SEPASANG PENGANTIN PENGGANTI
Kirana Larasati, seorang gadis dari luar kota yang menjadi karyawan di perusahaan terbesar di provinsi Y. Gadis yang biasa dipanggil Kirana atau Kiran tidak pernah mengajukan cuti kecuali hari raya. Namun kali ini, kakak perempuan satu-satunya akan menikah. Kiran mengajukan cuti selama 3 hari mengingat perjalanan ke luar kota sangat melelahkan. Satu hari untuk perjalanan pulang, sehari untuk perayaan pernikahan, dan satu hari untuk kembali ke kota tempat dia bekerja.
Malam hari sebelum hari H, Kirana mendatangi kamar kakaknya, Kharisma Larasati. Mereka berbincang dengan hangat dan melepas rindu karena Kirana memang sangat jarang pulang. Bahkan Kiran juga tidak mengikuti prosesi dari awal perkenalan Risma sampai lamaran hingga pernikahan saat ini. Kirana merasa lega karena melihat kakaknya begitu antusias dan terlihat bahagia. Kirana juga sangat penasaran seperti apa sosok kakak iparnya.
Hari berganti dan pesta pernikahan pun akan segera digelar. Keluarga kedua mempelai sudah ada sejak pukul 07.00 di gedung yang disewa. Kirana datang terlambat lantaran masih mempersiapkan kado yang lupa dibungkus karena keasikan mengobrol dengan Risma. Ketika hendak masuk ke gedung, Kirana tanpa sengaja bertemu dengan bos besarnya di perusahaan.
"Pak Bos" sapa Kirana. Bos besar itu menoleh dan mengangguk. Kirana membiarkan pak bosnya mendahuluinya dan dia mengekor di belakang. Kirana masuk ke ruangan yang khusus untuk keluarga mempelai bersama dengan bos besarnya. Namun keduanya berpisah dan bergabung dengan keluarga masing-masing. Kirana memandang keluarga bosnya yang ternyata adalah keluarga calon kakak iparnya.
"Kamu kenapa terus memandang ke sana?" tanya salah seorang tante Kirana.
"Nggak apa-apa kok. Cuma itu di sana ada bos aku di perusahaan, Tante," jawab Kirana dan yang lain hanya mengangguk-angguk.
"Kenapa keluarga kita nggak gabung dengan keluarga mereka?" tanya Kirana lagi yang memang tidak ikut briefing apapun.
"Itu permintaan hampir semuanya karena masih merasa canggung dan sebagai ajang reuni keluarga." Kirana hanya mengangguk dan mengerti walaupun masih merasa aneh.
Bukankah kalau merasa tidak kenal justru mengakrabkan diri ya? tanya Kirana dalam hati, namun Kirana memilih masa bodoh dan menikmati waktu bersama keluarga besarnya.
Setengah jam berlalu diselingi dengan canda dan tawa dari masing-masing keluarga. Prosesi ijab kabul akan dimulai sekitar satu jam ke depan. Orang tua dari masing-masing mempelai juga sudah bergabung setelah menunggu mempelai dirias.
Seorang pria dewasa yang notabennya adalah bos besar Kirana menghampiri keluarga Kirana.
"Permisi," sapanya sopan.
"Ya nak," jawab ayah dengan lembut.
"Bolehkah saya berbincang dengan dia?" Tunjuk bos besar itu pada Kirana. Kirana terkejut dirinya ditunjuk bos besar. Seingat Kirana dia sudah izin cuti dan sudah disetujui. Kirana menatap ayahnya dengan harap-harap cemas dan memikirkan apa kiranya kesalahan yang dia buat hingga bos besar menghampirinya.
"Kalau boleh tahu, anak ini siapa ya? Dan apa hubungannya dengan Kirana anak saya?" tanya ayah seolah mengerti kegundahan putrinya.
"Perkenalkan saya Devian. Saya hanya ingin berbincang dengan Kirana," jawab Devian tegas dan meyakinkan seraya menyebut nama Kirana. Padahal dia baru tahu nama gadis itu setelah sang ayah menyebutkannya.
Hah, pak bos tahu namaku? Jangan-jangan aku benar telah membuat kesalahan? monolog Kirana dalam hati.
"Bagaimana, Nak?" tanya ayah seraya memandang Kirana lekat. Kirana hanya menganggukkan kepala dan berdiri menghampiri Devian. Kirana merapalkan doa dalam hati agar dia tidak tersandung masalah di perusahaan. Kirana sudah merasa nyaman bekerja di perusahaan milik Devian.
Kirana mengikuti langkah Devian yang ternyata keluar dari ruang yang dikhususkan untuk keluarga. Kirana tertatih-tatih mengikuti langkah Devian yang lebar. Ternyata langkah Devian menuju balkon gedung tersebut.
Devian memperhatikan Kirana yang terlihat ngos-ngosan. Devian mengerutkan keningnya menatap aneh pada Kirana. Dia tidak tahu bahwa Kirana sedikit berlari karena mengimbangi langkah kakinya yang lebar.
"Kamu kenapa?"
"Tidak apa-apa bos," jawab Kirana tidak mau berterus tangan.
Kirana menatap ke arah Devian dan memberanikan diri bertanya.
"Ada apa pak bos memanggil saya ke sini?" Devian menatap Kirana dengan seksama dan meneliti penampilannya. Gadis di hadapannya terlihat cantik meskipun tidak terlihat seksi seperti kebanyakan wanita yang ada di sekitarnya, bahkan di kantor sekalipun. Devian juga merasa tidak pernah bertemu dengan Kirana di kantor. Namum Devian sadar bahwa karyawannya sangat banyak sehingga dia tidak bisa mengingat satu persatu wajah mereka.
"Sejak pertama kita bertemu, kau selalu memanggilku pak bos. Apa kau bekerja di perusahaan ku?" Kirana mengangguk menjawab pertanyaan bos besarnya.
"Kenapa aku tidak pernah bertemu denganmu?" Devian mencoba membuka kembali memori dan tidak menemukan wajah Kirana sama sekali.
"Kita memang tidak pernah bertemu, pak bos. Tapi saya tahu andalah bos saya," jawab Kirana lugas. Devian mengangguk dan termenung sesaat.
"Kau bekerja di bagian apa?" tanya Devian lagi.
"Saya di bagian arsip, Bos."
"Pantas tidak pernah bertemu," guman Devian yang masih bisa didengar oleh Kirana. Kirana masih menunggu lanjutan apa yang akan dibicarakan oleh bosnya. Namum hampir lima menit berlalu, bosnya itu masih diam saja.
"Maaf Bos, menginstruksi. sebenarnya apa yang ingin Bos bicarakan dengan saya sehingga harus keluar dari ruang yang telah disediakan untuk kita para keluarga?"
Devian menatap lekat wajah Kirana sebelum akhirnya dia menjawab. Dia menghela nafasnya hingga tiga kali dan membuka suara.
"Apa kamu mengenal calon kakak iparmu?" Kirana menatap lekat wajah bosnya sebelum menjawab pertanyaan. Kirana merasa agak aneh dengan pertanyaan bosnya, seolah mengandung misteri.
"Sebenarnya saya hanya tahu namanya. Bahkan rupanya saja saya tidak tahu." Kirana memilih jujur karena memang dia tidak tahu apapun soal calon iparnya itu. Apalagi dia yang berada di luar kota untuk bekerja dan jarang sekali pulang.
"Jadi, apa yang kau tahu?" tanya Devian sembari menatap heran pada Kirana. Bagaimana bisa dia tidak mengenal sama sekali calon kakak iparnya itu. Begitulah pemikiran Devian pada Kirana saat ini.
Pemikiran itu terbukti setelah mendapat jawaban berupa gelengan kepala dari Kirana. Kirana menatap bingung bosnya dan mencoba memberanikan diri untuk bertanya.
"Apa ada sesuatu Bos?" tanya Kirana dengan nada khawatir. Entah kenapa perasaannya tiba-tiba menjadi tidak enak setelah mendengar pertanyaan dari bosnya.
"Entahlah. Aku hanya merasa akan terjadi sesuatu yang besar di antara kita," jawab Devian semakin membuat Kirana bingung.
"Bagaimana bisa?" tanya Kirana setengah linglung. Devian hanya mengangkat bahunya seolah enggan menceritakan dengan rinci tentang firasatnya.
"Bersiap-siaplah dengan hati dan mentalmu. Biasanya firasatku tidak pernah meleset." Kirana menatap Devian tidak percaya. Terlebih sekarang bosnya meninggalkan balkon dan membiarkan Kirana yang masih mencerna setiap ucapan Bos besarnya itu sendirian.
"Memangnya hal besar apa sehingga aku harus menyiapkan hati dan mentalku?" tanya Kirana pada dirinya sendiri. Kirana memilih masa bodoh dan kembali kepada keluarganya. Namun saat dia kembali, dia melihat kedua keluarga terlihat gelisah dan panik.
Apa yang terjadi sebenarnya? temukan jawabannya di episode selanjutnya.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments
Wati_esha
Mungkinkah Devian & Kirana yang alan menjadi pengantin penggantinya?
2024-03-04
1
Wati_esha
Bagaimsna mungkin Kirana tidak tahu calon suaminya Risma?
2024-03-04
1
Wati_esha
P e n a s a r a n ....
2024-03-04
1