Kenyataan di Luar Nalar

"Kamu tidak bisa tenang sedikit, hah?"

Nero keluar dari kamar mandi dengan aura yang lebih dingin. Tatapan tajamnya terus tertuju pada Raina, yang kala itu sudah ketakutan setengah mati.

"Anak kita, Om. Aku ... aku keluar darah," jawab Raina dengan terbata-bata.

Sembari menggulung asal lengan kemejanya, Nero mendekati Raina dengan langkah cepat. Lantas matanya memicing saat menatap sedikit darah di sofa. Khawatir? Tentu saja tidak. Nero sangat paham dengan keadaan Raina, dan itu bukan masalah yang serius.

"Om, kamu boleh mengabaikan aku, tapi jangan melakukan hal yang sama pada anak kita. Dia nggak salah apa-apa, Om." Raina memohon sambil tetap menangis. "Ayo ke rumah sakit, Om. Kita periksakan dia. Sejak tadi perutku memang sakit. Aku takut terjadi apa-apa dengannya," sambung Raina.

Namun bukannya ikut panik, Nero malah bersikap santai. Bahkan ia tak langsung menjawab, sekadar mengembuskan napas panjang dengan malas.

"Om—"

"Tidur saja, jangan berisik! Gara-gara kamu niat mandiku tertunda," pungkas Nero.

Raina menggeleng-geleng. Ia sampai tak percaya bahwa dulu Nero pernah bersikap lembut dan manis padanya.

"Anak kita, Om. Dia—"

"Tidak ada anak. Kamu hanya haid!" Nero kembali memotong ucapan Raina, seraya membalikkan badan dan siap pergi lagi.

"Aku hamil, mana mungkin haid, Om!" teriak Raina. "Baiklah, kalau Om Nero nggak mau ngantar, aku akan ke rumah sakit sendiri. Aku nggak akan membiarkan dia kenapa-kenapa."

Nero terpaksa mengurungkan niatnya dan kembali menatap Raina. Bahkan, sambil melangkah mendekat.

Raina melangkah mundur. Nyalinya tak hanya menciut, tetapi terkikis habis karena tatapan Nero benar-benar mengintimidasi. Sayangnya, hanya beberapa langkah Raina mundur, tubuhnya sudah mengimpit di tepian meja. Tidak ada pilihan, akhirnya Raina berhenti dan pasrah ketika Nero memangkas jarak di antara mereka. Dia juga tak bisa melawan kala Nero mencengkeram salah satu lengannya.

"Sudah kukatakan, kesalahanmu karena terlalu percaya padaku. Masih tidak paham?" ucap Nero tepat di depan wajah Raina.

Raina tak menjawab, otaknya masih bekerja keras, mencerna maksud ucapan Nero.

"Kamu tidak pernah hamil, Raina." Nero menyambung kalimatnya, dan hal itu justru menambah kebingungan Raina.

"Tapi ... ini nggak mungkin, Om. Aku—"

"Apanya yang tidak mungkin? Memang kamu pernah melihat hasil pemeriksaan dokter? Pernah menggunakan tes pack sendiri?" potong Nero tanpa melepaskan cengkeramannya.

Sampai di sini, tubuh Raina membeku. Apa yang diucapkan Nero, telah menyeretnya pada kenyataan yang mungkin memang sepahit itu.

Raina ingat benar, bagaimana Nero membujuknya dulu, ketika dirinya mengadu telat menstruasi dan berniat memastikannya dengan tes pack.

'Biar aku saja yang melihat hasilnya. Aku khawatir dengan kamu jika nanti ... garisnya benar-benar dua.'

Saat itu, Raina tak banyak membantah. Sejak menyadari ada yang tak benar dengan dirinya, dia memang sudah kacau.

Di lain waktu, Raina juga kembali pasrah dengan perkataan Nero. Kala itu sudah diketahui bahwa Raina positif hamil—lewat tes pack yang digunakan dua hari sebelumnya.

'Jangan memeriksakan kandungan sekarang ya, tunggu sampai kita menikah. Aku tidak mau mereka memandang kamu dengan sebelah mata karena hamil di luar nikah. Kalaupun nanti usia kehamilan lebih lama dari pernikahan kita, tapi setidaknya aku sudah menjadi suamimu. Aku sudah punya hak penuh untuk menjagamu, bisa kupastikan tak akan ada yang berani menggunjingmu.'

Masih teringat jelas dalam bayangan Raina, bagaimana dirinya tersipu dan perasaannya melambung tinggi atas sikap manis Nero. Gambaran lelaki impian yang penuh perhatian dan kelembutan.

"Tapi ... ini nggak mungkin. Empat bulan ini aku nggak haid, dan ... malam itu ... Om Nero memang menyentuhku, kan?" Dengan gemetaran, Raina mengutarakan kalimat itu, mengejar kejujuran dari bibir Nero yang menurutnya sedang merangkai kebohongan.

"Menyentuhmu? Kamu merasa aku menyentuhmu?" tanya Nero sambil mengeratkan cengkeraman.

Alih-alih merasakan sakit yang mungkin akan melebamkan lengannya, Raina justru terdiam dan kembali mengingat peristiwa lalu. Di mana dirinya terjaga dalam keadaan telan-jang dan satu ranjang dengan Nero. Memang tidak ada adegan yang dia ingat, bahkan setelahnya juga tak merasakan sakit atau sekadar perih. Namun ... darah yang menodai ranjang itu, bukannya cukup untuk membuktikan bahwa dirinya sudah kehilangan keperawanan?

"Temanmu merayakan ulang tahun di kelab dan mengundangmu, itu rencanaku. Kakaknya temanmu mengajakmu mengobrol dan memasukkan obat tidur di minumanmu, itu juga rencanaku. Aku sengaja membuat kamu tersadar dalam keadaan telan-jang agar kamu percaya bahwa kita sudah tidur bersama," ujar Nero sambil tersenyum licik.

Raina belum bisa menyahut. Hati dan pikirannya masih berusaha keras mencerna kenyataan yang di luar bayangan.

"Menurutmu kenapa aku tidak membiarkan kamu menggunakan tes pack sendiri? Karena aku benar-benar peduli dengan perasaanmu, heh naif sekali. Aku hanya mencari kesempatan agar bisa menukar tes pack milikmu dengan tes pack yang sudah jelas positif. Dan jika kamu menganggap sikap manisku selama ini tulus, buang jauh-jauh pikiran itu. Karena aku bersikap manis, hanya untuk memberimu obat penunda haid tanpa kamu sadari. Dan jika sekarang kamu haid, itu karena sejak bulan lalu aku menyuruh orangku di sini agar berhenti memberimu obat tersebut," sambung Nero tanpa rasa bersalah. Bahkan, dengan santai tangannya meraih dagu Raina dan memaksanya mendongak, hingga pandangan mereka bertemu.

"Kenapa?" bisik Raina dengan penuh harap. Dia menginginkan jawaban yang masuk akal atas kenyataan yang di luar nalar itu.

"Karena aku ingin menikahimu dan membuatmu tidak berdaya dalam kendaliku."

"Aku salah apa? Aku—"

"Salahmu karena terlahir sebagai adiknya Raksa, baji-ngan laknat yang sudah merebut wanitaku!"

Bersambung...

Terpopuler

Comments

Tarmi Widodo

Tarmi Widodo

Neo bajingan😀😀

2024-05-04

1

Uba Muhammad Al-varo

Uba Muhammad Al-varo

Nero laki2 pengecut, yang mengagungkan keegoisan, kasihan hidup mu Rania dijadikan sarana balas dendam.

2024-03-14

2

ria

ria

kasiiaan km raina diboongi nero..
dari awal bener apa yg kubilang m itu gk hamil..cuman dikerjai nero hanya utk balas dendam sm raksa anne..
semoga kedepanx nero berubah pikiran sm kamu raina..semoga lama2 cinta tumbuh dlm diri nero kekamu..
semua tergantung othor😁yg nanti bikin nero bucin sm raina..

2024-03-13

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!