Setelah menghabiskan waktu dan makan bersama, Lee Damian kembali mengantar Luna untuk pulang dan berhenti di taman seperti biasa.
"Luna, terima kasih karena sudah meluangkan waktu hati ini," ucap Damian
"Tentu, Tuan Lee. Tidak masalah," sahut Luna
"Aku berharap kau bisa memikirkan baik-baik keputusan yang akan kau ambil," ujar Damian
"Saya mengerti. Mohon maaf karena Anda harus menunggu soal itu," kata Luna
"Tidak masalah. Hak memilih ada padamu," sahut Damian
"Kalau begitu, berhati-hatilah di perjalanan Anda saat berkendara, Tuan Lee ... " ujar Luna berpesan.
"Aku mengerti. Apa aku boleh sesekali menghubungimu lagi, Luna?" tanya Damian
"Tentu saja, boleh. Saya juga akan mengabari Anda setelah membuat keputusan," jawab Luna
"Sampai jumpa lagi, Luna ... " kata Damian
Luna hanya mengangguk kecil dan terus memerhatikan saat Lee Damian masuk kembali ke dalam mobilnya hingga akhirnya pergi meninggalkan tempat itu. Setelah memastikan mobil milik Lee Damian menghilang dari pandangan, Luna pun berbalik untuk pulang menuju rumahnya.
Begitu masuk rumah, Luna langsung terduduk lemas di sofa setelah menguatkan diri menghadapi situasi rumit baginya saat di agency tadi.
"Aku tidak menyangka kalau situasinya jadi semakin rumit seperti ini. Rasanya seolah hari-hari santai ke depannya akan hilang sepenuhnya dan aku bingung antara perasaan senang dan khawatir ini," gumam Luna
Saat itu Luna langsung mengetik pesan yang ditujukan kepada Kepala Tim Ban.
Tak lama setelah Luna berhasil mengirim pesan, langsung ada panggilan masuk pada ponsel miliknya dan tentu saja itu panggilan dari Kepala Tim Ban. Gadis itu pun langsung menerima panggilan itu.
"Yeoboseyo, pak kepala tim."
"Luna, bagaimana kabarmu?"
"Saya baik-baik saja seperti biasa, Pak kepala tim."
"Yang kumaksud adalah bagaimana perasaanmu setelah kembali dari agency Lee Damian?"
"Saya tidak yakin, Pak kepala tim. Saya merasa ini jadi lebih rumit hingga membingungkan saya."
"Kalau begitu, kita harus bertemu besok dan berceritalah padaku."
"Saya rasa memang harus menceritakannya pada anda."
"Besok kita bertemu di dekat rumahmu saja, aku akan memberi tahu tempatnya padamu nanti."
"Saya mengerti, pak Kepala Tim. Sekali lagi terima kasih karena sudah peduli dengan saya."
"Tidak masalah, Luna. Aku pasti akan selalu membantumu."
"Saya sangat menghargai itu, pak Kepala tim."
"Sampai jumpa besok, Luna."
Setelah mengakhiri panggilan tersebut, Luna pun bergegas untuk istirahat. Gadis itu berharap perasaannya jadi lebih baik dalam suasana tenang rumahnya.
Namun, bukannya menjadi tenang setelah beberapa saat istirahat, Luna justru semakin terpikir pada masalahnya saat ini dan pikirannya jadi lebih kacau.
Hingga akhirnya pada sore hari, Luna memilih untuk menyibukkan diri agar tidak merasa stress. Gadis itu bersiap dengan pakaian olahraganya untuk sebelum akhirnya lari memutari wilayah rumahnya.
Luna memakai celana training dan hoodie senada berwarna abu-abu dengan rambutnya yang diikat kuncir kuda untuk kegiatan larinya. Saat sedang berolahraga memutari wilayah rumahnya, gadis itu mendengar ada suara orang yang memanggilnya.
"Luna Seonbae!" serunya memanggil hingga membuat Luna mencari sumber suara dan menoleh dengan cepat.
"Kau di sini juga, Lucca. Sedang apa?" tanya Luna saat junior di tempat kerja menghampirinya di sana.
"Saya hanya kebetulan lewat sini," jawabnya sambil tersenyum, junior Luna bernama Lucca.
"Benarkah ... kebetulan? Apa kau yakin hanya itu?" tanya Luna dengan tatapan selidik khas miliknya.
"Mianhae, Luna Seonbae. Sebenarnya saya sebelum ke sini saya memang sengaja bertanya pada pak Kepala tim daerah rumahmu. Saya ingin menemuimu dan kebetulan pak Kepala tim juga menyarankan hal itu. Kali ini sungguh memang kebetulan pak Kepala tim menyetujui ide saya," ungkap Lucca
"Baiklah, aku percaya padamu. Lalu, untuk apa kau ingin menemuiku hingga repot-repot bertanya lokasi rumahku pada pak Kepala tim?" tanya Luna
"Tentu saja, karena saya rindu dan sudah cukup lama tidak bertemu denganmu, Seonbae. Lalu, ini saya bawakan sesuatu untukmu. Terima saja karena ini tidak seberapa," jawab Lucca sambil menyerahkan bingkisan makanan pada Luna.
"Apa ini? Jadi merepotkanmu saja," ujar Luna saat menerima pemberian dari Lucca.
"Saya sendiri yang berinisiatif membelikannya untukmu, hanya camilan ringan. Tteokbokki level pedas sedang," kata Lucca
"Kau masih saja ingat seleraku. Terima kasih, aku jadi tidak sabar untuk mencicipinya. Camilan pedas sangat cocok untuk menyegarkan diri saat ini. Aku jadi tidak sabar ingin segera mencicipinya," ucap Luna
"Luna Seonbae, apa kau baik-baik saja? Kau tidak punya masalah, kan?" tanya Lucca
"Tentu saja, kenapa kau bertanya seperti itu?" tanya balik Luna
"Jangan berbohong pada saya, Seonbae. Saya tahu saat kau bilang menyegarkan diri itu artinya ada masalah yang mengganggu pikiranmu dan saya juga tahu terkait isu soal tuan Lee," ujar Lucca
"Hoobae-nim, perhatikan bicaramu. Orang bisa saja sadar meski pun kau telah menyamarkan nama saat menyebutnya. Apa pak kepala tim menceritakan sesuatu padamu?" tanya Luna sambil menyuapi satu tteokbokki ke dalam mulut Lucca untuk membungkamnya sebagai peringatan.
"Mianhae, Seonbae. Pak kepala tim tidak cerita apa pun pada saya, saya hanya menyadari dirimu dalam siaran," jawab Lucca
Luna punya kebiasaan menyuapi seseorang yang memberikannya makanan setidaknya sesuap. Lucca mengetahui kebiasaan seniornya, namun lelaki itu juga menyadari jika Luna merasa marah saat ini. Sudah menjadi kebiasaan Luna juga akan menyebut kata atau bahkan bicara formal saat merasa marah pada seseorang seperti saat ini.
"Aku baik-baik saja, kau tidak perlu khawatir karena aku masih bisa menangani hal ini. Bagaimana rasa tteokbokki-nya?" tanya Luna
"Rasanya enak seperti yang biasa kau suka," jawab Lucca
"Itu bagus. Namun, aku hanya memberimu satu karena kau sudah memberikan ini untukku, jadi ini milikku ... " ujar Luna
"Tentu saja, Luna Seonbae. Saya harap kau suka dan menikmatinya," kata Lucca
"Mianhae, Lucca. Aku tidak bisa menemanimu terlalu lama, aku harus pulang usai olahraga sore dan sudah tidak sabar untuk makan tteokbokki ini," ucap Luna
"Saya memang tidak ingin mengganggumu terlalu lama, tapi lain kali kita bisa bertemu dan bicara lebih lama, kan?" tanya Lucca
"Tentu saja, kabari aku kalau kau butuh teman bicara. Aku akan menyempatkan waktu asal tidak sedang bekerja," jawab Luna
"Terima kasih, Seonbae. Sampai jumpa lagi," ucap Lucca
"Ya, hati-hatilah saat kembali pulang ... " pesan Luna sambil mengacak pelan rambut juniornya sebagai salam perpisahan.
Sikap Luna yang selalu baik hati terkadang disalah-pahami atau bahkan mungkin masih disalah-pahami hingga saat ini. Terutama saat gadis senior itu mengacak rambut junior lelakinya mungkin maksudnya hanya bersikap santai seperti pada seorang adik, namun tidak ada yang tahu jika Lucca mengganggap perlakuan Luna padanya lebih dari itu.
Lucca hanya tersenyum saat melihat Luna berbalik pergi, namun hatinya berbunga-bunga meski pun hanya bisa bertemu dan bicara sebentar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
Aerik_chan
semangat kak
2024-03-24
1
Elisabeth Ratna Susanti
suka 😍
2024-03-16
1
Terra Chi
Episode berikutnya sudah terbit, yaa
2024-03-12
0