SI MAKHLUK ASING

Jeritan Yasmin mengudara, tetapi tidak ada satu orang pun yang mendengar jeritan wanita itu. Lagi pula, manusia mana yang mau repot-repot menghabiskan waktu di atas bukit pada tengah malam yang dingin seperti saat ini selain dirinya sendiri. Maka tidak mengherankan jika tidak ada satu orang pun yang penasaran dan segera menghampiri Yasmin begitu teriakan Yasmin mengudara dan memecah keheningan malam.

Sadar jika dirinya hanya sendirian di atas bukit, Yasmin pun mengatur napas sembari memegangi dada, berusaha menetralisir keterkejutannya dan mengabaikan rasa takut yang mulai menggelayuti dada. Sesekali ia mengucek kedua mata untuk memastikan bahwa ia tidak salah lihat, bahwa apa yang sekarang ini berada di hadapannya adalah sesuatu yang nyata, objek nyata, bukan hanya sekadar halusinasi semata.

Setelah rasa terkejutnya berkurang, Yasmin memberanikan diri untuk maju selangkah demi selangkah mendekati makhluk asing bersayap yang tergeletak anggun di atas tanah.

Yasmin tahu jika tindakannya termasuk tindakan yang bodoh, seharusnya ia lari, dan pergi menjauh dari sesuatu yang asing yang mungkin saja berbahaya, dan dapat membunuhnya. Namun, nalurinya mengatakan ia harus mencari tahu. Rasa penasarannya begitu tinggi, hingga rasa takutnya terabaikan. Lagi pula, ia tidak takut mati saat ini. Ya, setelah merasakan sakitnya dikhianati, jujur saja ia tidak takut merasakan hal apa pun lagi, salah satunya adalah merasakan yang namanya mati.

"Wah, mahkluk apa ini?" tanya Yasmin, pada udara kosong di sekitarnya begitu jaraknya dengan jarak si makhluk asing semakin dekat.

"Apa dia burung? Bird Man!" tebak Yasmin asal-asalan. "Apa ada burung sebesar ini? Ck, aku rasa tidak ada." Yasmin masih bergumam seorang diri, berusaha menebak-nebak jenis makhluk apa yang saat ini sedang ia pandangi.

Makhluk asing itu sangat besar. Dengan kedua sayap berwarna abu-abu yang terbuka lebar. Terdapat lidah api di setiap helai sayap yang terbuka itu, yang membuat udara di sekitarnya menjadi lebih hangat. Bahkan rerumputan tepat di bawah tubuh si makhluk asing pun sampai terbakar.

Posisi si makhluk asing yang menghadap tanah membuat Yasmin tidak dapat melihat dengan jelas wajah dan bentuk tubuh yang tersembunyi di balik kedua sayap. Namun, ia berani taruhan bahwa sebagian tubuh makhluk asing itu berwujud manusia, karena ia dapat melihat sepasang lengan yang kekar, dan juga rambut panjang berwarna kecokelatan yang menutupi bagian kepala.

"Dia wanita atau pria? Rambutnya panjang, tapi lengannya berotot sekali," gumam Yasmin lagi. Kali ini ia telah berdiri tepat di hadapan si makhluk asing.

Yasmin berlutut, dan perlahan mengulurkan tangan untuk menyingkirkan rambut panjang makhluk itu yang berhamburan menutupi wajah.

"Aah," desis Yasmin, ia merintih saat tangannya berhasil menyentuh rambut makhluk di hadapannya. Sungguh di luar perkiraannya, ternyata helai rambut makhluk asing itu sangat panas saat disentuh. Menyentuhnya sama saja seperti menyentuh bara api.

"Kenapa panas sekali," gumam Yasmin, sambil mengibaskan tangannya yang mulai melepuh.

Belum lagi Yasmin mengeksplor lebih jauh, makhluk asing di hadapan Yasmin tiba-tiba mulai bergerak. Pertama sayap bagian kirinya terangkat perlahan, disusul sayap bagian kanannya. Begitu kedua sayap mulai terangkat, lidah api yang tadinya redup, kini menyala terang.

Yasmin terkesiap. Ia dengan sigap bangkit berdiri dan berlari menjauh, menjaga agar jaraknya tetap aman. Ia takut jika lidah-lidah api itu mulai menyerang dan membakarnya. Padahal sebelumnya ia tidak takut sama sekali.

Pusaran debu dan asap pun tercipta saat si makhluk asing mulai bangkit dan melayang beberapa senti dari tanah. Rambutnya yang panjang berkibar ditiup angin, begitu pula dengan jubah berwarna gading yang membungkus sebagian tubuhnya. Walaupun sekarang jubah itu terlihat rusak di beberapa bagian, tetapi sama sekali tidak merusak penampilan sempurna dari si makhluk asing.

"Ya, Tuhan!" gumam Yasmin, dengan kedua mata membelalak dan mulut yang terbuka lebar.

Jika sebelumnya Yasmin sudah sangat terkejut, kali ini ia lebih terkejut lagi saat kedua matanya berhasil melihat makhluk asing itu secara keseluruhan.

Menurut Yasmin, makhluk asing bersayap itu memiliki wajah yang sangat rupawan, serta bentuk tubuh yang sempurna. Makhluk itu terlihat seperti manusia pada umumnya, hanya saja memiliki sepasang sayap di bagian kanan dan kiri tubuhnya.

Wajahnya memancarkan kharisma yang luar biasa, hidungnya tinggi dan runcing, rahangnya terlihat keras, matanya bak mata seekor elang dengan iris berwarna biru cerah, bentuk bibirnya sensual; tebal dan berwarna merah alami. Rambutnya yang sepanjang bahu bergelombang dengan warna cokelat berkilau.

"Apa dia malaikat," gumam Yasmin.

Mendengar suara Yasmin, makhluk asing itu mengerjap. Ia memandang Yasmin yang berdiri tidak terlalu jauh darinya. Tatapannya tajam, hingga membuat Yasmin merasa seperti ditelanjangi saat itu juga.

Yasmin menelan ludah, lalu mundur menjauh, menjaga jarak dari si makhluk asing yang mulai mendekat.

"Jangan mendekat. Berhenti di sana!" teriak Yasmin. Namun, percuma saja, makhluk asing yang rupawan itu tetap saja mendekat, ia seolah tidak peduli pada teriakan Yasmin yang memintanya untuk berhenti.

"Astaga, bagaimana ini. Seharusnya aku lari sejak tadi." Yasmin mulai gemetar ketakutan, karena mendadak saja kedua kakinya tidak dapat digerakkan.

Kini jarak antara Yasmin dan si makhluk asing semakin terkikis. Makhluk asing itu bahkan tidak lagi melayang di udara seperti sebelumnya. Ia berjalan menggunakan kedua kakinya untuk menghampiri Yasmin, meninggalkan jejak kehitaman di permukaan rerumputan yang terbakar saat rumput-rumput yang malang itu tersentuh oleh telapak kaki si makhluk asing.

Di titik ini Yasmin sudah menyerah. Ia pasrah pada takdirnya, jika ia memang harus mati di tangan makhluk dari dunia lain, sama sekali tidak masalah baginya. Justru hal itu lebih baik, karena ia dapat menjumpai ajal lebih cepat.

Udara panas kini mulai terasa membakar permukaan kulit Yasmin saat tidak ada lagi jarak antara dirinya dan si makhluk asing.

Yasmin menatap wajah rupawan di hadapannya sejenak, yang balas menatapnya dengan tatapan bingung dan penasaran.

Setelah beradu pandang selama beberapa saat, Yasmin pun berujar, "Lakukan dengan cepat." Setelah mengatakan itu, Yasmin menutup kedua mata. Ia tidak ingin melihat malaikan kematian datang untuk menjemput rohnya.

Sedetik berlalu. Dua detik. Tiga detik ... satu menit.

Yasmin yakin satu menit telah berlalu, tetapi ia tidak merasakan tindakan apa pun yang dapat membahayakan nyawanya, misalnya ia dicekik, dipukul, ditusuk, atau diangkat dan dilemparkan ke udara. Alih-alih merasakan semua itu, ia justru merasa sesuatu yang berat dan hangat tiba-tiba menempel di pundaknya.

Yasmin membuka mata, dan ia terkejut saat melihat si makhluk asing bersandar di pundaknya dalam keadaan tidak sadarkan diri.

"Astaga, dia pingsan atau mati!"

Bersambung.

Terpopuler

Comments

Era Simatupang

Era Simatupang

top bgt

2025-01-20

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!