6. Arka Demam

Tengah malam tiba - tiba Arka menggigil dan ketika Ario menyentuh dahi Arka, suhu tubuh Arka sangat tinggi. Ario langsung mengecek suhu tubuh Arka dengan alat pengukur suhu tubuh atau Termometer. Ternyata panasnya sampai tiga puluh sembilan derajat Celcius.

Panik itulah yang saat ini Ario rasakan dan yang pertama Ario lakukan adalah membangunkan Nadia dan Marino dikamar tidur nya.

Karena Marino seorang dokter tentu saja dia memberikan pertolongan pertama untuk Arka cucu kesayangannya.

" Bagaimana Pa?" Ario panik karena anak kesayangannya sakit.

" Itu sih kamu bandel kan da Mama bilang kasih garam ... Kasih garam kamu bilang Mama percaya mitos ... Kalau sudah begini kamu yang panik kan?" omel Nadia pada Ario.

" Sudah tidak usah kuatir semua akan baik-baik saja dan kalau panasnya tidak juga turun sampai besok kita bawa Arka ke dokter spesialis anak." kata Marino dengan suara bariton sementara Nadia terus memantau perkembangan cucu kesayangannya itu dengan sesekali meletakkan punggung tangannya di dahi sang cucu untuk mengetahui suhu tubuh Arka sudah turun atau tambah tinggi.

Ario juga masih panik karena panas Arka tidak turun padahal sudah dikasih obat dan di kompres oleh Marino.

Akhirnya karena kelelahan Ario tertidur di samping Arka, hingga azan subuh berkumandang dan ketika azan berkumandang Ario langsung ngambil air wudhu untuk melaksanakan sholat subuh. Setelah selesai menjalankan kewajiban sebagai seorang muslim dia kembali mengecek suhu tubuh Arka dan dia semakin panik karena panas Arka tidak juga turun.

Ario menggendong tubuh Arka persis seperti anak Kuala dan langsung ke kamar Mama Papa nya " Pa ... Ma Arka masih belum juga turun panasnya." teriak Ario dari balik pintu kamar.

Sepasang suami istri paruh baya itu pun ikut panik dan langsung keluar dari dalam kamar.

" Ayok kita bawa ke rumah sakit!" titah Marino.

" Pa ini kenapa ... Kenapa Ario tidak juga sembuh biasanya setelah minum obat dari Papa kita semua pasti sembuh ... Kok kali ini tidak ya Pa?" kata Ario menatap sang Papa.

" Iya Pa kok gitu." kini Nadia yang bertanya.

" Aku juga tidak tahu mungkin memang ini perlu penanganan dokter anak." Marino mengambil benda pipih berwarna hitam dan menghubungi salah satu dokter anak yang bekerja di rumah sakit Pelita Kasih.

" Dokter tolong kerumah sakit sekarang! Saya butuh bantuan dokter karena cucu saya sedang sakit dan saya ingin dokter yang memeriksa nya." titah Marino pada salah satu dokter muda spesialis anak terbaik yang baru saja dia rekrut untuk menjadi dokter spesialis anak di rumah sakitnya.

" Baik dok." jawab Kanaya dokter spesialis anak terbaik yang di minta oleh Marino untuk menangani cucunya.

Tidak menunggu waktu lama akhirnya Marino dan keluarganya sampai di rumah sakit mereka langsung ke UGD dan benar saja Kanaya sudah menunggu di depan pintu ruang UGD.

Ario langsung membaringkan tubuh Arka di atas bangkar dan ikut mendorong bangkar yang membawa tubuh Arka ke ruangan UGD untuk di periksa.

Karena suasana tidak kondusif sampai sampai Kanaya tidak sadar kalau Ario ada di situ begitu juga Ario tidak sadar kalau Kanaya ada disitu.

Setelah mendapatkan penanganan yang intensif akhirnya Arka dapat dipindah kan ke ruang rawat inap kelas VVIP. Arka tentu saja mendapatkan perlakuan khusus karena dia adalah cucu kesayangan yang punya rumah sakit.

" Bagaimana dokter apa yang sebenarnya yang terjadi pada cucu saya?" kata Marino yang sekarang berhadapan dengan Kanaya.

Sementara itu Ario masih sibuk dan panik pada Arka sambil menciumi tangan Arka. Sampai dia tidak perduli dengan orang yang ada disekitarnya karena baginya Arka adalah segalanya dia tidak mau Arka kenapa kenapa karena jika terjadi apa - apa pada Arka itu akan membuat dia semakin bersalah pada sosok Kanaya.

" Arka tidak apa-apa dok ... Dia cuma demam biasa mungkin dia kena hujan atau kecapean , jadi dia hanya perlu istirahat saja." penjelasan Kanaya membuat seluruh anggota keluarga bahagia dan sangat senang mendengar Arka baik - baik saja.

" Ooh begitu Dok? Terimakasih atas penjelasannya" kata Nadia sambil tersenyum.

Arka sadar dan Ario langsung senang " Sayang akhirnya kamu sadar juga Papa takut sekali karena kamu lemes banget."

Deg

Kanaya terkejut mendengar suara laki-laki yang sangat dia kenal dan untung saat ini Kanaya menggunakan masker jadi Ario tidak menyadari bahwa Kanaya ada di situ. " Ario? Ternyata dia sudah punya anak? Memang laki - laki biadab ... Setelah memperkosa aku dan dia melupakan aku begitu saja dan menikah dengan wanita lain. Memang dasar bajingan tengik." umpat Kanaya dalam hatinya.

" Ayah aku haus ..." kata Arka dengan suara yang masih lemah khas orang bangun tidur.

" Haus sayang? Bentar ya ... Ayah ambil air minum." Ario mengambil air mineral dan memberikan kepada Arka dengan telaten Ario merawat Arka dan itu tidak lepas dari pengelihatan Kanaya.

Mata Kanaya menyapu seluruh ruangan yang ada di situ tapi tidak menemukan sosok wanita yang dia anggap sebagai Mama Arka. " Mana istrinya kok tidak ada? Ahh ... Apa peduliku toh aku juga tidak mau tahu karena mereka bukan siapa-siapa aku." kata Kanaya pada dirinya sendiri.

Seolah tahu apa yang ada dalam pikiran Kanaya Nadia langsung berkata pada dokter itu " Mama Arka sudah lama meninggal saat melahirkan Arka dokter."

" Apa? " Kanaya terkejut mendengar perkataan Nadia.

" Iya pasti tadi dokter nyariin sosok Mama Arka kan?" kata Nadia to the poin pada dokter muda itu.

" Ahh tidak ... Saya hanya berpikir sepertinya saya pernah bertemu dengan anak ini , tapi saya lupa dimana." kata Kanaya ngeles seperti bajaj.

" Tante cantik! " seru Arka pada sosok wanita yang sedang berdiri didekat Opa dan Oma nya. Arka memang punya kelebihan jika sekali saja melihat orang dan berbicara dengan dirinya, dia akan ingat begitu juga dengan suara seseorang itu dia akan ingat.

" Arka? Ini Arka yang kemarin kita ketemu di restoran ya?" kata Kanaya tersenyum walaupun awalnya dia tidak tahu kalau itu Arka yang dia temui kemarin. Senyuman Kanaya tidak terlihat karena terhalang oleh masker sehingga Ario tidak bisa mengenali Kanaya.

" Iya Tante ..." kata Arka tersenyum dan seperti dapat suntikan vitamin tiba-tiba Arka menjadi lebih baik.

" Papa itu Tante yang nolong Arka di restoran kemarin." jelas Arka pada Ario.

" Terimakasih dokter sudah nolong anak saya. " ucapan Ario dingin sekali seperti batu es yang ada di kutub Utara.

Kanaya hanya mengangguk "Dokter Marino saya permisi dulu karena saya masih ada Visit keruangan pasien." Kanaya tidak mau berlama-lama di ruangan itu takut Ario sadar siapa dia sebenarnya.

Ketika Kanaya keluar ternyata Nadia mengikuti Kanaya, karena dia penasaran dengan sosok Kanaya yang Arka bilang mengalah kan kecantikan dirinya. Benar saja Kanaya melepas masker yang tadi sempat menutupi wajah Kanaya yang cantik.

"Subhanallah ... Cantiknya wajar kalau Arka mengatakan bahwa dokter Kanaya lebih cantik dari dirinya." batin Nadia tidak percaya ada wanita secantik itu. Setelah puas melihat sosok wanita yang sangat cantik itu dia pun kembali ke ruang rawat inap Arka.

Terpopuler

Comments

Amora Silalahi

Amora Silalahi

makanya jangan melawan klu dibilangin orang tua

2024-03-14

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!