, menghancurkan persahabatan kita. Kamu Dengan bodohnya menerima begitu saja tembakan Leon tanpa bertanya dulu padaku. Huh, aku sudah memaafkanmu, Ra. Aku sudah melupakan semuanya. Banyak menyimpan kebencian membuatku stres." Jelita pun lebih memilih untuk mengalah dan memaafkan Nara. Mengesampingkan egonya dan memilih berdamai.

Lagi pun Nara di sini adalah korban Leon. Dia tidak benar-benar bersalah, meskipun tindakannya pada Jelita tempo lalu tidak bisa dibenarkan. "Tapi itu tidak berlaku pada Bunda. Apa yang sudah dilakukannya tidak dapat dilupakan semudah itu. Perlu konsekuensi yang berat." lanjut Jelita dalam hati.

Lalu Nara yang mendapati Jelita sudah memaafkannya pun tampak sangat bahagia. Senyumnya terus terukir di bibirnya bersamaan dengan dia yang dengan cepat meraih tangan Jelita dan menggenggamnya lembut. Sepertinya kata maaf dari Jelita adalah intan permata untuknya. Dia sangat bahagia setelah mengetahui Jelita memaafkannya.

"Makasih, Jel. Makasih. Makasih sudah mau memaafkanku. Dengan ini rasanya aku bisa tenang. Selama ini rasanya aku terus tersiksa. Beban kesalahan yang kupikul cukup menyiksaku hingga aku pun memutuskan hal ini. Terima kasih ya sekali lagi sudah mau memaafkanku. Kamu adalah orang yang baik ...,"

"Ehm, tapi jika kamu sudah memaafkanku, apakah kamu mau berteman denganku lagi? Aku sangat ingin berteman denganmu lagi. Please, mau ya. Aku janji tidak akan mengulangi kesalahan yang sama." janji Nara.

Dia terus memohon pada Jelita agar Ia mau berteman dengannya lagi. Namun, belum sampai Jelita menjawab. Bel masuk sudah berbunyi, pelajaran pertama hari ini akan segera dimulai. "Nanti temui aku di kantin pojok, aku akan mengatakan jawabanku. Sekarang duduklah di bangku kalian, pelajaran akan segera dimulai." segera setelah itu Nara dan Jessi berlalu pergi ke tempat duduk mereka, meninggalkan Jelita yang kembali fokus pada benda pipih di tangannya.

Lalu selang beberapa saat kemudian, satu persatu anak di kelas itu masuk dan menduduki bangku mereka masing-masing. Dan tak lama setelahnya, seorang guru memasuki kelas Jelita dan memulai pelajaran pagi itu.

Pelajaran yang sejak dulu Jelita benci, Jelita hindari dan selalu mendapat nilai merah. Matematika bercampur biologi dasar. Ya, pagi ini adalah jadwalnya pelajaran itu. Pelajaran membagongkan yang pernah ada.

........................................................

Ah, sial. Pelajaran barusan membuatnya gila, membuatnya stress dan berulang kali diomeli oleh guru. Sebenarnya Jelita hanya salah sedikit, namun ceramahnya sepanjang jalan Anyer sampai Panarukan. Tidak ada lelahnya ibu Sinta Wana Dewi itu mengomeli Jelita hingga membuat Jelita menghela napas.

Sejak dulu target ibu itu selalu Jelita. Entah mengapa Jelita selalu menjadi sasaran omelannya. Setiap kali ada mata pelajarannya di kelas Jelita, ibu shinta seperti mengabsen Jelita untuk akan dia omeli nanti.

Huh, sungguh menyebalkan! lalu setelah beberapa saat berkutat pada layar ponselnya, dari jejauhan datanglah Nara dan Jessi yang berjalan sumringah ke arah Jelita. Seperti baru saja mendapatkan hadiah, wajah kedua temannya itu tampak bahagia.

"Jel, udah lama nunggu ya? sorry ya, tadi kita ke ruangan Bu Sinta dulu bantuin bawa buku-bukunya, kasihan. Ehm, kamu dari tadi mikirin apa? kayaknya aku lihat dari jauh bengong gitu?" tanya Nara beruntun setelah dirinya dan Jessi tiba di tempat di mana Jelita berada dan membuyarkan lamunannya.

"Nggak kok, nggak papa. Aku belum lama juga datangnya." sahut Jelita datar, tanpa ekspresi. Lalu suasana pun menjadi hening beberapa saat sampai Jessi yang sedari tadi terdiam membuka suaranya. "Ehm, Jel. Kamu bengong tadi lagi mikirin omelannya Bu Sinta ya?" tepat sekali pertanyaan Jessi itu. Dia tahu saja apa yang mengganjal pikirannya.

"Iya, cuma heran saja. Setiap kali pelajarannya, aku selalu kena marah. Dia ngomelinnya nggak tanggung-tanggung. Dari Sabang sampai Merauke bisa tuh dihitung omelannya ke aku. Huh, heran deh. Sebenarnya tuh guru ada musuhan atau gimana sama aku? aku ada salah sama dia atau gimana?" kesal Jelita.

Dari raut mukanya tampak sekali Jelita marah dan jengah dengan Sinta yang selalu mengomelinya. Seperti itu guru ada musuhan dengannya ataupun Jelita ada salah dengannya.

Namun, setelah diingat-ingat lagi, Jelita tidak pernah ada salah dengannya. Lalu mengapa sikapnya seperti itu, seakan menaruh dendam pada Jelita. "Ehm, Jel. Sebenarnya bukan musuhan sih, tapi Bu Sinta itu ada iri sama kamu. Kamu dulu jadi idola sekolah. Banyak murid dan guru yang jatuh cinta sama kamu. Bahkan, kamu tahu, Pak Alfian, guru basket tampan itu juga suka sama kamu dan sialnya lagi Bu Sinta suka ke Pak Alfian ...,"

"Jadi ya sikapnya kayak gitu ke kamu ya karena merasa kamu adalah saingannya dia untuk dapetin Pak Alfian. Tadi nggak sengaja kita dengar waktu di luar, Bu Sinta ngomel-ngomel di dalam ruang guru. Merasa nggak seneng sama kamu yang mulai masuk lagi ...,"

"Kamu yang sabar aja ya, Jel. Kelulusan kita tinggal menghitung bulan, setelah kita lulus kamu nggak akan berurusan sama tuh guru lagi. Kamu akan bebas, tanpa merasa stress dengan ocehannya." jelas Nara panjang lebar.

Dan dari penjelasannya, Jelita tidak habis pikir dengan gurunya itu. Bagaimana bisa menganggap Jelita saingan di saat posisinya saja sebagai muridnya? lagi pula Jelita juga tidak ingin menjadi idola sekolah seperti ini, yang setiap kali selalu menjadi bahan perbincangan, fotonya yang selalu di upload cowok di sosmednya, serta menjadi ajang penembakan.

Hampir setiap hari Jelita mendapat pengungkapan cinta, penembakan berbagai gaya yang akhirnya ia tolak dengan mantap. Ia selalu menolaknya, sampai suatu ketika Leon yang menembaknya dan dia menerimanya.

Tentu saja Jelita terima Leon, karena sejak dulu Leon adalah crushnya, Jelita suka terhadap Leon, meskipun sejak awal Leon tidak pernah menyadarinya. Baginya terlalu mustahil untuk perempuan secantik Jelita bisa menyukainya yang seorang pria berandalan penghuni ruang BK.

Namun, ternyata yang menjadi kenyataannya membuat Leon terkejut, namun juga senang. Serasa mimpi dapat disukai oleh dewi sekolah yang ramai dibucinin orang.

"Oh, karena Pak Alfian, kirain karena apa. Perasaan sejak dulu nggak pernah bikin salah, kok selalu jadi ajang kebenciannya. Eh, ternyata karena suka seseorang. Tapi kalau suka kok nggak pernah deketin. Ehm, oh iya tadi aku ajakin kalian ke sini karena mau ngomongin sesuatu penting." ucap Jelita setelah tahu hal apa yang membuat Sinta seperti sangat membencinya.

Diperkiraannya alasan kebencian itu akan sangat besar, namun tidak pernah terlintas dalam benaknya jika alasannya hanya karena itu. Karena menyukai cowok. Lalu Jelita pun teringat jika tujuannya kemari adalah untuk mengatakan sesuatu pada kedua temannya, maka dengan penuh pertimbangan dan tarikan nafas yang kuat, Jelita pun memulai ceritanya.

Ada beberapa saat lamanya Jelita terlarut dalam ceritanya, sampai akhirnya cerita itu usai dan karena cerita itu, Nara dan Jessi sama-sama terdiam.

Seperti terkejut dengan apa yang Jelita katakan pada mereka. Namun, juga tidak bisa mempercayai jika hal ini dapat terjadi. Dapat menimpa pria tampan seperti Leon. Jelita ada menceritakan pada mereka mengenai Leon dan apa yang Leon tuliskan kemarin dalam suratnya. Termasuk mengenai Leon yang mengajak Nara pacaran hanya karena truth Or dare yang ia lakukan.

"Jadi karena hal itu ya, pantes kok dia kayak nggak bener-bener suka sama aku. Pacaran sama aku itu cuma sebagai kedok aja, di luar kelihatan romantis, tapi di dalam serasa asing ...,"

"Huufftt ... tapi makasih ya, Jel udah ngasih tahu semuanya. Setelah tahu ini aku jadi semakin sakit, meskipun juga tenang karena udah lepas dari hubungan tanpa perasaan itu. Jadi, soal tawaranku tadi gimana, Jel, kamu mau kan temenan lagi sama kami? Kami berharap kamu jadi teman kami lagi." lagi-lagi Nara menanyakan hal itu. Menanyakan apakah Jelita bersedia berteman dengannya lagi atau tidak.

Sebenarnya Jelita bersedia, tidak masalah baginya untuk berteman dengan mereka lagi, namun entah mengapa ia merasa jika semua rencananya akan rusak jika ia berteman lagi dengan mereka.

Tapi, jika menolaknya Jelita takkan mampu. Huufftt ... membingungkan sekali. Apa yang harus ia katakan? sepertinya tak ada yang bisa dia katakan selain iya.

"Iya, aku mau. Mau berteman dengan kalian. Tapi hanya berteman biasa tidak lebih. Aku punya privasi yang nggak seorang pun boleh tahu. Jadi dengan itu harusnya kalian bisa mengerti." dan benar, Jelita mengiyakan ajakan itu. Ia bersedia berteman lagi dengan mereka, meskipun itu hanyalah teman biasa.

................................................

"Jadi maksudnya saya mengalami pendarahan ringan akibat mengkonsumsi pil KB saat haid?" tanya Widya tidak percaya. Tidak menyangka dengan apa yang didengarnya. Terlebih setelah kata-kata pil KB tersebut, Widya tidak mampu menahan rasa terkejutnya. Seingatnya ia tidaklah pernah lagi mengkonsumsi pil KB semenjak menikah dengan Revan. Lalu bagaimana itu bisa terjadi?

"Iya, Bu, benar. Pada beberapa orang, penggunaan pil KB saat haid dapat menyebabkan pendarahan di antara siklus menstruasi. Ini adalah efek samping yang umum terjadi dan biasanya tidak perlu dikhawatirkan. Sementara rasa melilit yang ibu alami, itu adalah kram perut biasa yang selalu wanita alami ketika haid. Tapi pas sekali, setelah mengonsumsi pil KB itu, kram perut yang ibu rasakan cenderung parah. Rasanya menyiksa raga, namun tidak apa-apa. Tidak ada resiko yang serius dari itu. Semuanya aman-aman saja. Ibu tidak perlu khawatir." ujar seorang dokter setelah memeriksa tubuh Widya dan gejala apa yang ia rasakan.

Memberikannya obat serta menyuntikkannya sesuatu untuk meredakan kram yang dia rasakan.

Beberapa jam yang lalu Widya memutuskan untuk pergi ke rumah sakit setelah merasakan rasa perih pada perutnya semakin menjadi. Dengan menaiki taksi, Widya berjalan menahan perih dan juga darah yang mengalir dari kakinya tidak kunjung surut. Dia terus saja mendesak sopir taksi yang dinaikinya, hingga akhirnya tibalah dia di rumah sakit terdekat dari rumahnya.

Sesaat awal pemeriksaan, Widya sempat meyakini jika dia sempat terkena sesuatu yang parah hingga akhirnya membuat perutnya melilit dan mengalirkan darah. Namun, tidak disangka-sangka, akibat dari semua yang dirasakannya ternyata adalah pil KB.

Dia sudah lama tidak mengkonsumsinya, lalu bagaimana bisa dia didiagnosa terkena pendarahan ringan akibat mengkonsumsi itu? siapa yang sudah dengan diam-diam memberikannya padanya? apakah Revan atau justru Jelita?

Bersambung ...

Episodes
1 Episode 01. Menikah Lagi
2 Episode 02. Kehilangan yang Membawa Dendam
3 Episode 03. Pesona Jelita yang Menggoda; Pasti akan Takluk Padaku
4 Episode 04. Lebih Aduhai dan Menggairahkan
5 Episode 05. Merenggut Berlian Berharga
6 Episode 06. Dendam yang Membara; Melihatnya Hancur adalah Tujuan
7 Episode 07. Tidak Bisa Mundur
8 Episode 08. Momen yang Penuh Kedekatan
9 Episode 09. Sesuatu tentang Leon
10 Episode 10. Jadilah Kekasihku, Ayah
11 Episode 11. Takkan Bisa Menolakku
12 Episode 12. Jalan-jalan Serasa Honeymoon
13 Episode 13. Di Taman Sejoli
14 Episode 14. Pantas Menerima Ganjaran
15 Episode 15. Mencintaimu Selamanya
16 Episode 16. Hanya Menjadi Rahasia Kita
17 Episode 17. Seperti Bukan Darah H4id
18 Episode 18. Sejak Dulu adalah Crushnya
19 Episode 19. Satu-satunya Cara yang Bagus
20 Episode 20. Dia yang Membuatku Candu
21 Episode 21. Mimpi Buruk
22 Episode 22. Andai Bukan Satu Darah
23 Episode 23. Wanita Lain
24 Episode 24. Bukan Wanita Panggilan
25 Episode 25. Takkan Membiarkanmu Lolos
26 Episode 26. Semua Kebohongan Jelita
27 Episode 27. Honeymoon ke Bali
28 Episode 28. Tidak Bisa Di Hancurkan Oleh Siapapun
29 Episode 29. Satu Minggu Lagi
30 Episode 30. Bertemu dengan Pemb*nuh
31 Episode 31. Hanya Karena Cinta
32 Episode 32. Mempertahankannya atau Melepaskannya
33 Episode 33. Dia Selingkuh
34 Episode 34. Aku Hamil
35 Episode 35. Semua Pasti Tipuan
36 Episode 36. Ceraikan Mas Revan
37 Episode 37. Berusaha Untuk Move On
38 Episode 38. Rahasia Terbesar Dalam Hidup
39 Episode 39. Kamu Aku Talak
40 Episode 40. Takkan Pernah Sedikitpun Menyerah
41 Episode 41. Will You Marry Me
42 Episode 42. Kamu adalah Segalanya Bagiku
43 Episode 43. Orang Asing
44 Episode 44. Nekat Berbagi Cinta
45 Episode 45. Seorang Penjahat Kel4min
46 Episode 46. Masa Lalu Hanyalah Masa Lalu
47 Episode 47. Perpisahan dan Perjalanan Baru
48 Episode 48. Itu Semua Bukan Miliknya
49 Episode 49. Jelita Hamil
50 Episode 50. Akan Baik-baik Saja
51 Episode 51. Sebelum Semakin Jauh Menguasai
52 Episode 52. Berusaha Mengompori
53 Episode 53. Sekarang Menjadi Milikku
54 Episode 54. Tetap Tinggal atau Angkat Kaki
55 Episode 55. Menjaga Sampai Akhir Hayat
56 Episode 56. Arti Dibalik Nama Jelita
57 Episode 57. Kehadiran Wishlove Meizhaya Aurora
58 Episode 58. Tidak Sedarah
Episodes

Updated 58 Episodes

1
Episode 01. Menikah Lagi
2
Episode 02. Kehilangan yang Membawa Dendam
3
Episode 03. Pesona Jelita yang Menggoda; Pasti akan Takluk Padaku
4
Episode 04. Lebih Aduhai dan Menggairahkan
5
Episode 05. Merenggut Berlian Berharga
6
Episode 06. Dendam yang Membara; Melihatnya Hancur adalah Tujuan
7
Episode 07. Tidak Bisa Mundur
8
Episode 08. Momen yang Penuh Kedekatan
9
Episode 09. Sesuatu tentang Leon
10
Episode 10. Jadilah Kekasihku, Ayah
11
Episode 11. Takkan Bisa Menolakku
12
Episode 12. Jalan-jalan Serasa Honeymoon
13
Episode 13. Di Taman Sejoli
14
Episode 14. Pantas Menerima Ganjaran
15
Episode 15. Mencintaimu Selamanya
16
Episode 16. Hanya Menjadi Rahasia Kita
17
Episode 17. Seperti Bukan Darah H4id
18
Episode 18. Sejak Dulu adalah Crushnya
19
Episode 19. Satu-satunya Cara yang Bagus
20
Episode 20. Dia yang Membuatku Candu
21
Episode 21. Mimpi Buruk
22
Episode 22. Andai Bukan Satu Darah
23
Episode 23. Wanita Lain
24
Episode 24. Bukan Wanita Panggilan
25
Episode 25. Takkan Membiarkanmu Lolos
26
Episode 26. Semua Kebohongan Jelita
27
Episode 27. Honeymoon ke Bali
28
Episode 28. Tidak Bisa Di Hancurkan Oleh Siapapun
29
Episode 29. Satu Minggu Lagi
30
Episode 30. Bertemu dengan Pemb*nuh
31
Episode 31. Hanya Karena Cinta
32
Episode 32. Mempertahankannya atau Melepaskannya
33
Episode 33. Dia Selingkuh
34
Episode 34. Aku Hamil
35
Episode 35. Semua Pasti Tipuan
36
Episode 36. Ceraikan Mas Revan
37
Episode 37. Berusaha Untuk Move On
38
Episode 38. Rahasia Terbesar Dalam Hidup
39
Episode 39. Kamu Aku Talak
40
Episode 40. Takkan Pernah Sedikitpun Menyerah
41
Episode 41. Will You Marry Me
42
Episode 42. Kamu adalah Segalanya Bagiku
43
Episode 43. Orang Asing
44
Episode 44. Nekat Berbagi Cinta
45
Episode 45. Seorang Penjahat Kel4min
46
Episode 46. Masa Lalu Hanyalah Masa Lalu
47
Episode 47. Perpisahan dan Perjalanan Baru
48
Episode 48. Itu Semua Bukan Miliknya
49
Episode 49. Jelita Hamil
50
Episode 50. Akan Baik-baik Saja
51
Episode 51. Sebelum Semakin Jauh Menguasai
52
Episode 52. Berusaha Mengompori
53
Episode 53. Sekarang Menjadi Milikku
54
Episode 54. Tetap Tinggal atau Angkat Kaki
55
Episode 55. Menjaga Sampai Akhir Hayat
56
Episode 56. Arti Dibalik Nama Jelita
57
Episode 57. Kehadiran Wishlove Meizhaya Aurora
58
Episode 58. Tidak Sedarah

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!