Episode 20. Dia yang Membuatku Candu

Sejak kepulangan Jelita beberapa saat lalu, pikiran Widya terus terfokus pada seluruh ucapan jelita. Widya tak pernah menyangka Jelita akan mengatakan semua itu padanya. Dengan begitu beraninya Jelita mengatakan semua itu tepat di hadapannya, tidak ada sedikitpun ketakutan di matanya.

Yang Widya lihat hanya kemarahan, kebencian serta aura dendam yang begitu kuat. Widya tak menyalahkan Jelita akan ketidaksopanannya, karena dia paham Jelita melakukan itu karena emosi. Mungkin dia pun akan melakukan hal yang sama jika dia ada di posisinya.

"Sekarang gimana kondisimu sayang, sudah lebih baik?" Widya terhenyak kaget ketika tiba-tiba saja Revan duduk di sampingnya.

"Ish, sayang, kaget tahu!" Ucap Widya kesal.

"Hehe, maaf sayang, abis kamu dari tadi melamun mulu. Kamu beneran pendarahan sayang? Gimana kondisi kamu sekarang?" Tanya Revan penasaran dan juga khawatir.

Tercetak jelas di matanya, dia begitu mengkhawatirkan kondisi Widya, mengingat Widya seperti ini juga adalah kesalahannya. Karena keteledorannya, istrinya celaka.

"Iya aku pendarahan, sayang. Tadi itu perut aku sakit banget, melilit, kram gitu, terus dari kaki aku ngalirin darah banyak banget kayak orang keguguran gitu. Asli, tadi aku tersiksa banget. Rasanya nggak karuan. Tapi untungnya aku segera ke rumah sakit dan ditangani dokter. Sekarang aku udah nggak papa, rasanya udah nggak separah tadi." Revan tampak menghembuskan napas lega.

Istrinya sudah tidak apa-apa dan posisinya tetaplah aman. Namun, jika seperti ini, bukankah hubungan Jelita dan Widya akan renggang? Tadi saja Jelita marah-marah seperti itu pada Widya.

"Untunglah sayang kalau sekarang kamu sudah nggak papa. Aku senang dengernya." Sahut Revan.

"Iya sayang. Tapi bagaimana dengan Jelita? Setelah kamu antar tadi, dia ngapain? Ada nanyain aku nggak?" Tanya Widya, berharap saat mengantar Jelita tadi Jelita ada memberikan pesan pada Revan untuk Widya.

"Tidak sayang, setelah kuantar tadi, dia langsung masuk ke apartemennya tanpa ngomong apapun lagi. Sepertinya dia sangat marah deh. Tadi dia sangat emosi saat aku menanyakan ke dia soal kamu, dia ada titip salam atau enggak, eh dia malah marah-marah dan nyuruh aku pulang." Revan menghela nafas.

Kali ini ceritanya memang benar adanya. Sesaat mengantar nya tadi Jelita memang seperti itu. Marah-marah dan melarang Revan untuk datang ke apartemennya, sekiranya sampai ia yang mengatakan pada Revan untuk datang, selain itu Jelita menekan Revan agar Revan tidak datang. Ia ingin menenangkan pikirannya.

"Huufftt ... terus gimana sekarang sayang? Aku tadi itu cuma nanya loh ke dia, bukan maksudnya marahin. Kok dia sampai semarah ini ya. Apa kata-kataku tadi salah?" Widya merasa sedih mengetahui Jelita marah padanya.

Ia rasa semua kata-katanya tadi hanya sebatas pertanyaan, bukan ungkapan kemarahan. Namun, ekspresi marah cerita cukup membuat Widya terkejut dan menimbang-nimbang apakah pertanyaannya tadi adalah kesalahan.

Setelah mengetahui Jelita akan semarah ini, Widya sangat menyesal telah mengatakan hal tadi padanya.

"Kamu kesannya kayak nuduh dia sayang, bukan nanya. Ya emang dia yang udah ngelakuin, tapi tuduhan kamu itu kayak memperlihatkan kalau kamu itu nggak percaya sama dia. Pasti dia marah karena itu deh." Kata-kata Revan membuat Widya semakin merasa bersalah terhadap Jelita, Dia sangat menyesali kata-katanya dan berharap dapat mengulang waktu untuk menghapusnya.

Rasanya tidak menyangka, setelah bertahun-tahun hidup dengan Jelita baru kali inilah putrinya akan semarah ini padanya.

Biasanya Jelita kalau marah padanya hanya sebentar, itu pun tidak sampai menghitung menit. Namun, kali ini? ah, rasanya menyesal sekali sudah mengatakannya.

"Besok anterin aku ke apartemen Jelita ya. Aku mau minta maaf padanya. Tidak tenang rasanya membiarkan Jelita marah lama-lama seperti ini." Revan menganggukkan kepala menanggapi ucapan Widya. Semoga saja Jelita bisa luluh dan mau memaafkannya, harap Widya cemas.

Lalu suara ponsel memecah keheningan yang tercipta. Widya menggapai ponselnya yang ia letakkan di meja di hadapannya. Sebuah SMS yang berisi ...

"Bun besok mau datang ke apartemen ku kan? Jangan datang. Aku ingin sendiri dulu. Aku ingin menenangkan diri dan menjalani kehidupanku dengan baik. Bunda silakan urus keperluan Bunda. Jangan khawatirkan aku. Aku bisa menjaga diriku sendiri."  

Lalu beberapa saat setelah Widya menerima pesan dari Jelita. Revan pun terlihat juga mendapatkan pesan dari Jelita, Dia kira pesannya akan sama saja. Tapi setelah Revan mengklik pesan itu, dia begitu senang. Tidak menyangka Jelita akan yang mengajaknya duluan.

"Sayang, nanti malam datang ke apartemenku ya. Ada yang mau aku katakan sekalian kita bermain sampai pagi. Kamu bilang aja sama Bunda kalau mau ke kantor Ada kerjaan mendadak, pasti dia nggak bakal ngelarang kamu. Terus nanti kamu nggak usah pakai pengaman mainnya. Langsung aja. Aku udah minum pil KB pasti aman ...,"

"Udah ya, nanti aku tunggu kamu di sini jam delapan malam. Jangan telat dan harus datang. Aku mau kamu datang, jangan molor-molor ya." 

Setelah pesan itu terkirim, Revan begitu senang, tidak sabar rasanya untuk segera menunggu saat itu. Menunggu hingga ia menyelami samudra indah milik Jelita dan menyatukan miliknya dengannya.

"Bener kan dugaanku. Jelita akan meminta ini. Yes, malam ini aku akan dapat service menggiurkan lagi. Mana Jelita bilangnya sampai pagi lagi. Ah, rasanya semakin nggak sabar." Batin Revan sembari tanpa sadar mengarahkan tangannya pada pisangnya lalu mengusap-usapnya beberapa saat.

Ajakan Jelita membuatnya hilang akal, namun juga bahagia. Tidak pernah sebahagia ini Revan dalam berhubungan sesaat sebelum mencobanya dengan Jelita.

.................................................

Selepas kepulangannya dari rumah lama, Jelita merasa emosinya semakin tak terbendung. Bagaimana bisa bundanya menuduhnya semudah itu? Memang benar Ia yang tempo hari membeli barang itu dan berniat memberikannya tanpa sepengetahuan Widya.

Namun, tidak menyangka jika Revan akan memberikannya dengan begitu sembrono seperti itu.

Untung tadi ia bisa mengalihkan ucapan dan bisa menjawabnya, kalau saja tadi ia ngeblank terus tidak bisa menjawabnya bagaimana? Bukankah akan rusak nanti semua rencananya. Dan tentang malam nanti, Jelita tidak terlalu memikirkannya.

Memang dia mengajak Revan bermain, namun tidak memikirkan bagaimana nanti bermainnya. Ia hanya mengatakan apa yang ada dalam pikirannya dan mengirimnya pada Revan.

Sepertinya tidak ada cara lain lagi, Jelita memang harus melakukannya. Menunggu hingga kelulusan akan sedikit lama, namun tanpanya semua reputasi Jelita akan berada di ambang batas.

"Baiklah, tidak lama lagi semuanya akan mencapai titik sempurna. Aku akan segera menjalankannya, karena menunggu hingga kelulusan tiba akan sedikit lama. Tapi sebelum itu semoga dalam perut ini tidak dulu tumbuh bibit. Aku tidak mampu menahan semuanya kalau sampai itu terjadi." Ucap Jelita tajam dan penuh dengan luapan amarah.

Merasa tidak sabar untuk menunggu saat itu tiba dan ia bisa bernapas lega karena telah berhasil melakukannya.

Kini Jelita Tengah duduk bersandar di sofa ruang tamu apartemennya. Mempersiapkan diri untuk peperangan bersama Revan nanti malam. Huufftt ...

Sebenarnya malas, namun itu sudah menjadi keputusannya. Lagi pula ia sudah terlanjur mengirimnya kan? Tidak mungkin ia membatalkannya, jika semua itu sudah terlanjur Ia kirim.

"Tubuhku rusak, hidupku rusak dan semua itu karena Bunda. Oh sial! Aku harus melayani pria itu malam ini. Sebenarnya bisa kubatalkan saja, namun rasanya itu tidak mungkin. Pasti dia akan kecewa kalau ku batalkan." Ucap Jelita sembari mendongakkan kepalanya dan menatap langit-langit ruangan, membiarkan pikirannya berkelana dan terhanyut ke dalam lamunan panjang. Menerobos segala dimensi dan memasukinya. Membiarkan nyawanya terbang bebas dan menguasai tempat itu.

..............................................

Lalu tepat ketika waktu sudah memasuki jam delapan malam, tibalah Revan di depan apartemen Jelita. Saat itu ia tidak memencet bel terlebih dahulu melainkan langsung memasukinya setelah memasukkan PIN.

Beberapa saat lalu Jelita memberitahukan PIN rumahnya dan meminta Revan langsung memasukinya setelah tiba. Alasannya sih karena Jelita mungkin tengah mandi saat Revan tiba, namun yang sebenarnya terjadi ia Tengah bersiap diri di kamarnya.

Mengganti pakaiannya dengan lingeri hitam yang dipesannya beberapa hari lalu, serta menyemprotkan pada tubuhnya parfum pemikat yang ia yakini akan membuat Revan terlena.

Setelah mencium aroma parfum ini, Jelita yakin Revan akan semakin lengket dengannya.

"Malam ini, nggak akan aku biarkan kamu pulang sayang. Kamu akan terus berada dalam cengkramanku sampai besok pagi." Ucap Jelita sembari tersenyum menatap ke arah botol parfum di tangannya. Tatapannya menatap tajam namun penuh senyum ke arah parfum bermerek bunga mawar itu.

Merasa tidak sabar untuk segera menunggu saat itu. Saat dimana Revan akan terbuai  olehnya. Hahaha ... Sepertinya menyenangkan.

Lalu suara pintu berderit menandakan seseorang membuka pintu ruangan ini membuat Jelita mengalihkan pandangan ke arah datangnya suara. Di sana, di ambang pintu kamarnya tampak Revan Tengah menatapnya.

Lelaki itu tersenyum dan beranjak mendatangi Jelita. Memeluk mesra lehernya dari belakang, mengusap-usap bahu Jelita dengan kepalanya serta mengecup lembut tengkuk Jelita.

Rasanya desiran darah mengalir deras saling berlomba mencapai wajahnya, Ya Tuhan, wajahnya pasti memerah sekarang, ia terenyuh.

Di balik sifatnya yang dahulu dingin dan cuek saat menatapnya, dia ternyata bisa berkelakuan semanja ini. Dia adalah laki-laki pertama yang berhasil membuka segelnya dan membuatnya candu.

Tak terasa, senyum terbit di bibir Jelita, ia menatap pantulan wajah Revan dari cermin meja rias di hadapannya lalu mengulurkan tangannya dan mengusap pipi Revan dengan lembut.

"Sayang, kamu datangnya cepat sekali." ucap Jelita sembari menampilkan senyum menggoda di wajahnya. Berusaha membuat Revan kepincut padanya dan tidak sabar untuk segera mengajaknya berperang.

Lalu Revan pun membawa Jelita untuk menatapnya. Dia mengangkat tangannya dan membelai wajah Jelita lembut. "Tentu saja aku cepat datang sayang, aku sudah tidak sabar untuk segera bermain denganmu ...,"

"Milikku sudah sangat mengeras di bawah sana, kamu tahu, dia sudah tidak sabar untuk segera bersatu dengan milikmu yang menghanyutkan itu. Ayo kita mulai saja sekarang sayang, kita awali permainan kita." 

Dan setelah mengatakan itu, tampak Revan mendekatkan wajahnya pada wajah Jelita dan setelah begitu dekat, deru nafas mereka yang saling bersahutan, Revan segera meraup bibir Jelita.

Melumatnya dengan lembut, kemudian menyes4p bibir itu dengan lihai. Ia terus memainkannya, sampai akhirnya Revan melepas tautannya tersebut, lalu menggendong Jelita ala bridal style menuju ke ranjang.

Dia ada menjatuhkan tubuh Jelita dengan kasar di sana dan mulai mendatanginya. Saat itu kancing baju Revan sudah sepenuhnya terbuka, menampilkan tubuh atletis Revan yang membuat Jelita semakin tidak sabar untuk segera menyentuhnya.

Ia beranjak mengusap-usap perut sixpack tersebut. Dan setelah mengetahui nafsu di tubuhnya semakin meningkat, setelah mengusap-ngusap perut Revan, Jelita pun segera menarik baju Revan dan membuat Revan bertelanjang dada.

Saat itu Revan langsung melum4t bibir Jelita, menindih tubuhnya dan tanpa sengaja menekan bukit kembar Jelita yang alhasil membuat Jelita men-de-sah.

Ia menggeliatkan tubuhnya tidak karuan merasakan bukit kembarnya ditekan seperti itu, terlebih di bawah sana, tangan Revan juga sudah mengusap-usap gua Jelita dari luar, membuatnya semakin menggelinjang dan tidak sabar untuk segera melanjutkan permainan.

................................................

Pusing, pusing sekali. Widya merasa kegelisahan melanda saat panggilannya kepada Jelita tak kunjung diangkat. Tanpa ragu, Widya memutuskan untuk pergi menemui Jelita setelah melacak alamat apartemennya. Dengan hati yang berdebar, Widya melangkah cepat begitu tiba di apartemen tempat Jelita tinggal.

 

Dia terus mencari apartemen tersebut dengan melacak nomor ponselnya. Melalui lorong-lorong yang berliku dan menaiki lift, akhirnya Widya tiba di depan pintu apartemen Jelita. Dengan harap yang membara, dia menekan bel dengan lembut dan mengetuk pintu dengan penuh keyakinan. Namun, tak ada suara yang keluar dari balik pintu yang tertutup rapat. Hening yang menyelimuti ruangan membuatnya semakin gelisah.

Namun, di tengah keputusasaan dan ketidakpastian, dia tetap mempertahankan harapannya yang membara. Dia memandang pintu dengan penuh harapan, menginginkan pintu itu akan terbuka dan mengungkapkan sosoknya di balik keheningan yang menghampiri.

Setiap detik terasa seperti berabad-abad saat dia menunggu dengan harapan yang membara.

Namun, meski kecewa dengan ketiadaan jawaban dari pintu, Widya tidak menyerah begitu saja. Dia yakin bahwa pasti ada cara lain untuk bertemu dengan Jelita, untuk mencapai hatinya yang mungkin tengah terperangkap dalam kegelapan emosi. Dalam keheningan yang melingkupi, dia memandang langit-langit ruangan, mencari petunjuk dan harapan dalam cahaya lampu yang berkilauan.

Dalam kesunyian yang menghampiri, dia merenung dan mencari kekuatan dalam dirinya. Dia mengingat semua kenangan indah yang mereka bagikan bersama, setiap senyuman, setiap pelukan, dan setiap kata-kata yang penuh kasih sayang. Semua itu memberinya semangat untuk terus berjuang dan mencari cara untuk menjangkau hati Jelita.

Tanpa ragu, dia mengeluarkan ponselnya dan mencoba menelepon Jelita sekali lagi.

Namun, panggilan itu kembali tidak dijawab. Meskipun kecewa, Widya tidak mengizinkan dirinya untuk merasa putus asa. "Dia ke mana sih? Kok nggak diangkat-angkat, Aku ketuk juga nggak dibukain. Dia udah tidur? Kok cepet banget tidurnya? Ini masih jam setengah sembilan loh." 

ucap kesal Widya mengetahui Jelita tidak kunjung membukakan dirinya pintu ataupun mengangkat teleponnya.

..................................................................

Sementara itu di dalam apartemennya, Jelita dan Revan terus bermain dan bermain, menikmati momen kebersamaan yang tak terlupakan. Mereka saling melakukan pelepasan berulang kali, merasakan kelelahan yang menghampiri. Akhirnya, mereka terbaring lemah di atas ranjang, dalam keadaan yang penuh dengan keletihan.

Revan terkulai lemas di atas tubuh Jelita, merasakan kenyamanan yang tak tergantikan. Mereka merasakan keintiman yang dalam, seperti menyatu dalam satu kesatuan yang indah. Di dalam pelukan yang hangat, mereka merasakan kedamaian dan kebahagiaan yang meluap dari dalam hati. 

Saat itu, segala perasaan dan kegusaran yang sebelumnya memenuhi pikiran Jelita mulai memudar. Meskipun belum sepenuhnya tenang, dia merasakan rasa ketenangan yang mulai menyelimuti dirinya.

Saat mereka saling berpelukan, Jelita merasakan kehangatan yang menenangkan dari tubuh kekasihnya. Setiap sentuhan, setiap hembusan napas, mengirimkan gelombang kelembutan yang membangkitkan perasaan damai di dalam dirinya.

Perlahan-lahan, emosi yang tadinya meluap dalam dirinya mulai mereda, memberikan ruang bagi pikiran yang lebih jernih dan hati yang lebih tenang.

Bersambung ...

Episodes
1 Episode 01. Menikah Lagi
2 Episode 02. Kehilangan yang Membawa Dendam
3 Episode 03. Pesona Jelita yang Menggoda; Pasti akan Takluk Padaku
4 Episode 04. Lebih Aduhai dan Menggairahkan
5 Episode 05. Merenggut Berlian Berharga
6 Episode 06. Dendam yang Membara; Melihatnya Hancur adalah Tujuan
7 Episode 07. Tidak Bisa Mundur
8 Episode 08. Momen yang Penuh Kedekatan
9 Episode 09. Sesuatu tentang Leon
10 Episode 10. Jadilah Kekasihku, Ayah
11 Episode 11. Takkan Bisa Menolakku
12 Episode 12. Jalan-jalan Serasa Honeymoon
13 Episode 13. Di Taman Sejoli
14 Episode 14. Pantas Menerima Ganjaran
15 Episode 15. Mencintaimu Selamanya
16 Episode 16. Hanya Menjadi Rahasia Kita
17 Episode 17. Seperti Bukan Darah H4id
18 Episode 18. Sejak Dulu adalah Crushnya
19 Episode 19. Satu-satunya Cara yang Bagus
20 Episode 20. Dia yang Membuatku Candu
21 Episode 21. Mimpi Buruk
22 Episode 22. Andai Bukan Satu Darah
23 Episode 23. Wanita Lain
24 Episode 24. Bukan Wanita Panggilan
25 Episode 25. Takkan Membiarkanmu Lolos
26 Episode 26. Semua Kebohongan Jelita
27 Episode 27. Honeymoon ke Bali
28 Episode 28. Tidak Bisa Di Hancurkan Oleh Siapapun
29 Episode 29. Satu Minggu Lagi
30 Episode 30. Bertemu dengan Pemb*nuh
31 Episode 31. Hanya Karena Cinta
32 Episode 32. Mempertahankannya atau Melepaskannya
33 Episode 33. Dia Selingkuh
34 Episode 34. Aku Hamil
35 Episode 35. Semua Pasti Tipuan
36 Episode 36. Ceraikan Mas Revan
37 Episode 37. Berusaha Untuk Move On
38 Episode 38. Rahasia Terbesar Dalam Hidup
39 Episode 39. Kamu Aku Talak
40 Episode 40. Takkan Pernah Sedikitpun Menyerah
41 Episode 41. Will You Marry Me
42 Episode 42. Kamu adalah Segalanya Bagiku
43 Episode 43. Orang Asing
44 Episode 44. Nekat Berbagi Cinta
45 Episode 45. Seorang Penjahat Kel4min
46 Episode 46. Masa Lalu Hanyalah Masa Lalu
47 Episode 47. Perpisahan dan Perjalanan Baru
48 Episode 48. Itu Semua Bukan Miliknya
49 Episode 49. Jelita Hamil
50 Episode 50. Akan Baik-baik Saja
51 Episode 51. Sebelum Semakin Jauh Menguasai
52 Episode 52. Berusaha Mengompori
53 Episode 53. Sekarang Menjadi Milikku
54 Episode 54. Tetap Tinggal atau Angkat Kaki
55 Episode 55. Menjaga Sampai Akhir Hayat
56 Episode 56. Arti Dibalik Nama Jelita
57 Episode 57. Kehadiran Wishlove Meizhaya Aurora
58 Episode 58. Tidak Sedarah
Episodes

Updated 58 Episodes

1
Episode 01. Menikah Lagi
2
Episode 02. Kehilangan yang Membawa Dendam
3
Episode 03. Pesona Jelita yang Menggoda; Pasti akan Takluk Padaku
4
Episode 04. Lebih Aduhai dan Menggairahkan
5
Episode 05. Merenggut Berlian Berharga
6
Episode 06. Dendam yang Membara; Melihatnya Hancur adalah Tujuan
7
Episode 07. Tidak Bisa Mundur
8
Episode 08. Momen yang Penuh Kedekatan
9
Episode 09. Sesuatu tentang Leon
10
Episode 10. Jadilah Kekasihku, Ayah
11
Episode 11. Takkan Bisa Menolakku
12
Episode 12. Jalan-jalan Serasa Honeymoon
13
Episode 13. Di Taman Sejoli
14
Episode 14. Pantas Menerima Ganjaran
15
Episode 15. Mencintaimu Selamanya
16
Episode 16. Hanya Menjadi Rahasia Kita
17
Episode 17. Seperti Bukan Darah H4id
18
Episode 18. Sejak Dulu adalah Crushnya
19
Episode 19. Satu-satunya Cara yang Bagus
20
Episode 20. Dia yang Membuatku Candu
21
Episode 21. Mimpi Buruk
22
Episode 22. Andai Bukan Satu Darah
23
Episode 23. Wanita Lain
24
Episode 24. Bukan Wanita Panggilan
25
Episode 25. Takkan Membiarkanmu Lolos
26
Episode 26. Semua Kebohongan Jelita
27
Episode 27. Honeymoon ke Bali
28
Episode 28. Tidak Bisa Di Hancurkan Oleh Siapapun
29
Episode 29. Satu Minggu Lagi
30
Episode 30. Bertemu dengan Pemb*nuh
31
Episode 31. Hanya Karena Cinta
32
Episode 32. Mempertahankannya atau Melepaskannya
33
Episode 33. Dia Selingkuh
34
Episode 34. Aku Hamil
35
Episode 35. Semua Pasti Tipuan
36
Episode 36. Ceraikan Mas Revan
37
Episode 37. Berusaha Untuk Move On
38
Episode 38. Rahasia Terbesar Dalam Hidup
39
Episode 39. Kamu Aku Talak
40
Episode 40. Takkan Pernah Sedikitpun Menyerah
41
Episode 41. Will You Marry Me
42
Episode 42. Kamu adalah Segalanya Bagiku
43
Episode 43. Orang Asing
44
Episode 44. Nekat Berbagi Cinta
45
Episode 45. Seorang Penjahat Kel4min
46
Episode 46. Masa Lalu Hanyalah Masa Lalu
47
Episode 47. Perpisahan dan Perjalanan Baru
48
Episode 48. Itu Semua Bukan Miliknya
49
Episode 49. Jelita Hamil
50
Episode 50. Akan Baik-baik Saja
51
Episode 51. Sebelum Semakin Jauh Menguasai
52
Episode 52. Berusaha Mengompori
53
Episode 53. Sekarang Menjadi Milikku
54
Episode 54. Tetap Tinggal atau Angkat Kaki
55
Episode 55. Menjaga Sampai Akhir Hayat
56
Episode 56. Arti Dibalik Nama Jelita
57
Episode 57. Kehadiran Wishlove Meizhaya Aurora
58
Episode 58. Tidak Sedarah

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!