PRIA YANG ANTUSIAS

Seratus hari lebih 99 hari bukanlah waktu yang sebentar. Apalagi, Sirius tidak begitu yakin pada dunia yang Lyrae maksud. Ia tidak pernah percaya pada dunia lain selain dunianya dan kehidupan lain selain kehidupannya juga makhluk sebangsanya.

Mana ada dunia selain dunia tempat kita hidup!

Itulah yang sering Sirius katakan setiap ada kesempatan untuk menyangkal penelitian yang Lyrae lakukan selama ratusan tahun.

Sambil menyisir rambut panjangnya dengan jemari, Sirius menghela napas, lalu menatap gumpalan cahaya biru yang jauh dari jangkauannya.

"Apa kau yakin, Lyra?" tanya Sirius lagi, mengernyitkan dahi karena sanksi. Ia telah mengajukan pertanyaan yang sama sebanyak seratus kali dalam lima menit terakhir, dan Lyrae menjadi kesal karena itu.

Lyrae melipat tangan di depan dada, alisnya yang hitam bertaut, matanya menyipit dan bibirnya yang berwarna merah muda alami cemberut. "Jika tidak mau ikut, tidak usah! Dasar pengecut!" cetus Lyrae.

Bukannya marah akan pernyataan Lyrae, Sirius malah melempar tatapan kagum ke wanita yang berdiri di hadapannya, lalu ia melontarkan komentar di luar topik pembicaraan mereka. "Sumpah, kau cantik sekali jika cemberut seperti sekarang," puji Sirius yang memang telah lama menyukai Lyrae.

Lyrae memang cantik, bahkan ia adalah wanita yang paling cantik yang ada di dunia mereka. Tidak ada yang tidak mengenal Lyrae. Kecantikan dan keanggunan wanita itu bukan rahasia lagi, dan satu lagi tentang Lyrae yang bukan sebuah rahasia, yaitu perasaannya pada Eridanus.

Lyrae telah lama menyukai Eridanus, ia bahkan memperlihatkan perasaannya secara terang-terangan setiap kali ia berjumpa dengan Eridanus. Namun, Eridanus tidak demikian. Tidak ada satu pun wanita yang dapat menggoyahkan hati Eridanus, bahkan wanita secantik Lyrae sekali pun. Ya, kecuali Yasmin. Saat ini Eridanus memang sedang merasakan perasaan yang tidak biasa pada seorang manusia bernama Yasmin.

"Jangan mengalihkan pembicaraan." Lyrae berujar sengit, lalu ia membuka sayapnya yang seputih salju hingga terbentang. "Mari bertemu besok di sini. Aku harus menyiapkan beberapa hal sebelum kita memulai perjalanan," lanjutnya, kemudian perlahan mengepakkan sayap dan meninggalkan Sirius yang lagi-lagi harus menelan pil pahit dari cinta yang bertepuk sebelah tangan.

***

Aurel turun dari dalam mobil yang Mico kendarai begitu mereka telah tiba di salah satu pusat perbelanjaan terbesar yang ada di tengah kota.

Sambil bersenandung riang, Aurel mulai melangkah menyeberangi basemen menuju pintu masuk yang terbuka dan tertutup secara otomatis yang ada di depannya. Suara dari hak sepatu yang ia kenakan berbunyi tok tok tok, menggema di basemen yang sepi. Mico dengan setia mengikuti langkah Aurel dari belakang.

Langkah Mico terasa berat. Sepanjang perjalanan hingga akhirnya tiba di mal, Mico tidak henti-hentinya memikirkan Yasmin. Ia memikirkan ancaman yang Yasmin lontarkan padanya, dan hal itu sukses membuatnya menjadi lebih pendiam daripada biasanya.

Aurel yang menyadari perbedaan sikap Mico lantas bertanya. Ia tidak suka berlarut-larut di dalam pusaran rasa penasaran.

"Ada apa? Hari ini kau terlihat sedikit berbeda," tanya Aurel, setelah ia menghentikan langkah dan menunggu Mico untuk menyusulnya.

Mico tersenyum sedikit. Ia meraih tangan Aurel dan melanjutkan langkah bersama-sama.

"Apanya yang beda? Apa aku terlihat lebih tampan dari biasanya?" tanya Mico, sambil mengembangkan senyumnya hingga gigi-giginya yang seputih kapas terlihat dengan jelas.

Aurel tertawa, kemudian mencubit hidung mancung Mico yang begitu lancip.

"Kau memang tampan. Semakin hari, semakin tampan, tapi kau tahu pasti bukan itu maksudku."

Kali ini Mico menghela napas panjang. Enggan membahas tentang Yasmin di hadapan Aurel yang merupakan mantan sahabat Yasmin.

Akan tetapi, Aurel adalah sosok yang keras kepala. Ia tidak akan membiarkan Mico diam seribu bahasa.

"Katakan padaku atau aku akan berhenti bicara padamu untuk selama-lamanya." Aurel berhenti melangkah, dan menyentak tangan Mico dari tangannya.

Wajah Aurel yang pas-pasan kini terlihat kesal. Bibirnya mengerucut dan dahinya berkerut.

Mico menatap Aurel untuk beberapa saat, lalu ia berkata, "Apa kau ingin tahu apa yang baru saja aku alami?"

Aurel mengangguk kaku.

"Aku bertemu Yasmin tadi pagi."

Embusan napas kasar yang keluar dari bibir Aurel menandakan betapa tidak sukanya Aurel dengan kabar yang baru saja ia dengar.

"Serius dia kembali ke sini, ke kota tempat di mana kita berdua tinggal?!" tanya Aurel, dengan nada bicara yang terdengar begitu sinis.

Mico mengangguk. "Ya, aku melihat dan berbicara langsung padanya."

"Oh, jadi kau bicara padanya? Apa kau merasa bersalah padanya?"

Mico menggeleng cepat. "Tentu tidak. Kenapa juga aku harus merasa bersalah?"

"Kau terlihat seperti memikul beban berat di pundakmu, Mic. Sejak tadi kau hanya diam saja, dan kau ...." Aurel memindai Mico dari ujung kepala hingga ujung kaki sebelum melanjutkan, "Pokoknya aku tahu kalau terjadi sesuatu padamu, pada suasana hatimu. Kau tidak sama hari ini."

Terlihat lelah untuk kembali menjelaskan, tetapi Mico tetap berusaha untuk menjelaskan pada Aurel apa yang sebenarnya terjadi. Ia tidak ingin terjadi kesalahpahaman antara dirinya dan juga sang istri yang sedang mengandung.

"Pertemuanku dengan Yasmin tidak seperti yang kau bayangkan--"

"Memangnya kau tahu apa yang aku bayangkan?" Aurel memotong ucapan Mico.

Mico berdecak. "Sudahlah, Sayang, aku tahu kalau kau cemburu."

"Tidak. Aku sama sekali--"

"Aurel mengancam akan mencongkel kedua mataku."

Hening.

Kemudian keheningan terpecah oleh gelak tawa Aurel yang mengisi seluruh kesunyian di sekitar mereka.

"Dan kau percaya?"

Walaupun Aurel masih sibuk dengan tawanya, tetapi Mico terlihat sangat serius. Ia sama sekali tidak tertarik untuk ikut tertawa bersama dengan sang istri.

Melihat wajah tegang Mico, Aurel mengentikan tawa, lalu berdeham dan berujar, "Dia pasti tidak serius. Itu hanya ancaman kosong dari seseorang yang sakit hati."

Mico menggeleng. "Tidak. Itu bukan hanya ancaman kosong. Apa kau tidak tahu apa pekerjaan Yasmin sekarang?"

"Apa memangnya?"

"Dia bergabung dalam sindikat perdagangan organ manusia."

Aurel memegangi dadanya karena terkejut.

"Aku menelepon polisi saat aku tahu, tapi Yasmin berhasil lolos dan sekarang dia sedang mengejarku."

***

Yasmin, Aldi, dan Elvira berdiri di tengah-tengah ruang tamu kediaman sederhana Yasmin sejak beberapa saat lalu. Ketiganya tidak melakukan apa pun selain memperhatikan Eridanus yang sangat antusias memperhatikan setiap jengkal rumah tersebut.

Eridanus tertarik pada apa saja yang ia lihat, dan menanyakan ratusan pertanyaan sejak mereka tiba di dalam rumah.

Rambut panjang Eridanus yang tergerai berkibar ke sana-kemari saat pria itu berpindah dari satu ruangan ke ruangan lain hanya dengan satu kali melangkah. Ia bergerak secepat angin, hingga terkadang terlihat seperti bayangan yang berkelebat.

"Benda apa ini ... astaga, kenapa benda ini bisa menyala ... wah, lihatlah kau bisa menyimpan Nix di dalam peti ini ... Bagaimana kau bisa membawa Mensis ke dalam rumah ... bukankah itu Stella. Bahkan Stella bisa berada di dalam rumahmu. Kau ini apa sebenarnya, Yasmin?" Eridanus melotot menatap Yasmin dengan takjub.

Sementara yang ditatap tidak bisa berkata-kata. Ia tidak mengerti pada setiap pertanyaan yang Eridanus lontarkan. Aldi dan Elvira pun sama saja.

"Apa itu Nix?" tanya Aldi.

"Lalu, apa itu Mensis?" Elvira ikut bertanya.

"Stella. Bukankah itu nama orang?" Yasmin menggaruk kepalanya yang sama sekali tidak gatal.

Ruangan kemudian menjadi hening saat kebingungan diantara keempatnya tidak terjawab.

"Kita harus membuat kamus," ujar Yasmin beberapa saat kemudian sambil menguap, memecah keheningan sebelum melangkah menuju dapur dan berteriak, "Istirahatlah, aku akan buatkan cokelat panas untuk kita semua."

Bersambung.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!