SPP 11

Setelah mendapat support dan nasehat dari suami dan kedua mertuanya, akhirnya Kirana mau juga melakukan operasi. Kini dia ditemani sang suami sudah berada di rumah sakit. Dia juga sudah diminta untuk berpuasa sejak dua jam yang lalu. Devian tidak ingin meninggalkan istrinya barang sebentar. Mulai sejak hari itu, perusahaan kembali dipegang oleh Cahyo sampai masa yang tidak ditentukan. Demi sang menantu, Cahyo dan Marisa juga tak keberatan. Mereka berharap setelah melewati semua ini, kehidupan putra dan menantunya akan bahagia.

"Baru juga mereka menikah. Menikahnya karena menggantikan Dimas juga Risma. Mereka harus menghadapi hal seperti ini," keluh Marisa pada suaminya.

"Sabar, Ma. Doakan operasinya lancar dan Kirana baik-baik saja. Dengan demikian, putra kita juga akan baik-baik saja," hibur Cahyo.

"Iya. Semoga setelah ini, mereka tidak mendapatkan cobaan yang berat lagi."

"Aamiin. Semoga senantiasa bahagia."

Kirana sudah masuk ruang operasi beberapa menit yang lalu. Cahyo dan Marisa baru datang dan menemani putranya menunggu operasi Kirana. Devian terlihat cemas meskipun dia sudah berusaha tenang. Namun sebagai orang tua, tentu saja baik Cahyo maupun Marisa tahu bahwa anaknya sedang gundah gulana.

Cahyo dan Marisa mengelus punggung Devian menguatkan tanpa mengucapkan apapun. Keduanya tahu apapun yang mereka katakan sudah pasti ada dipikiran Devian.

Detik demi detik berlalu dan lampu yang semula hijau kini telah padam. Semuanya bersyukur karena operasi telah selesai. Devian dan orang tuanya harap-harap cemas menunggu dokter keluar dari ruang operasi.

Setelah menunggu beberapa saat, terbuka juga pintu ruang operasi itu. Devian, Marisa dan Cahyo langsung berdiri menghadap sang dokter. Tanpa menunggu pertanyaan dari keluarga pasien, sang dokter sudah menjelaskan hasilnya.

"Alhamdulillah operasi berjalan dengan lancar dan berhasil. Pasien akan segera kami pindahkan ke kamar inap setelah kami selesai mengobservasi lebih lanjut."

"Alhamdulillah," syukur ketiga orang itu lega. Wajah Devian tidak lagi cemas dan hatinya juga sudah tenang. Cahyo dan Marisa saling berpelukan dengan senyum dibibir keduanya.

"Tolong urus dulu untuk pemesanan kamarnya," pesan dokter itu sebelum pamit kembali ke dalam.

"Baik, Dok" jawab Cahyo. Dia pamit pada istri dan anaknya untuk mengurus administrasi Kirana agar dapat pelayanan yang terbaik. Tentu saja dia akan memesankan kamar VVIP untuk menantu tersayangnya.

Tak lupa Cahyo menghubungi Steven dan memberikan kabar bahwa operasi yang dilakukan oleh dokter penggantinya berhasil. Dikarenakan ada masalah dalam keluarganya, Steven yang harusnya hari ini melakukan operasi pada Kirana, terpaksa meminta ijin dan merekomendasikan dokter pengganti yang tak kalah kompeten dari dirinya.

...----------------...

Tiga hari sudah Kirana dirawat pasca operasi. Semakin hari kondisinya semakin baik. Devian juga meminta obat terbaik meskipun harganya mahal. Asal istrinya cepat pulih, berapapun dia menggelontorkan uang, akan Devian lakukan.

Saat ini luka luarnya sudah mengering berkat obat yang diresepkan Steven. Kirana sudah diperbolehkan untuk pulang. Steven akan mengecek kondisi Kirana selanjutnya dua hari ke depan. Dan selama itu, Kirana resmi menjadi tahanan keluarga Anggara.

"Mas," panggil Kirana. Devian hanya berdehem dengan mata terpejam.

"Mas ih," kesal Kirana manja karena respon Devian tak seperti yang diharapkan. Devian tersenyum mendengar rengekan manja istrinya.

"Apa, Sayang." Devian membuka matanya dan menghadap Kirana. Devian semakin senang kala melihat blush-on alami di pipi istrinya karena panggilannya.

"Bosen," cicit Kirana manja. Devian masih tersenyum dan membelai rambut Kirana dengan sayang.

"Mas juga bosen. Tapi Adek harus banyak istirahat. Kita tunggu Steven dulu untuk memastikan kondisi Adek. Sabar ya?" bujuk Devian. Kirana hanya bisa mendesah pasrah. Devian juga sebenarnya bosan. Namun demi menjaga istrinya, dia rela merasakan kebosanan itu. Terlebih seluruh pekerjaan masih dihandle oleh Cahyo. Jadi Devian benar-benar full cuti, bukan work from home.

Kirana juga benar-benar merasa bosan. Pasalnya dia tidak boleh melakukan pekerjaan apapun selain istirahat dan makan. Memasak sudah dihandle mama mertuanya. Urusan bersih-bersih dan segala macam sudah diurus oleh orang langganan suaminya. Apa coba yang harus dilakukan Kirana.

"Aku kan udah nggak apa-apa, Mas," rengek Kirana. Kirana tanpa sadar sudah mulai nyaman hingga sifat manja yang selama ini terpendam di dasar lautan, eh maksudnya dasar hati, jiwa dan raganya mencuat begitu saja tanpa dia sadari. Hal itu merupakan keberhasilan hebat bagi Devian. Dia selalu merasa senang dengan rengekan Kirana. Merasa menjadi pria yang dibutuhkan oleh istrinya yang selama ini selalu mandiri.

"Ok. Maunya Adek apa sekarang?" tanya Devian dengan sabar. Devian merasa kasihan dan tentu saja luluh dengan rengekan Kirana yang langka. Mungkin sebentar lagi tidak akan langka bagi Devian. Hehehehe.

"Jalan-jalan, boleh?" tanya Kirana penuh harap. Devian gemas dengan wajah memohon Kirana yang terlihat imut dimatanya. Bukannya menjawab, Devian malah menghujani ciuman di seluruh wajah Kirana. Kirana yang mendapat serangan mendadak tanpa pemberitahuan dari sang suami hanya diam mematung hingga Devian selesai mengabsen seluruh bagian wajah kecuali bibir. Hahaha, Devian masih belum berani mencuri bagian itu. Menunggu momen yang tepat ya?

Devian melihat istrinya masih bengong, menahan tawanya. Dia mendekatkan wajahnya dan meniup mata Kirana usil. Kirana langsung tersadar dan melihat wajah tampan suaminya yang sedang tersenyum menatapnya. tentu saja Kirana menunduk malu dengan wajah yang semerah tomat. Devian tergelak membuat Kirana mengerucutkan bibirnya kesal, namun juga masih malu.

"Maaas," kesal Kirana dan memukuli lengan Devian. Bukannya berhenti tertawa, tawa Devian justru semakin lebar ketika mendengar kekesalan istrinya.

"Ha...ha...ha...." Dia masih terus tertawa tanpa menghiraukan pukulan Kirana yang terasa menggelitik baginya. Melihat suaminya yang terus menertawakan dirinya dan tidak menghiraukan pukulan darinya, Kirana merajuk dan keluar dari kamar. Devian masih belum sadar kalau dia telah ditinggalkan istrinya.

Kirana keluar dan melihat mertuanya sedang bersantai sembari menonton gosip. Kirana memilih menghampiri Marisa dari pada terus diledek Devian. Tak dipungkiri kalau Kirana juga merasa malu mengingat bagaimana parahnya dia saat Devian menciuminya.

Marisa mengalihkan atensinya saat merasa ada orang yang duduk di sampingnya.

"Sayang," panggil Marisa.

"Mama nggak pengen keluar?" tanya Kirana tanpa menjawab sapaan dari sang mertua. Marisa sudah mulai terbiasa dengan respon Kirana yang kadang tidak sesuai dengan yang dia pikirkan.

"Kamu pasti bosan. Mau belanja?" tawar Marisa. Dia sudah menduga kalau menantunya akan bosan.

"Boleh, Ma," jawab Kirana.

"Ya sudah. Mama ambil tas dulu." Kirana mengangguk.

Tanpa pamit pada Devian, Kirana bersama mertuanya belanja di supermarket terdekat dari apartemen. Marisa juga tak menanyakan atau malah tak menyadari kalau mereka pergi tanpa pamit. Kirana mengambil es krim dan beberapa camilan juga buah-buahan. Marisa mengajak Kirana untuk belanja alat-alat pembuat kue setelah tahu menantunya senang membuat kue. Kirana tentu saja antusias. Melihat menantunya semangat, Marisa memiliki ide untuk mengusir kebosanan Kirana.

"Beli bahan-bahannya juga, Sayang," ajak Marisa.

"Ayo, Ma," jawab Kirana semangat. Marisa tersenyum dan menuruti kemauan Kirana.

Sementara Kirana dan Marisa bersenang-senang, Devian kalang kabut mencari keberadaan istrinya.

"Sayang, Adek, Kirana," panggil Devian mengelilingi seluruh apartemennya.

"Sayang, kamu di mana?" teriak Devian lagi. Namun tidak ada sahutan sama sekali. Pikiran Devian sudah tidak karuan dan merutuki kebodohannya yang sedari tadi terus menertawakan Kirana.

"Apa Kirana marah ya?" monolog Devian.

Hatinya sungguh tidak tenang sebelum dia tahu keberadaan istrinya dan kondisinya.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Lanjutkan Kirana kamu bersenang-senang. Biarkan si Devian kalang kabut mencarinya. Salah sendiri kan ya? Hahaha. Puas bunda membully Devian.

Terpopuler

Comments

Eka Bundanedinar

Eka Bundanedinar

hehe udah bicin ya pak dev

2024-03-24

2

Amalia Putri

Amalia Putri

lanjut thor semangat terus sehat2 juga.

2024-03-23

2

ama luph endhe

ama luph endhe

boleh ga Bun, ikut manja k devian🤭🤭🤭

2024-03-23

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!