SPP 20

Menit demi menit berlalu. Tanpa terasa sudah empat bulan terlewati. Hubungan Devian dan Kirana semakin baik. Meski sampai kini belum ada tanda-tanda akan hadirnya buah hati, namun baik Devian ataupun keluarganya tidak mempermasalahkan. Kirana juga masih bekerja seperti biasa.

Hari ini terjadi kegemparan di bagian IT. Leo dengan tergesa-gesa masuk ruangan Devian bahkan tanpa mengetuk pintu.

"Ada apa?" tanya Devian. Devian sudah hafal dengan perangai asistennya. Devian bisa menebak ada hal yang gawat hanya dari tingkah Leo.

"Data kita dibajak. Saham anjlok lima persen sejauh ini. Tim IT masih berusaha menghalangi serangan selanjutnya. Sebagian sedang bertarung mati-matian." Devian mengerutkan keningnya.

"Siapa yang berani berbuat seperti ini pada perusahaan kita?" Leo menggeleng karena memang dia tidak tahu siapa yang berulah. Pun tidak punya prasangka siapa orangnya.

"Kita ke ruang IT." Devian bangun dari duduknya dan melangkah menuju ruang IT.

Begitu Devian masuk, ketua tim langsung menghadap dan melaporkan hasil yang tidak diharapkan.

"Maaf bos. Sepertinya kita akan gagal. Musuh lebih tangguh. Dan saham sudah merosot sampai 25 persen dalam sepuluh menit."

"Terus berusaha. Saya akan pikirkan jalan keluarnya," ucap Devian dan semua mengangguk semangat. Semua terus berusaha menahan dan memblokir segala serangan yang datang dan mempertahankan saham agar tidak merosot lebih jauh lagi.

Devian masih berfikir jalan keluarnya untuk membantu tim IT nya menyelesaikan masalah. Andai dia bisa melakukannya. Tiba-tiba Devian teringat akan seseorang dan senyum terbit dari bibirnya.

"Leo, segera panggil Kirana kesini secepatnya," titah Devian. Leo bingung akan perintah bosnya. Kendati demikian, dia tetap melakukan apa yang diperintahkan.

Dengan kecepatan yang dia bisa, akhirnya tiba juga dihadapan Kirana.

"Bu bos, diminta pak bos ke ruang IT sekarang dan secepatnya," ucap Leo tanpa basa-basi dengan nafas ngos-ngosan. Kirana heran dan penasaran, namun dia memilih diam. Keduanya menaiki lift khusus petinggi agar lebih cepat.

"Sayang," panggil Devian begitu Kirana masuk bersama Leo.

"Ada masalah?" tanya Kirana mengabaikan panggilan suaminya.

"Iya. Data perusahaan dibajak dan saham terus merosot," jelas Devian. Kirana mengangguk mengerti. Leo masih bingung dengan adanya Kirana disini tanpa tahu kemampuan istri bosnya.

"Berikan aku tempat," ucap Kirana serius. Devian memimpin sendiri langkah Kirana menuju komputer tepat disamping ketua tim.

"Adek bisa gunakan yang ini," Devian menunjuk komputer yang tidak digunakan. Kirana menghela napas melihat komputer yang hendak dipakai masih dalam kondisi off.

"Terlalu lama. Kamu minggir." Kirana mengusir ketua tim dari singgasananya. Devian mengangguk memberi isyarat pada ketua tim untuk menuruti kemauan Kirana.

Tanpa bicara, Kirana mulai menggerakkan jari jemarinya dengan lincah. Melihat yang terjadi, Kirana menggelengkan kepalanya. Ketua tim menatap kagum pada istri bosnya. Sedangkan Devian justru terpesona melihat istrinya yang begitu serius.

"Semuanya tolong keluar dari sistem sekarang," pinta Kirana setelah menemukan masalahnya. Semua menuruti keinginan Kirana.

Jari Kirana kembali menari-nari diatas keyboard dan mulai berperang dengan pengacau.

"Berani membuat saham suamiku anjlok. Maka rasakan ini," kesal Kirana. Dia terus berkutat dengan komputer dan sesekali tersenyum miring. Devian sekali lagi mengetahui sifat tersembunyi istrinya.

"Kau pantau harga saham," perintah Kirana pada ketua tim.

"Baik." Ketua tim menggeser anggotanya untuk melihat harga saham. Senyumnya mengembang dan menatap puas istri bosnya.

"Saham kita mulai naik, Bu Bos," lapor ketua tim semangat. Kirana hanya mengangguk sebagai jawaban. Dia masih serius dengan komputernya.

"Katakan jika sudah normal," titah Kirana disela-sela kegiatannya.

"Ok," jawab ketua tim semangat.

Kirana terlihat sangat serius hingga lima menit berlalu. Ketua tim melongo melihat harga saham yang menanjak drastis. Akhirnya dia tersadar dan melapor pada Kirana.

"Saham normal bahkan menanjak naik, Bu Bos."

"Bagus. Aku akan memberikan proteksi berlapis. Semuanya masuk sistem dan koneksikan pada komputer ini."

"Siap."

"Mas, bisa minta tolong untuk mengisi komputer yang kosong?" pinta Kirana. Devian mengangguk dan memberi kode pada Leo. Kini semua sudah menghadap komputer masing-masing. Yang tadinya kosong sudah diisi oleh Devian dan Leo.

Kirana mengangguk dan mulai beraksi setelah melihat semua komputer sudah terkoneksi. Di depan mereka muncul angka-angka juga kode yang tidak mereka mengerti. Namun mereka tahu bahwa itu adalah kode keamanan tingkat tinggi, tingkat di atas mereka. Semuanya menatap kagum pada Kirana yang sedang serius menggarap kode keamanan.

"Selesai. Tinggal pasang ranjau saja," gumam Kirana yang hanya bisa didengar sendiri.

"Semuanya, tekan enter, sekarang," perintah Kirana begitu selesai memasang ranjau.

Klik. Semua komputer sudah terproteksi dengan proteksi berlapis yang dibuat Kirana.

"Yei. Bu Bos hebat," teriak semua anggota IT kompak tanpa dikomando.

"Belum selesai. Mereka masih terus menyerang. Pantau pergerakan mereka," perintah Kirana menghentikan euforia mereka. Semuanya kembali fokus dan konsentrasi kecuali Devian dan Leo.

"Sepertinya aku harus belajar pada Kirana soal ini," gumam Devian yang tidak mengerti apa-apa. Untuk pertama kalinya dia merasa iri dengan karyawannya. Pasalnya hanya dia saja yang tidak mengerti. Berbeda dengan Leo, dia sedikit mengerti meskipun tidak sehandal anggota IT.

"Ada yang berhasil masuk, Bos," lapor salah satu anggota IT tanpa embel-embel Bu.

"Biarkan. Saya sudah memasang banyak ranjau di lapisan pertama," jawab Kirana santai.

"Boom. Mati kau," sorak Kirana dengan membuka kedua tangannya. Kirana tersenyum senang dan berdiri.

"Pantau terus pergerakan mereka. Jika ada yang bisa menembus sampai lapisan ketiga, segera beritahu saya."

"Baik, Bos."

"Setelah lima menit, nyalakan televisi bisnis. Kita akan tahu siapa yang berani bermain-main dengan kita."

"Dan tugas Mas adalah menganalisa hubungan perusahaan tersebut dengan perusahaan ini." Devian mengangguk.

Leo sudah menyalakan televisi. Semua mata kini fokus pada layar bergambar. Berita kebangkrutan sebuah perusahaan tingkat atas menjadi topik utama. Padahal baru dua tahun perusahaan tersebut masuk tingkat atas yang awalnya adalah tingkat menengah.

Sedangkan Devian mengingat-ingat tentang perusahaan tersebut. Seingatnya dia tidak pernah bekerja sama atau menyinggung mereka.

"Mulai sekarang kamu akan bekerja sebagai tim rahasia IT. Leo akan mengurusnya di HRD." Leo mengangguk dan langsung undur diri.

"Tapi aku sudah nyaman, Mas," tolak Kirana manja.

"Kamu harus mulai fokus pada hubungan kita, Sayang. Kamu akan bekerja jika ada kondisi darurat seperti hari ini," jelas Devian dengan sabar. Mereka lupa bahwa mereka sekarang masih di ruangan IT.

"Aku pasti akan bosan,k" rengek Kirana.

"Tidak akan. Kamu bisa belanja sepuasnya. Selama ini kamu belum memenuhi target belanja dariku, Sayang." Kirana mengerucutkan bibirnya kesal. Semua kebutuhan sudah terpenuhi, lalu belanja apa lagi.

Devian tersadar lebih dulu dan keluar ruangan tanpa menyapa. Kirana menghela napas dan menyembunyikan rasa malunya.

"Proteksi yang kalian buat sebenarnya sudah bagus. Tapi kalian kurang nakal. Harusnya ada ranjau yang kalian pasang jika pertahanan bisa dijebol. Kadangkala kita memang perlu sedikit nakal dan sadis juga untuk mempertahankan apa yang kita miliki," pesan Kirana sebelum meninggalkan ruang IT.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Terpopuler

Comments

Ayna Adam

Ayna Adam

ditunggu updatenya kak 🥰

2024-04-20

1

Eka Bundanedinar

Eka Bundanedinar

kren kirana jagonya it

2024-04-19

2

Ayna Adam

Ayna Adam

mksh udah update kak
ditunggu updatenya tiap hari 🥰

2024-04-18

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!