Lalu setelah terlibat beberapa percakapan dengan Revan dan juga Widya tampak Jelita membalikan badannya dan melenggang pergi dari sana. Ia merasa puas dengan semua tindakannya kali ini yang dirasanya sudah cukup berhasil dan mampu membuat sang bunda merasa cemburu.
Sebenarnya, Jelita bukanlah tipe wanita yang dengan sengaja menggoda laki-laki seperti ini. Sejak dulu, dia selalu menjadi objek godaan para pria, bukan sebaliknya. Namun, dendam yang berkobar di dalam dirinya membuat Jelita dengan hati-hati menyetujui semua rencananya dan berniat menjerat Revan dengan pesonanya.
Jelita memang sangat membenci pria itu, tetapi dendam yang membara dalam dirinya memaksa dia untuk melakukannya. namun dendam dalam dirinya yang sudah cukup besar membuatnya dengan penuh pertimbangan mengiyakan semua rencananya itu dan berniat melakukannya.
Lalu setelah meninggalkan dapur, Jelita dengan malas melangkahkan kakinya menuju kamar. Alasannya sih hanya sekedar rebahan dan tidur-tiduran seperti biasanya, namun setibanya di sana tampak Jelita melangkah menuju meja belajar miliknya yang sejak ayahnya meninggal tidak pernah sekalipun ia sentuh.
Tidak ada sekalipun niat di dalam dirinya untuk belajar dan menyentuh buku-buku materi yang terdapat di sana, namun entah mengapa Jelita sangat ingin untuk mendatanginya.
Setibanya di dekat meja belajarnya tampak Jelita duduk di kursi di sana dan membuka lembaran demi lembaran buku-buku yang tergeletak usang di sana. Ia hanya membukanya, namun tidak ada niat membacanya. Matanya menerawang jauh ke dalam rencananya untuk menjerat Revan hingga tindakan apa yang akan di lakukannya untuk memikat pria itu.
Niat dan ambisi itu terus mengisi pikiran Jelita hingga tanpa sadar membuatnya tertidur di meja belajar itu. Kepalanya tampak berbantalkan buku-buku miliknya yang terbuka dan tangannya bergelantung lemas ke bawah, mengarah ke kolong meja.
Jelita terus tertidur, dan aktivitas tidurnya membawanya ke dalam mimpi yang jauh hingga menjelang malam. Ketika dia mulai terbangun, dia mendengar panggilan dari sang bunda yang memintanya untuk makan di luar kamarnya.
Di sini dengan malas dan rasa kantuk yang masih juga menghinggapi dirinya, tampak Jelita bangkit dari tidurnya dan melangkah dengan malas ke arah kamar mandi di kamarnya. Ia tampak membasuh mukanya dengan air dan memperbaiki penampilannya yang berantakan. Sebelumnya Jelita hanya ingin berpenampilan seperti itu ke meja makan, namun setelah teringat dengan ambisinya yang ingin memikat Revan, segera saja Jelita memperbaiki penampilannya sebaik mungkin agar tampak sempurna saat bertemu dengan Revan di meja makan.
Ia segera beranjak keluar dari kamar mandi dan berjalan dengan tergesa ke arah almari bajunya untuk mengambil beberapa pakaian yang akan dikenakannya untuk ke meja makan nanti. Setibanya di depan almari bajunya tampak Jelita kebingungan untuk akan mengambil pakaian yang mana, karena sejauh Ia memiliki pakaian tak sedikitpun Jelita memiliki pakaian yang terlihat feminim. Kebanyakan pakaian yang dimilikinya hanyalah setelan hoodie, kemeja tipis, kaos-kaos dan juga celana jeans yang tampak seperti gadis tomboy.
Semua pakaian femininnya sudah Jelita buang sejak ayahnya meninggal dan ibunya menikah lagi dengan Revan. Namun, saat teringat bahwa Jelita masih menyimpan satu pakaian cantik yang pernah diberikan oleh mantan pacarnya, dia segera mengambilnya dari atas gantungan dan memandangnya sejenak.
Pakaian itu memang terlihat cantik, berupa dress selutut tanpa lengan dengan motif bunga-bunga yang indah berwarna pink, serta bagian atas yang cukup terbuka, menampilkan leher putihnya. membuat Jelita akhirnya dengan berat hati mengenakan pakaian itu. Meski dengan berat hati, Jelita akhirnya mengenakan pakaian itu.
Ia segera saja melepas semua pakaiannya dan mengganti dirinya dengan mengenakan pakaian itu. Sebenarnya, dia merasa agak tidak nyaman mengenakan pakaian seperti itu, tetapi tidak ada pilihan lain untuk memikat Revan selain dengan cara ini.
Lalu, setelah ia selesai mengenakan pakaian itu dan pergi ke meja riasnya untuk merias dirinya secantik mungkin, tampak Jelita berjalan dengan langkah anggun keluar kamarnya dan menuruni tangga menuju ke meja makan. Di setiap langkahnya yang terasa berbeda dan wewangian kas yang sengaja Jelita semprotkan di beberapa bagian tubuhnya cukup menarik perhatian bundanya dan juga Revan saat itu. Mereka yang saat itu sudah berada di meja makan langsung mengalihkan perhatiannya ke arah Jelita sewaktu mendengar langkah kaki yang semakin mendekat dan juga wewangian yang tak pernah mereka cium sebelumnya.
Setibanya di meja makan, Jelita dengan anggun berjalan menuju kursi kosong di sebelah Revan yang kebetulan kosong. Dengan senyuman yang memancar ke arah pria itu dan bundanya yang terkejut, dia duduk dengan elegan, menyita perhatian mereka yang terpaku melihatnya.
"Ehm, Bun, Yah. Kalian kenapa sih natap aku gitu banget, ada yang aneh ya sama penampilanku?" tanya Jelita berpura-pura tersipu malu mendapati kedua orang tuanya menatap fokus ke arahnya.
"Kamu cantik banget, Jel. Asli, cantik banget." puji Revan setelah beberapa saat memandangi Jelita dari atas hingga ke bawah. Dari rambut hitamnya hingga sampai ke paha putih Jelita.
Di saat Revan menatap ke arah paha putih Jelita yang saat itu terekspos bebas, keinginan yang terpendam dalam dirinya seolah menjadi hidup. Pusaka miliknya itu bergelora dan terbangun dari tidurnya yang panjang. Namun, dengan penuh kekuatan, Revan menahan nafsunya yang membara. Dia memilih untuk mengalihkan perhatiannya dengan mengambil nasi dan lauk-pauk yang telah tersaji di meja di hadapannya.
"Ehm, makan aja yuk, keburu dingin nih," ucap Revan sembari menyendok dua centong nasi dan memasukkannya ke dalam piring miliknya.
"Ada apa lagi sama anak ini, kenapa tiba-tiba dia berubah seperti ini? aneh. Apa dia memang sengaja berubah atau justru dia sedang merencanakan sesuatu? mengapa pikiranku ini terus mengarah ke arah Revan? ah, sudahlah. Nggak penting juga Jelita mau berubah atau tidak. Yang terpenting sekarang segera makan dan bisa kembali berpetualang cinta bersama Revan. Sepertinya dia tidak sabar untuk segera melakukan itu. Ya, benar. Pasti saat ini pusaka miliknya itu sudah bergejolak dan tidak sabar untuk segera memasuki lubang milikku yang nikmat." batin Widya sembari tersenyum kecil dan mulai mengambil beberapa centong nasi dan memasukkannya ke dalam piring miliknya.
.................................................
Kini sudah lebih dari sekitar pukul setengah sembilan malam. Dan di waktu semalam itu Widya justru terlihat keluar dari rumah dan teringin menuju ke suatu tempat yang sama sekali tidak dia katakan sesaat dia sebelum pergi.
Namun, dengan kepergian Widya itu justru adalah sesuatu hal yang bagus untuk Jelita. Ia yang beberapa saat lalu memiliki ide untuk memesan beberapa botol minuman keras dan juga wine. Kini tampak menunggu pesanannya itu tiba di depan pintu rumahnya. Ada beberapa saat lamanya Jelita menunggu diam di sana sampai akhirnya pesanannya itu tiba dan ia segera membawa pesanan tersebut ke kamarnya.
Setibanya di kamar, Jelita segera membuka semua pesanannya itu dan menatapnya sembari tersenyum. Sebenarnya Jelita tidak pernah sekalipun meminum minuman seperti itu sebelumnya, namun karena ia ingin menjebak Revan malam ini ia pun dengan terpaksa memesan minuman itu dan meminumnya.
Di sini dengan segera Jelita membuka satu persatu botol minuman itu dan meminumnya dengan penuh rasa nikmat. Sebelumnya Jelita kira minuman itu terasa tidak enak dan menyakitkan tenggorokan, namun setelah minuman itu menyentuh lidahnya, entah mengapa rasanya begitu enak dan nikmat di lidah Jelita. Ia pun segera saja meminum minuman itu hingga kehilangan kesadarannya, habis satu botol, dan hanya tersisa satu botol lagi yang belum disentuh.
"Ahh, sekarang tinggal keluar dan cari cowok itu. Dia di mana ya kira-kira, oh kamar bunda. Iya pasti di kamar bunda. Tadi aku udah sempat mengunci pintu depan jadi saat bunda kembali dia pasti nggak akan bisa masuk. Lagian ke mana sih bunda pergi? malam-malam gini malah ngelayap keluar." ucap Jelita dengan kesadarannya yang sudah separuhnya menghilang.
Setelah menghabiskan minuman itu tampak Jelita bangkit dari duduknya dan melangkah keluar dari kamarnya menuju ke kamar bundanya yang berada tepat di sebelahnya. Dengan langkah sempoyongan Jelita terus melangkahkan kakinya hingga akhirnya tibalah Ia di depan kamar bundanya itu. Di sini Jelita segera membuka pintu itu dan memasukinya dengan masih sempoyongan.
Setibanya di dalam, samar-samar Jelita melihat Revan dalam posisi bertelanjang dada duduk menyandar di headboard tempat tidur.
Dalam posisi seperti itu Jelita segera menutup pintu itu dan menguncinya. Ia berjalan ke arah Revan yang tidak sepenuhnya sadar karena saat itu Revan tengah menutup matanya dan mendengarkan musik melalui earphone di telinganya. Namun, sesaat mendapati Jelita mulai mendekati tempat Revan duduk dan naik ke atas ranjang, Revan pun tersadar dan langsung membuka matanya.
Dia begitu terkejut mendapati Jelita tiba-tiba berada di dalam kamarnya dan mengenakan pakaian seperti itu. Sebelumnya sebelum Jelita meminum minuman itu ia terlihat mengganti pakaiannya dengan satu buah lingeri yang sebelumnya telah ia pesan dengan malas dari aplikasi online. Jelita mengenakannya dengan malas bercampur malu, namun setelah minuman itu ia teguk habis, rasa malunya tiba-tiba menghilang digantikan dengan nafsu yang begitu besar, terlebih setelah berada di dalam kamar bundanya dan mendapati Revan dalam posisi bertelanjang dada seperti ini.
"Jelita, hey, kamu kenapa? loh kok tiba-tiba kamu di sini terus kenapa kamu pakai pakaian seperti ini? hey, Jelita, kamu dengar ayah kan?" Revan tampak bangkit dari duduknya dan beranjak mendatangi Jelita. Dia segera saja menepuk-nepuk pipinya dan menyebut namanya berulang kali. Di titik ini Jelita tidak sadar dengan apa yang akan dilakukannya dan apa yang dilakukannya sekarang.
Setelah mendapati Revan di hadapannya, Jelita segera saja menjatuhkan tubuhnya di atas tubuh Revan yang sontak saja membuat Revan terjatuh terlentang ke atas tempat tidur. Di sini Revan mati-matian menahan nafsunya karena semenjak mendapati Jelita berpakaian seksi seperti ini dan mendapati bentuk tubuh Jelita yang ternyata jauh lebih aduhai daripada Widya membuat milik Revan terbangun dan mengeras.
Revan terus menahannya sampai suatu ketika Jelita tiba-tiba melahap bibir Revan, menciumnya dengan penuh nafsu dan menjilatinya tanpa ada jeda sedikitpun. Seolah haus darah Jelita terus melakukan itu tanpa ada satupun sambutan dari Revan karena sampai detik itu Revan masih juga terkejut dengan apa yang Jelita lakukan kepadanya.
Namun, di saat Jelita dengan tidak sadar mulai melepas lingerie yang dipakainya hingga membuatnya hanya memakai bh serta dalamannya saja membuat Revan akhirnya membalas apa yang Jelita lakukan padanya. Dengan penuh nafsu Revan meraih tubuh Jelita dan mencium bibirnya dengan penuh nafsu.
Dengan sadar Revan mulai melepaskan semua celananya dan memaksa Jelita untuk melepaskan dalamannya hingga keduanya sama-sama bertelanjang bulat. Dalam posisi itu mereka kembali melanjutkan aksi mereka dan kini malah jauh lebih panas dan menggairahkan.
"Jelita, ayah sudah tidak kuat lagi. Ayo kita lakukan sekarang. Ahhh .." ucap Revan penuh nafsu sembari tetap berciuman dengan Jelita, dengan intensitas dan keintiman yang liar, mereka saling bertukar kecupan dengan penuh gairah.
Bersambung ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments
Safa Almira
hot
2024-09-22
1