SPP 3

Acra ijab Qabul dan pestanya berjalan lancar. Akhirnya Devian dan Kirana lah yang menjadi tumbal agar keluarga Anggara dan keluarga Lukman tidak menanggung malu. Deviana dan Kirana yang kini sudah sah menjadi istrinya.

*Apakah ini firasat yang yang aku rasakan tadi bahwa kejadian besar akan menimpa kami berdua. Aku sungguh tidak menyangka bahwa kejadian besar itu adalah sebuah pernikahan*. Monolog Devian dalam hati.

Merasa dirinya diperhatikan, Kirana menoleh dan tatapannya bertabrakan dengan bos besarnya yang kini telah berubah status menjadi suami. Tidak ada perasaan apa-apa yang dirasakan Kirana kecuali perasaan rumit yang masih belum bisa dia mengerti. Tak berbeda halnya dengan yang dirasakan Devian. Mungkin setelah ini mereka perlu berbincang dari hati untuk menentukan masa depan rumah tangga mereka.

Tamu mulai surut karena hari juga sudah menjelang siang. Waktunya istirahat dan makan siang. Devian dan Kirana memilih mengistirahatkan tubuh mereka dengan duduk di pelaminan. Mereka akan kembali berdiri ketika ada orang yang hendak bersalaman dan pasti mengucapkan selamat. Entah ucapan itu tulus atau tidak.

Semua tamu sudah pulang dan mereka semua juga usai makan. Sekarang mereka telah Istirahat di ruang keluarga. Devian menghampiri Kirana dan duduk di sampingnya. Devian kemudian menoleh ke arah istrinya dan menatap wajahnya yang terlihat lelah.

"Kita akan menginap di sini atau pulang?" tanya Devian dan berhasil menarik atensi Kirana. Kirana memandang wajah Devian yang kini telah resmi menjadi suaminya. sebelum menjawab Kirana menghela nafas panjang. namun bukan jawaban yang keluar dari mulutnya melainkan sebuah pertanyaan.

"Apa masih ada acara setelah ini?"

"Sepertinya tidak, kalaupun ada akan aku buat tidak ada" jawab Devian sekaligus pernyataan mutlak yang keluar dari mulutnya. Kirana hanya tanpa ada niat untuk menanggapinya. Devian menoleh ke istrinya saat tidak mendengar jawaban. Dilihatnya istri dadakannya itu sedang memperhatikan orang-orang yang sedang bercengkrama dan bercanda seolah-olah merayakan suksesnya acara hari ini. Dia tahu bukan itu yang diperhatikan oleh Kirana. Namun keempat orang dewasa yang sedang berbicara dan terlihat membahas sesuatu yang serius.

"Apa kau cemas tentang orang tua kita?" Devian bertanya dan dia mencoba untuk lebih dekat dengan istrinya. Apa lagi dia dan istrinya adalah sepasang pengantin pengganti yang tentu saja belum mengenal satu sama lain, baik dari sikap, sifat dan kebiasaan.

"Sedikit. Semoga keputusan kita adalah yang terbaik" balas Kirana dan lagi-lagi helaan panjang keluar dari mulutnya. Ada perasaan yang entah apa dirasakan oleh Kirana dan Devian. Menjadikan diri sebagai sepasang pengantin pengganti adalah keputusan mereka sendiri.

"Apa kau menyesal?" Devian menatap Kirana seksama. Kirana menoleh dan tatapannya bertabrakan dengan tatapan suaminya. Pandangan mereka terkunci untuk beberapa saat hingga Kirana memutus pandangannya terlebih dahulu.

"terlalu dini untuk memutuskan apakah menyesal atau tidak" jawab Kirana diplomatis. Devian masih menatap Kirana lekat dan sama sekali tidak menduga bahwa akan mendapatkan jawaban seperti itu. senyum terukir dari bibirnya dan mencoba memberanikan diri untuk menggenggam jemari istrinya. Kirana merasa terkejut atas keberanian Bos besarnya itu yang kini telah resmi menjadi suami dadakannya. Kirana seolah masih belum percaya dan masih merasa bahwa semua yang dia alami hari ini adalah mimpi.

"Aku akan membuatmu tidak menyesal atas keputusan kita hari ini" tekad Devian dan berhasil menarik kembali kesadaran Kirana sekaligus menegaskan bahwa dia tidak bermimpi. Kirana mencoba menyelami mata suaminya untuk mencari celah kebohongan. dia takut terbuai dan endingnya hanya dipermainkan. namun hanya kesungguhan dan kejujuran yang dia temui di mata suaminya. Kirana tersenyum dan mengangguk.

"Kita lakukan sama-sama" jawab Kirana dengan lembut namun tegas. Devian mengangguk dan membalas senyum istrinya dengan tulus. Dia mencoba memberanikan diri menarik tangan istrinya dan memeluknya. Kirana hanya diam dan membiarkan suaminya itu memeluknya.

Interaksi sepasang pengantin pengganti itu dilihat oleh empat orang yang tadi diperhatikan oleh Devian dan Kirana. Di bibir mereka terukir sebuah senyum kebahagiaan dan kelegaan. Mereka saling pandang dan mengangguk untuk membiarkan anak-anak mereka menjalani apa yang telah menjadi keputusan mereka.

...----------------...

Devian bersama istrinya dan keluarganya telah tiba di kediaman mertuanya. Yaitu yang tak lain dan bukan adalah rumah orang tua Kirana. Devian benar-benar melakukan apa yang dia ucapkan pada Kirana. Kirana memilih untuk pulang dari pada menginap di hotel. Ya, gedung yang mereka gunakan untuk pernikahan adalah sebuah hotel yang cukup terkenal di kota Y. Kota tempat orang tua Kirana tinggal.

"Nak, ajak suamimu istirahat di kamarmu" perintah Lukman.

"Iya, Yah" Kirana mengangguk dan melihat suaminya yang juga menatapnya.

"Ayo" Devian mengikuti langkah Kirana hingga sejajar dan menyelipkan jarinya di jari istrinya. Kirana berhenti sejenak menatap jarinya yang sudah berpaut dengan jari Devian. Lalu dia melihat suaminya yang sudah tersenyum manis. Kirana membalas senyum itu tak kalah manis dan mengangguk. Mereka melanjutkan jalan hingga tiba di kamar Kirana.

"Maaf kamarnya kecil. Buatlah diri Bos senyaman mungkin" ujar Kirana. Setelahnya, Kirana membuka lemari untuk mengambil pakaian ganti. Mendengar panggilan Kirana padanya, Devian melangkah mendekati istrinya itu. Kirana yang tak menyadari pergerakan suaminya sehingga tidak tahu kalau Devian kini telah berdiri di belakangnya.

Kirana berbalik dan terkejut melihat suaminya telah berdiri di hadapannya.

"A a ada apa Bos?" tanya Kirana gugup.

"Bos?" ulang Devian dan semakin memajukan langkahnya. Otomatis Kirana semakin mundur hingga tubuhnya mentok pada lemari.

"Bos mau nga-pa-in?" tanya Kirana semakin gugup.

"Coba ulangi bagaimana kamu tadi memanggilku" tanya Devian dengan suara yang sengaja ditekan.

"B bos" ulang Kirana yang belum mengerti maksud Devian. Devian semakin menatap tajam Kirana. Nyali Kirana semakin ciut kalau melihat wajah bos besarnya terlihat serius sedikit seram.

"Siapa aku bagimu?"

"Bos Kiran" jawab Kirana takut-takut.

"Statusku?" tanya Devian lagi masih mempertahankan wajah seramnya.

"Suami" cicit Kirana yang kini sudah tahu apa kesalahannya. Devian menghela nafas dan mengendurkan wajah tegangnya. Dia tidak tega melihat istrinya yang ketakutan. Apalagi dia melihat istrinya telah menyadari kesalahannya. Devian mundur dan mendaratkan tubuhnya di ranjang.

"Sini" perintah Devian seraya menepuk kasur samping kanannya. Dengan wajah menunduk, Kirana melangkah dan berlahan duduk di samping suaminya.

"Aku tahu ini adalah hal yang baru bagi kita. Bagaimana pun juga, kita adalah suami istri. Jadi, bisakah kita awali dengan sebuah panggilan?" tanya Devian lembut dan Kirana hanya mengangguk.

"Kau takut padaku?" tanya Devian dan lagi-lagi diangguki oleh Kirana. Devian menghela nafas pasrah. Sulit memang menghilangkan image yang sudah terpatri dalam otak. Namun Devian sadar bahwa dirinya harus lebih vokal pada istrinya. Dia tidak bisa menyamakan saat dia bekerja dan saat di rumah. Devian sangat paham betul tentang hal itu.

Devian juga sedikit menyimpulkan bahwa istrinya adalah orang yang tidak banyak bicara. kesimpulan itu Devian dapatkan kala dia berbincang dengan istrinya saat di balkon. Belum lagi saat menjawab pertanyaan ayahnya usai melihat rekaman CCTV. Dan banyak diam kala keluarga meminta istrinya untuk menikah dengannya.

"Jangan takut. Di kantor mungkin aku adalah bos kamu. Namun sekarang, aku adalah suamimu. Orang yang bertanggung jawab penuh atas kamu" Kirana mulai memberanikan diri mengangkat wajah dan menatap suaminya. Kesungguhan yang diucapkan suaminya mampu membuat Kirana menghilangkan rasa takut itu.

"Panggil aku selain dengan panggilan Bos. Bisa?" tanya Devian lembut dan Kirana mengangguk.

"Mas" lirih Kirana seraya menundukkan wajahnya dan berhasil mencetak senyum di wajah tampan Devian.

"Aku suka" bisik Devian di telinga Kirana membuat wajah dan telinga istrinya merah. Antara gugup dan malu menjadi satu. Tanpa menoleh pada suaminya. Kirana berlari ke kamar mandi dan tak menghiraukan teriakan Devian yang memanggilnya dengan sebutan mesra menurutnya.

"Hei dek, kau mau kemana?" Devian tergelak dan sengaja menggoda istrinya. Dia tahu istrinya tidak akan menanggapinya.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Happy wedding to Devian dan Kirana. Samawa dan rukun terus. Bahagia selalu.

Terpopuler

Comments

Eka Bundanedinar

Eka Bundanedinar

wong jowo
mas sama dek

2024-03-12

2

Wati_esha

Wati_esha

Tq update nya.

2024-03-04

2

Wati_esha

Wati_esha

Mulai nakal ya, Devian. 🤣🤭😛

2024-03-04

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!