SPP 10

Sesuai yang dijadwalkan oleh Steven, hari ini Kirana akan melakukan pemeriksaan. Devian meminta Leo, asisten pribadinya, untuk mengijinkan Kirana secara langsung pada kepala divisi. Sedangkan Devian menyerahkan tugasnya sementara pada Leo.

Devian dan Kirana kini tengah berada di ruangan Steven. Kirana telah melakukan beberapa tes termasuk CT SCAN dan rontgen.

"Bagaimana hasilnya, Stev?" tanya Devian tidak sabar.

"Ada sedikit gumpalan darah di otak. Coba lihat ke sini." Steven menunjukkan layar dan menunjuk satu titik di kepala. Devian dan Kirana saling pandang. Devian menggenggam tangan Kirana untuk memberi kekuatan. Dia tahu bahwa istrinya tidak baik-baik saja sekarang. Rasa cemas dan takut terlihat dominan di wajah Kirana.

"Apakah itu berbahaya?" tanya Devian tenang walaupun sebenarnya dia juga cemas.

"Jika dibiarkan akan berbahaya. Kemungkinan bisa bertambah besar dan mengikis memorinya sedikit demi sedikit. Atau bisa menghambat suplai oksigen ke otak sehingga menyebabkan stroke dan penyakit lainnya seperti jantung dan lain-lain," jelas Steven panjang lebar.

"Apa yang bisa kita lakukan sekarang?" tanya Kirana mulai putus asa. Karena rasa cemas yang berlebihan, dia tidak memahami dengan benar penjelasan dari Steven.

"Kita bisa lakukan operasi," terang Steven.

"Lagi?" Devian melihat Kirana khawatir saat mendengar gumaman istrinya itu. Devian menggenggam tangan Kirana untuk memberi kekuatan. Kirana melihat suaminya dan pandangan mata keduanya saling bertemu. Kirana melihat mata suaminya seolah mengatakan bahwa semua akan baik-baik saja.

"Kemungkinan saat operasi dulu, gumpalan darah tidak terambil sempurna hingga menyisakan sedikit. Tapi Nyonya tenang saja. Operasi kali ini tidak besar. Tidak seperti saat Nyonya dulu. Resikonya juga kecil. Keberhasilan operasi ini diatas tujuh puluh lima persen," tambah Steven menjelaskan dan menenangkan Kirana. Sebagai seorang dokter, Steven tentu tahu akan kecemasan yang dirasakan Kirana.

"Adek mau ya operasi lagi? Mas akan selalu menemani Adek," bujuk Devian. Kirana masih diam. Meskipun sudah lima tahun berlalu, namun rasa sakit pasca operasi masih terekam jelas di otak dan hatinya. Dan kini, dia harus melakukan operasi lagi. Entah dia bisa atau tidak.

"Semua akan baik-baik saja. Semua ini juga demi kebaikan Adek," bujuk Devian lagi. Kirana menatap suaminya dengan pandangan bimbang.

"Tapi, aku takut," jujur Kirana. Tanpa sadar air matanya jatuh. Devian langsung memeluk istrinya dan membiarkan istrinya meluapkan emosinya.

"Aku akan coba bicara lagi dengan Kirana nanti," ucap Devian memandang Steven.

"Iya. Biarkan dia tenang dulu baru dibicarakan," pesan Steven dan diangguki Devian.

"Kami pamit." Steven mengangguk.

"Kita pulang," bisik Devian. Kirana mengangguk dalam dekapan Devian. Meskipun tidak terdengar isakan, Devian tahu kalau istrinya menangis. Karena dia merasakan kemejanya basah.

Sebelum benar-benar pergi, Devian mengangguk. Dan dengan gerakan bibir tanpa suara, Devian mengucapkan salam dan dibalas Steven dengan cara yang sama. Devian keluar dengan memapah Kirana hingga parkiran. Perjalanan pulang terasa hening tanpa ada percakapan. Beruntung hari ini Devian membawa sopir.

Kirana terus berada dalam dekapan suaminya. Devian masih merasakan basah pada kemejanya.

"Sudah lebih baik?" tanya Devian lembut.

"Emm" jawab Kirana seraya mengangguk-angguk dalam dekapan Devian. Karena gerakan Kirana seperti menggesek-gesek di dadanya, sesuatu yang bersembunyi milik Devian merespon. Devian memejamkan matanya untuk menahan gejolak yang dirasakannya. Dia memilih diam setelah Kirana selesai mengangguk. Tak lama kemudian, Devian mendengar dengkuran halus . Dilihatnya istrinya itu ternyata sudah tidur. Devian menatap wajah Kirana dan tersenyum.

"Kenapa begitu mudah menyayangimu? Padahal kita tak saling kenal sebelumnya. Magnet apa yang kamu miliki hingga mampu menarik ku untuk mau menikah denganmu?" monolog Devian menatap istrinya lembut.

"Padahal kamu nggak banyak omong, nggak caper, juga nggak berpakaian seksi. Jujur saja, aku mulai menyukaimu. Aku menyayangimu, Kirana. Istri dadakanku." Devian mengecup kening Kirana. Juga kedua mata istrinya yang terpejam. Dia melihat bibir Kirana yang terlihat menantang, padahal sang empu sedang melalang buana ke alam mimpi. Ingin rasanya Devian melumat bibir itu, namun dia takut istrinya bangun. Lagi pula Devian belum berani melangkah jauh tanpa adanya persetujuan dari sang istri.

...----------------...

Setelah berbicara dengan mama dan papanya tentang keadaan Kirana, Devian kembali ke kamar untuk melihat kondisi istrinya. Ternyata istrinya sedang mandi. Terdengar gemericik air dari kamar mandi. Devian duduk ditepi ranjang menanti istrinya selesai. Dia juga ingin membersihkan diri.

"Mas," sapa Kirana begitu keluar dari kamar mandi.

"Sudah selesai?" tanya Devian basa basi.

"Emm." Kirana mengangguk.

"Mau mandi?" tanya Kirana seraya mengeringkan rambutnya.

"Iya," jawab Devian dan beranjak dari duduknya. Kirana meletakkan handuknya pada sandaran kursi rias dan menyiapkan pakaian yang hendak dipakai oleh suaminya.

Kirana keluar menuju dapur untuk memasak makan siang. Namun ternyata semua sudah siap. Kirana tahu mertuanyalah yang memasak. Kirana merasa tidak enak hati.

"Mama," panggil Kirana dan dibalas senyuman tulus oleh Marisa.

"Sayang, kau sudah lebih baik?" Marisa meninggalkan pekerjaannya dan menghampiri menantunya.

"Iya, Ma. Mama masak?" tanya Kirana basa basi.

"Iya sayang. Apa kau kemari ingin makan?" tanya Marisa lembut.

"Hem. Sebenarnya Kirana mau masak," jujur Kirana tak enak hati.

"Oh. Memangnya sudah baik-baik saja?"

"Sudah lebih baik, Ma. Aku cuma pusing. Bukan apa-apa," jelas Kirana.

"Syukurlah kalau begitu. Mau makan sekarang?" tanya Marisa sarat perhatian.

"Nanti aja nunggu Mas Devian." Kirana menoleh ke kanan dan kiri. Kemudian melihat mertuanya yang menatapnya bingung.

"Kau cari siapa, Nak?"

"Papa mana, Ma?"

"Papa ke kantor menggantikan Dev. Ada rapat penting yang tidak bisa diwakilkan kepada Leo" terang Marisa. Kirana mengangguk mengerti.

Mereka terus mengobrol hingga Devian keluar dari kamarnya. Mereka makan siang bersama. Setelah selesai, Marisa meminta Devian untuk mencari ART agar Kirana tidak kecapekan.

"Dua hari sekali akan ada yang datang untuk bersih-bersih. Begitu juga dengan pakaian kotor. Akan ada yang datang untuk mengambilnya. Kirana hanya akan mengurusku dan perutku," jawab Devian membuat Marisa bernapas lega.

"Syukurlah. Apa Devian menyusahkan kamu, Nak?" tanya Marisa sengaja menggoda putranya.

"Mama apaan sih? Wajar aja kan kalau aku nyusahin istriku sendiri," kesal Devian. Kirana tersenyum sedangkan Marisa acuh dengan kekesalan Devian.

"Jangan hiraukan suamimu. Katakan pada Mama, apa dia suka menindas mu?" tanya Marisa. Dia melirik sengit pada putranya. Devian hanya mendengus kesal. Dia juga penasaran dengan apa yang akan Kirana katakan.

"Nggak kok Ma. Malah aku yang terus ngerepotin Mas Dev," jawab Kirana seraya tersenyum tulus.

"Dengarkan, Ma," ucap Devian jumawa. Kini giliran Marisa yang mendengus.

"Oh ya, apa kata Steven tadi?" tanya Marisa pada inti sebenarnya. Kirana menunduk mendengar pertanyaan mertuanya.

"Biar aku yang jawab, Ma," ucap Devian. Dia tahu istrinya masih dilema. Meskipun Devian tadi sudah menjelaskan pada orang tuanya, namun karena ingin memancing Kirana, Devian rela mengulang penjelasan lagi.

"Biar aku aja, Mas," putus Kirana akhirnya. Dia menarik napas dalam dan mengeluarkannya dengan sekali hembusan.

"Ada gumpalan di otak katanya. Dan diminta untuk operasi," jawab Kirana padat. Marisa melihat Devian mendengar penjelasan singkat dari Kirana. Sangat berbeda dengan penjelasan dari Devian. Marisa seolah bertanya pada putranya tentang semua itu. Devian menahan tawanya melihat mamanya syok.

Sepertinya aku tahu siapa yang menindas siapa di sini, batin Marisa. Kini pandangan Marisa berubah kasihan pada Devian. Namum karena Devian sudah terbiasa, dia merasa biasa saja.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Terpopuler

Comments

Eka Bundanedinar

Eka Bundanedinar

sabar ya dev ngalah sama istri kasihan kirana

2024-03-22

2

Wati_esha

Wati_esha

Terima kasih update nya.
Next, ditunggu kelanjutannya.

2024-03-21

1

Wati_esha

Wati_esha

😂😂😂😂😂😂😂😂😂😂😂😂😂
Menantumu memang begitu, Marisa. 🤭

2024-03-21

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!