Rozen berdiri di halaman duchy Winslow, menunggu kedatangan Lizra, karena seseorang pelayan mengatakan Lizra membawa pedang ke bukit belakang Duchy Winslow sejak dini hari, sehingga Rozen menganggap Lizra sedang berlatih pedang. Theo dan Lizra berjalan bersama kembali ke duchy Winslow, tersenyum dan bercanda di sepanjang jalan. Di hadapan mereka, Rozen menunggu dengan ekspresi serius. Rasa cemburu Rozen terlihat jelas saat dia melihat kedekatan Theo dan Lizra. Dia merasa tidak nyaman dengan situasi tersebut. Meskipun mencoba tersenyum, tetapi hatinya terasa berat. Pertemuan itu mengingatkannya pada kedekatan Lizra dengan orang lain di luar dirinya, dan itu membuatnya merasa tidak nyaman.
"Hai, Liz. Sepertinya kalian sedang senang?"
Lizra dan Theo saling bertukar pandang, menyadari ketegangan dalam suara Rozen. Lizra mencoba mengalihkan pembicaraan.
"Ya, kami berlatih pedang dan berbicara banyak tentang berbagai hal."
Theo mencoba melembutkan situasi dengan senyum hangatnya, namun Rozen tetap terlihat tegang dan tidak percaya.
"Ya, kami memiliki percakapan yang sangat menarik. Lizra memiliki bakat luar biasa dalam berpedang."
Rasa tidak nyaman masih terasa di antara mereka. Rozen menatap Lizra dengan pandangan yang sulit diartikan.
"Aku senang kau menikmati waktumu, Liz. Mari kita kembali ke duchy."
Lizra mengangguk, merasa sedikit tegang dengan atmosfer yang tegang. Dia dan Theo mengikuti Rozen kembali ke duchy, tetapi kecemburuan Rozen masih terasa di udara.
***
Lizra memanggil Ezra setelah membersihkan dirinya dari keringat saat berlatih pedang. Dengan tatapan serius, dia menanyakan kabar terbaru tentang surat yang dia kirim melalui Lona Si Elang Ashborn. Kepeduliannya terhadap keamanan dan keberhasilan misi membawa kekhawatiran mendalam dalam setiap langkah yang diambilnya.
Di tengah kamar yang tenang, Lizra duduk di kursi, menatap jendela dengan perasaan campur aduk.
"Ezra," panggilnya dengan lembut, suaranya bergema di dalam kamar. "Bisakah kamu datang sebentar?"
Tidak butuh waktu lama bagi Ezra untuk muncul, langkahnya ringan menuju Lizra. "Ada yang bisa saya bantu, Nona?" tanyanya dengan ramah.
Lizra mengangguk. "Ada kabar tentang surat yang saya kirim melalui Lona Si Elang Ashborn?" tanyanya, matanya penuh dengan harapan.
"Duke Winslow memberitahuku bahwa Marquess Monfort dan pasukannya akan tiba hari ini," ujar Ezra dengan penuh antusias. "Dan kabarnya Edwin dan Sonia membawa pasokan senjata dan uang yang diminta Nona pada Duke Henry Ashborn, Ayahanda Nona."
Lizra mengangguk perlahan, matanya masih terpaku pada pemandangan luar jendela. "Terima kasih, Ezra. Persiapkan segalanya untuk kedatangan mereka," ucapnya dengan suara yang mantap.
Tidak lama setelah Ezra meninggalkan kamar Lizra, seseorang mengetuk kamarnya.
"Permisi, Nona," ucapnya dengan lembut. "Tuan Duke mengundang Anda untuk menikmati teh di Gedung Utama bersama Yang mulia Putra Mahkota." Lizra menatap pelayan dengan tatapan sedikit terkejut, lalu tersenyum.
"Terima kasih, beri tahu Theo bahwa saya akan segera bergabung dengan mereka," jawabnya dengan ramah. Pelayan itu mengangguk hormat dan segera meninggalkan kamar Lizra untuk menyampaikan pesan tersebut kepada Theo.
Dengan langkah yang ringan dan anggun, Lizra bergegas ke Gedung Utama. Gaunnya yang elegan melambangkan keanggunan dan kecantikan yang melekat padanya. Setiap gerakan yang dia lakukan terlihat begitu lembut dan pasti, dalam gaunnya yang indah, dia terlihat seperti seorang putri yang siap untuk bertemu dengan para tamu. Namun, di balik pesona luar biasanya, Lizra juga memiliki ketegasan dan kecerdasan yang membuatnya menjadi sosok yang begitu mempesona.
Lizra tiba di Gedung Utama dengan langkah yang mantap, dan di sana dia disambut oleh kehadiran Theo dan Rozen yang begitu mempesona. Mereka duduk dengan elegan, menatapnya dengan senyum ramah di wajah mereka yang tampan. Ketampanan dan pesona keduanya membuat Lizra tak bisa menahan rasa kagumnya. Theo, dengan sikap yang ramah dan sopan, memberi Lizra senyuman hangat sambil mengajaknya duduk. Sedangkan Rozen, dengan kehadiran pangerannya yang gagah, menatapnya dengan pandangan penuh penghargaan. Lizra terpesona oleh pesona mereka yang luar biasa, dan dia merasa beruntung bisa berada di antara mereka dalam momen ini.
Theo menyambut Lizra dengan senyuman ramah. "Selamat datang, Lizra!"
Rozen mengangguk setuju. "Tentu saja, Liz. Kami sudah menyiapkan segelas teh untukmu. Silakan duduk dan bersantai."
Lizra tersenyum balas, merasa hangat dengan sambutan mereka.
"Terima kasih, Yang Mulia, dan Theo. Saya sangat menghargai keramahan
kalian."
Mereka pun duduk bersama di meja kecil, teh hangat mengalir di antara mereka.
Theo memandang ke arah Lizra dengan serius, menyampaikan berita penting. "Lizra, aku punya kabar. Marquess Monfort akan segera tiba di sini, bersama dengan utusan dari Duchy Ashborn."
Lizra duduk di antara mereka dengan senyuman ramah, tampak tenang dan terkesan dengan suasana yang menyenangkan, dia memegang cangkir teh nya dengan anggun. Ketika Theo menyampaikan berita tentang kedatangan Marquess Monfort dan utusan dari Duchy Ashborn, dia memperlihatkan ekspresi kaget yang gesit.
"Oh, begitu?" kata Lizra dengan nada terkejut palsu. "Akhirnya bala bantuan kita telah tiba. " Lizra menyesap teh nya kemudian tersnyum ramah.
Di balik senyumnya, Lizra sebenarnya sudah mengetahui kabar tersebut sebelumnya. Namun, dia memilih untuk menyimpan pengetahuannya itu untuk dirinya sendiri. Dalam hatinya, dia sudah merencanakan langkah-langkah yang harus diambil untuk menyambut kedatangan mereka dengan baik.
Dengan penuh antusias, dia menambahkan, "Kita harus segera berkoordinasi dengan Marquess Clarke untuk memastikan persiapan yang tepat.”
“Saya sudah menyampaikan berita ini pada Marquess Clarke, ketika mereka tiba, kita akan tahu itu” Sahut Theo dan turut menyesapi teh nya.
Rozen, yang diam-diam mengetahui bahwa Lizra telah mengetahui berita tentang kedatangan Marquess Monfort dan utusan Duchy Ashborn, tetap tenang saat berbicara.
"Aku yakin Marquess Clarke akan mengatur segalanya dengan sempurna," kata Rozen, menunjukkan keyakinannya pada kemampuan Marquess Clarke.
Theo mengangguk setuju. "Benar, namun kita tetap perlu memastikan bahwa kita memberikan dukungan penuh dalam penyambutan ini. Mereka berdua duduk dalam diam menikmati the masing-masing, mempercayakan persiapan penyambutan kepada Marquess Clarke.
***
Marquess Clarke masuk dengan langkah mantap ke ruang tengah Gedung Utama, wajahnya berseri-seri. "Salam Yang mulia putra mahkota, Tuan Duke dan Nona Ashborn." katanya dengan suara penuh semangat. "Marquess Monfort dan pasukannya telah tiba di depan Duchy Winslow."
Rozen dan Lizra mengangkat kepalanya dengan antusias. "Itu adalah kabar yang sangat baik," kata Rozen, senyumnya merefleksikan kegembiraan.
Lizra menambahkan, "Kita harus segera bersiap untuk menyambut mereka dengan hangat. Marquess Monfort pasti akan senang dengan penyambutan yang istimewa di Duchy Winslow.”
Marquess Clarke mengangguk setuju. "Tentu saja, kita harus memberikan penyambutan terbaik untuk mereka. Ayo, mari kita menuju ke depan untuk bergabung dengan mereka."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments