Waktu berlalu dan kehidupan rumah tangga Devian serta Kirana semakin membaik. Di kantor pun juga tidak ada lagi Angel-Angel yang lain. Hidup Kirana benar-benar damai.
Sedangkan Dimas masih disembunyikan oleh Devian sampai hasil tes DNA keluar. Veronika? tentu saja diamankan juga oleh Devian. Dengan bantuan istri juga orang-orang kepercayaannya, Devian melakukan semua itu dengan segala keamanan dan pengawasan yang ketat.
Devian juga turut membantu Kirana mencari Risma meskipun belum terlihat hilalnya. Kirana sudah mengecek nama penumpang, baik penumpang pesawat, kereta api, bus ataupun kapal. Hanya ada beberapa kemungkinan kendaraan yang digunakan oleh Risma saat kabur. Antara naik angkot atau bus umum yang tidak memerlukan identitas saat naik. Kendaraan seperti ini biasanya menerima penumpang di mana saja. Akan semakin sulit kalau Risma ketika naik tidak terekam CCTV. Namun Kirana tidak menyerah. Untuk saat ini, dia akan istirahat dulu. Jika Dimas sudah kembali, maka cepat atau lambat, Risma pasti juga akan kembali.
Hari ini adalah hari yang ditunggu oleh Dimas dan Devian, yaitu keluarnya hasil tes DNA. Devian meminta orangnya yang mengawasi Veronika untuk membawanya ke kediaman utama keluarga Anggara. Sedangkan Devian bersama Kirana mengawal Dimas mengambil hasilnya dan langsung meluncur ke kediaman Anggara. Tentu saja Devian sudah mengundang seluruh keluarga besarnya. Karena dalam hal ini, seluruh keluarga besarnya yang hampir saja dirugikan.
"Assalamualaikum," salam Devian, Kirana juga Dimas kompak.
"Waalaikumsalam," jawab seluruh keluarga kompak juga.
Saat ketiganya masuk, ternyata Veronika sudah ada di sana. Hanya saja dia duduk sendiri tanpa ada yang menghiraukannya. Andai bukan karena pesan Devian, mereka sudah mengusir Veronika sedari tadi.
Kirana dan Devian sungkem kepada semua orang yang ada di sana. Tentu saja semuanya adalah orang yang lebih tua karena yang muda adalah Devian dan Dimas. Sekarang bertambah Kirana.
"Anak nakal, kenapa pulang?" jewer Anita ketika Dimas sungkem.
"Disuruh Abang, Ma," jawab Dimas sekenanya. Bukannya terlepas, malah semakin ditarik telinganya.
"Pergi lagi sana. Dasar bocah nakal," geram nenek dan memukul kepala Dimas meskipun tidak keras. Bagaimanapun juga, mereka khawatir selama Dimas berada di luar sana. Padahal Dimas kan udah gede ya?
"Ampun Nek, ampun Ma." Barulah dua wanita beda usia itu menghentikan hukuman untuk Dimas. Dimas melanjutkan sungkemannya sambil sesekali mengusap telinganya yang panas akibat tangan ajaib mamanya. Meskipun sedari awal masuk rumah, Dimas sudah menduganya hal ini akan terjadi. Namun tetap saja rasanya tidak terbayangkan.
Semua orang sudah duduk dengan manis.
"Bagaimana kabarmu, cucuku?" tanya kakek Devian pada Kirana.
"Alhamdulillah, baik Kek," jawab Kirana sopan.
"Kamu tidak menanyakan kabarku, Cu?" Kakek Devian heran dengan respon cucu mantunya yang sekedarnya saja. Sedangkan Cahyo, Marisa dan Devian menahan senyum mereka. Yang lain tentu saja bingung dengan respon keluarga inti Devian karena mereka belum tahu seperti apa Kirana itu.
"Oh. Maaf kek. Kakek apa kabar?" tanya Kirana canggung. Dia menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Hah sudah terlambat. Tapi ya sudahlah, kakek baik," jawab kakek gondok. Kirana meringis mendengar respon sang kakek.
"Kalau Nenek?" tanya Kirana berinisiatif menanyai Nenek.
"Nenek baik, Sayang," jawab Nenek lebih ramah dari pada kakek.
"Oh, syukurlah," balas Kirana dengan senyum yang lebih tulus.
"Hanya itu?" tanya kakek sedikit berteriak karena terkejut dengan respon cucu mantunya.
"Memang apa lagi, Kek?" tanya Kirana polos. Kakek Devian sampai menganga mulutnya mendengar pertanyaan Kirana.
"Tak bisakah kamu berbasa-basi sedikit, Cucuku?" tanya kakek Devian penuh penekanan.
"Hehehe. Kirana akan coba," jawab Kirana dengan cengiran khasnya.
"Nanti aku bantu, Sayang," ucap Devian seraya menggenggam tangan Kirana.
"Iya," jawab Kirana dan tersenyum tulus pada suaminya dan dibalas senyuman manis. Semua orang menatap Devian dan Kirana heran. Tentu saja selain Cahyo dan Marisa. Mereka sudah terkejut lebih dulu dari pada mereka.
"Apa jiwa mereka tertukar?" tanya Anita.
"Si ramah irit bicara menjelma menjadi banyak omong. Luar biasa," tambah Adi.
"Itu benar menantu kita?" tanya kakek tak percaya.
"Jangan terlalu terkejut, Pa," tegur Cahyo menahan tawa. Sedangkan Veronika yang datang lebih awal tidak dihiraukan menjadi kesal.
"Cih, apa hebatnya dia? Bicara aja sejumput sejumput," kesal Veronika. Karena mendengar suara Veronika, semua atensi berpindah padanya. Veronika merubah tubuhnya lebih tegap dan dagunya diangkat untuk memberi kesan yang baik. Namun dia lupa dengan perut busung laparnya.
"Oh iya. Sedari tadi nenek bertanya-tanya, siapa perempuan yang Devian kirim ini?"
"Nggak mungkin istri rahasiamu kan?" tambah Adi. Sedangkan Cahyo dan Marisa masih menjadi pengamat.
"Niatnya," celetuk Kirana asal membuat Devian mendelik. Tak hanya Devian, namun semua orang yang ada di sana juga. Kecuali Dimas dan Veronika.
"Jangan asal, Yank," tegur Devian. Kirana malah cekikikan dan itu berhasil membuat kakek, nenek, Adi dan Anita menganga. Mereka pikir Kirana adalah orang yang dingin karena irit bicara. Namun sepertinya tidak.
"Ku kira gadis salju," guman kakek.
"Sudah. Lanjut ke pokok pembicaraan," titah kakek.
"Ok. Sebelum memutuskan, aku ingin Om Adi membuka hasil ini. Tolong bacakan hasilnya," ucap Devian dan menyerahkan amplop dengan kop rumah sakit milik Steven.
"Apa maksudnya ini, Dev?" tanya Adi. Semua orang juga bertanya-tanya.
"Buka saja, Om." Adi membuka amplopnya dan mengeluarkan hasilnya. Matanya membesar saat membaca tulisan yang tertera. Ternyata itu adalah hasil tes DNA antara bayi Veronika dan Dimas. Adi menatap nyalang anaknya membuat Dimas menundukkan kepalanya.
Adi melanjutkan membaca dan helaan napas lega keluar dari mulutnya. Dia bersyukur karena hasilnya ternyata negatif. Namun hatinya kembali meradang kala memikirkan kalau ini adalah alasan Dimas kabur waktu itu. Adi kembali memasukkan kertas itu ke amplop tanpa mengatakan hasilnya pada semua orang. Dia menunjuk Veronika dan menatap dengan tajam.
"Katakan siapa ayah dari bayimu." Veronika gelagapan dituding secara langsung. Dia bingung harus menjawab apa. Pasalnya dia tidak tahu apa hasil dari tes itu. Apakah positif atau negatif.
"I-i-ini anak Dimas, Om. Kita sudah sering melakukannya," jawab Veronika takut-takut.
"Benarkah?" tanya Adi mengintimidasi.
"Be-be-benar, Om," cicit Veronika.
"Lalu, apa yang akan kau jelaskan soal hasil yang negatif?" tanya Adi penuh penekanan. Veronika masih saja terkejut meskipun sudah menduga hasilnya akan seperti itu.
"I-itu i-itu tidak mungkin, Om," elak Veronika terbata-bata.
"Lalu maksudmu, Steven memalsukan datanya, begitu?" tanya Adi mengintimidasi.
"Bi-bisa jadi kan?" Veronika memberanikan diri.
"Cih, tak tahu malu," ejek Kirana.
"Diam aja loe," sentak Veronika. Sifat aslinya keluar. Kirana tersenyum miring.
"Selesaikan masalah pakai otak, bukan pakai otot. Gitu aja nggak ngerti. Ckckck."
Prok prok prok. Semua orang bertepuk tangan mendengar ucapan Kirana. Kirana memang bicaranya biasa saja tidak menggunakan nada yang tinggi. Namun ucapan Kirana mampu membungkam mulut Veronika.
"Kirana ini ibarat istilah itu, air tenang menghanyutkan," ucap sang kakek yang semakin kagum dengan cucu mantu dadakannya.
"Iya. Terlihat tenang karena keiritannya dalam berbicara, namun begitu keluar, beh, pedasnya ngalahin bon cabe," tambah Anita.
"Nah yang ini, air beriak tanda tak dalam," ucap Cahyo menimpali perkataan kakek dan Adi seraya menunjuk Veronika.
Buahahaha. Pecahlah tawa semua orang puas membully Veronika. Salah sendiri berani mengusik keluarga mereka. Veronika mengepalkan tangannya menahan amarah karena dijadikan bahan lelucon.
Awas saja kalian. Terutama kau Kirana. Aku akan membuat hidupmu tak tenang, batin Veronika. Dia menunduk menyembunyikan raut marahnya.
Sedangkan Dimas hanya diam saja tanpa melakukan pembelaan. Dirinya kecewa karena telah dibohongi, dikhianati oleh kekasihnya. Terlebih lagi, dirinya merasa bodoh karena demi anak yang bahkan bukan darah dagingnya, dia rela meninggalkan pernikahan yang sudah di depan mata.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Hai kakak-kakak. Bunda masih bingung nih untuk memberi nama kakek dan nenek Devian. Ada saran nggak untuk dua nama sesepuh tersebut?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments
Eka Bundanedinar
kasihan dim milih comberan drpd wanita baik" kaya risma eh taoi risma kmna trs stujuaja diajak kabur waktu itu
2024-03-31
2
Wati_esha
Apa yang sebenarnta terjadi pada Risma?
2024-03-31
1
Wati_esha
Benarkah Dimas tak tahu sama sekali keberadaan Risma?!
2024-03-31
1