Eps.04

Rania sudah berganti pakaian, kali ini wanita itu sedang sibuk di dapur membuat makan malam untuk dirinya dan juga para tamu yang tak di undang kedatangannya. Rania fokus dengan masakannya sampai tak sadar jika ada sepasang mata yang mengamati semua gerak geriknya dari jauh.

"Bolehkan saya menumpang ke toilet?" Ucap seorang lelaki.

Rania sedikit terkejut karena terlalu fokus dengan acara memasaknya dan tak menyadari keberadaan seseorang, Rania menatap kearah lelaki yang baru saja melontarkan pertanyaan kepadanya.

"Di sana Tuan." Rania menunjukan arah Toilet yang tak jauh dari dapurnya.

Jayden lelaki itu kemudian berjalan kearah toilet dan menuntaskan sesuatu yang dari tadi dia tahan, setelah urusannya selesai dirinya berjalan mendekati Rania bukan bermaksut mengganggu hanya saja ada sesuatu hal yang haru dia sampaikan kepada Rania.

"Apa kamu masih sibuk? Apa masih lama selesainya." Tanya Jayden.

Rania meletakkan centong sayur di atas meja dapur kemudian menatap kearah Jayden yang juga sedang menatapnya.

"Apa anda sudah lapar, saya ada camilan untuk menunda lapar anda." Rania berjalan kearah lemari yang penuh dengan camilan, seperti makanan ringan dan tentu saja itu milik putranya Shaka.

"Ohh, maaf bukan itu maksut saya. Ada hal yang ingin saya bicarakan dengan kamu." Jayden menggaruk tengkuknya yang tak gatal, dia merutuki perkataannya yang membuat Rania salah paham.

"Jadi anda bukan lapar?"Tanya Rania sedikit menyelidik, dan sepersekian detik perut Jayden berbunyi sungguh perut yang tak bisa di aja kerjan sama.

kruuukkk..

Jayden nampak tersenyum kikuk, dirinya memang lapar karena dari siang tadi dia tidak makan sangking cemasnya memikirkan Bry yang tak kunjung ketemu.

"Kalau ini mungkin tak bisa ku sembunyikan." Ucap Jayden kikuk menahan malu, bagaimana bisa seorang Jayden denga predikat duda tampan kaya raya yang di gandrungi banyak wanita bisa ketahuan kelaparan di depan seorang wanita.

"Hahaha, maaf tuan anda sangat lucu. Lapar bukan dosa yang harus di sembunyikan, ini makanlah dulu." Rania memberikan beberapa kue yang dia buat untuk stok makanan Shaka.

Karena menghargai pemberian Rania Jayden memakan kue tersebut lalu terkejut dengar rasa kuenya,"Ini sangat enak, dimana perempuan ini membeli makanan enak seperti ini." Batin Jayden.

Rania fokus kembali pada sayur sop yang dia buat dan tak berapa lama semua makanan telah siap. Rania menatap kembali kearah Jayden yang duduk di depan meja bar dan tengah memakan kue pemberiannya,"Apa dia tak makan selama satu bulan." Gumam Rania.

Rania berjelan kearah meja bar kemudian menarik kursi di samping Jayden dan itu membuat Jayden menoleh kearahnya.

"Apa kuenya enak?" Tanya Rania, tangannya terulur untuk mengusap sisa kue yang ada di sudut bibir Jayden.

Perlakuan sepontan Rania membuat Jayden tertegun, matanya menatap wajah cantik milik Rania seketika jantung Jayden berdegub kencang.

"Kenapa jantung ku berdegup kencang, apa aku terkena serangan jantung." Batin Jayden.

Lelaki itu mengusap dadanya, pikiran buruk mulai memenuhi otak nya. Seketika dia memikirkan Bry jika dia mati makan siapa yang akan mengurus anak lelaki yang dia sayang itu.

"Ah, maaf ada sisa kue di sudut bibir anda." Jelas Rania ketia Jayden memundurkan wajahnya menghindari tangan Rania.

"Tidak apa-apa saya hanya kaget." Jawab Jayden.

Jayden mengusap bibirnya dengan tisu, kemudian merapikan penampilannya dan menjauhkan kue yang membuatnya lupa diri jika dirinya adalah pemilik dari Januartha.Group.

"Ehem, apa saya boleh bicara dengan kamu." Jayden lebih dahulu membuka pembicaraan karena sesaat hening.

Rania hanya mengangguk mempersilahkan Jayden untuk bicara, nampaknya pembicaraan ini akan serius.

"Saya sangat berterima kasih karena kamu mau menolong anak saya, Bry adalag anak saya satu-satunya dia tidak di harapkan oleh ibunya. Ini memang salah saya, saya tak sengaja menghamili ibunya Bry karena saya di jebak oleh musuh bisnis saya. Zahra mama kandung Bry sangat membenci Bry sampai saat Bry berumur 7 tahun, Zahra dengan sadar menenggelamkan Bry ke danau. Pada saat itu saya sangat berterimakasih ada seseorang yang mau membawa Bry kerumah sakit, dan saat itu juga Bry membenci ibunya." Jayden menjeda ucapannya membayangkan betapa sakit menjadi Bry yang harus menerima kebencian Zahra karena ulahnya.

"Kemarin saya mendapat ancaman dari Zahra, wanita itu telah kembali dari eropa. Dia mau menemui Bry, saya sangat takut dan berpikir bahwa hilangnya Bry adalag ulah Zahra maka dari itu saya mengepung rimah ini."

Jayden menatap kearah Rania yang nampak terkejut dengan ceritanya, mungkin karena dirinya juga seorang ibu jadi rasa keibuannya sedikit terusik dengan perlakuan jahat dari Zahra.

"Boleh saya minta tolong?" Ucap Jayden kembali.

"Jika saya bisa membantu Tuan, saya akan bantu." Ucap Rania dengan tulus, menurutnya menolong siapa saja yang membutuhkan pertolong dia itu perbuatan mulia asal dia mampu menolong.

"Saya ingin menitipkan Bry disini, sampai keadaan dirumah saya aman. Sampai Zahra di temukan keberadaan nya, saya orang sibuk bukan berarti saya tak sayang kepada anak saya. Apa boleh jika Bry tinggal disini sementara waktu, saya akan memberi pengamanan. jika Bry ada didekat saya itu akan membahayakan nya." Ucap Jayden.

Ini memang konyol menitipkan anaknya kepada wanita yang tidak dia kenal sama sekali, tapi ini bukan ide yang buruk karena Zahra takkan menemukan Bry untuk sementara waktu.

Rania mengernyitkan dahinya,"Apa anda yakin jika saya orang baik sehingga berani menitipkan Bry kepada saya?" Tanya Rania.

"Saya yakin kamu wanita baik, jadi saya meminta tolong lindungi Bry saat saya tak ada." Jayden menatap Rania dengan tatapan memohon, dimata Jayden terpancar rasa percaya terhadap Raina.

"Kasihan juga Bry kalau sampai bertemu dengan Mamanya yang seperti iblis itu, jiwa ke ibuan ku meronta-ronta ingin melindungi pangeran Bry." Batin Rania menjerit, rasanya Rania ingin sekali mencabik wanita bernama Zahra itu. Kenapa dia bisa sejahat itu terhadap Bry, padahal dia adalah anak kandung wanita itu darah daging yang keluar dari rahimnya sendiri memang iblis Zahra itu. Rasa keibuan Rania sekali lagi meronta mengibarkan bendera perang.

Lama Rania diam dengan pikiran yang jauh kemana-mana sampai berpikir ingin mencekik leher Zahra karena berani ingin menyakiti Bry, wanita itu menghela nafas menetralkan emosinya jangan sampai dia meledak sekarang lalu kemudian memberi jawaban kepada Jayden.

"Baiklah tapi dengan syarat Bry juga mau tinggal disini dengan peraturan yang ada." Jawab Rania.

"Baiklah saya akan berbicar pada Bry setelah dia datang." Jayden merasa lega untuk saat ini, setidaknya sampai Zahra di temukan Bry akan ada yang menjaga.

"Tapi Tuan saya mau anda mengirimkan informasi lengkap tentang Zahra kepada saya, agar saya bisa berjaga-jaga." Rania mengepalkan tangannya, pertanda dia siap menghadapi wanita iblis itu.

"Baik." Jawab Jayden.

Percakapan antara Jayden dan Rania telah usai bersamaan dengan Shaka yang datang dengan tas belanja yang sangat banyak. Rania dan sahabatnya yang lain hanya bisa menggeleng dengan kebiasaan Dea yang sangat suka sekali berbelanja.

"Bunda, Shaka anak bunda pulang." Teriak Shaka memasuki rumahnya, anak lelaki yang masih mengenakan bando telinga kelinci itu nampak terkejut dengan adanya empat laki-laki yang duduk anteng di sofa ruang tamu rumahnya.

"Wihh, siapa mereka. Apa mereka mau melamar bunda." gumam Shaka lirih.

"Shaka, memang kamu tidak bisa jika tidak berteriak." Ucap Rania kesal, ini adalah kebiasaan buruk Shaka.

Shaka menatap kearah bundanya memicingkan matanya dengan curiga, menerka-nerka apa yang sebenar ya terjadi dirumahnya apakah benar sanga bunda akan di lamar.

"Apa om semua ini mau melamar bunda? Maaf ya om yang boleh melamar bunda Shaka hanya pria yang tampan, baik hati suka menabung, badan tinggi dengan otot kekar dan kaya dua belas turunan." Celoteh Shaka.

Semua yang di sana terkejut dengan ucapan Shaka terlebih Rania, dirinya ingin sekali membuang Shaka kerawa-rawa anaknya ini kalau bicara suka seenaknya.

"Shaka!" Teria Rania.

"Apa sih bunda nya Shaka?" Tanya Shaka, bibirnya sudah mencebik kesal dengan bundanya.

"Kamu ngomong apa sih?" Rania menatap tajam kearah Shaka, tapi Shaka tak tinggal diam.

"Ishh, bunda. Shaka kan bicara benar itu semua adalah kriteria calon suami bunda, iya kan para tante." Kali ini Shaka melibatkan semua tante yang selalu membela Shaka. Tiga lawan satu jelas Rania kalah.

"Benar." Sahut sahabat Rania.

Rania menatap tajam satu persatu sahabatnya dan hanya mendapat cengiran kuda dari para Sahabatnya.

"Daddy." Panggil seorang anak lelaki yang baru saja masuk kedalam rumah dengan penampilan yang sama dengan saka, mengenakan bando telinga.

"Bwaa ha haa, Bry kamu habis melakukan parade." Tawa Zain tak bisa di sembunyikan, ini adalah momen langka dimana Bry anak dengan aura dingin tak tersentuh mau mengenakan bando.

"Daddy? Apa ini bang?" Tanya Shaka yang masih belum mengeri situasinya. Bry yang ditanya hanya mengedikkan bahunya acuh.

"Shaka, Bry mandi dulu lalu makan malam. Ingat Bry masih harus minum obat." Perintah Rania

Kedua anak lelaki itu menurut menaiki tangga menuju kamar Shaka, Jayden yang melihat tingkah penurut putranya merasa sangat tak percaya bagaiman bisa Bry mau di perintah oleh orang yang tidak dia kenal."Sepertinya menitipkan Bry dengan wanita itu adalah pilihan yang tepat." Batin Jayden.

*

*

*

*

*

Semua sudah berkumpul di meja makan Rania, kali ini meja makan nya penuh. Jayden memilih duduk di kursi paling utama layaknya kepala keluarga di sebelah kirinya ada teman temannya dan di sebelah kanan nya Ada Rania dan juga teman-temannya semua menikmati hidangan yang sudah di siapkan Rania dan juga sahabat Rania.

"Dea, gimana kamu bisa bujuk Shaka pulang. Dia kan susah kalau sudah asyik main?" Kim bertanya karena dia penasaran dengan tingkah Shaka kali ini. Pasti anak itu mendapatkan sesuatu pikir Kim.

"Jadi tadi gak sengaja ketemu papa disana, ternyata papa ada meeting dengan rekan bisnis disana. Tahukan gimana sayangnya papa sama Shaka, sebelum itu ternyata saka ngadu ke papa kalau dia mau ganti handphone tapi tak di perbolehkan sama Rania sudah deh papa kasih black card nya ke Shaka terus beli handphone baru terus dia mau pulang katanya mau pamer." Jelas Dea tanpa ada yang di tutupin.

Rania yang mendengar ucapan Dea langsung saja melayangkan tatapan tajam kearah Shaka, anak itu hanya tersenyum tanpa dosa.

"Udah Rin gak apa-apa, kamu tahukan gimana om Bram sayang sama Shaka. Dia pengen cucu tapi anak semata wayang nya masih aja mengembara cinta meminta pada tuhan supaya di kasih laki-laki keturunan darah biru." Ucap Aurel meledek Dea.

Dea mencebikkan bibirnya,"Ya kan aku maunya sekelas seperti Tuan muda kim Taehyung, berdarah biru banget." Cicitnya.

"Kalau kamu Tuan muda kim Taehyung, kalu bunda se apa Shaka?" Tanya Kim dan Aurel bebarengan.

"Se level kaya dua belas turunan." Ucap Shaka dengan nada semangat.

Rania mengusap dadanya sabara, bagaiman bisa anaknya sekarang menjadi satu frekuensi dengan sahabatnya.

Dea dan Rania yang jadi bahan ledekan hanya bisa memanyunkan bibirnya kesal, bukan apa-apa mereka kan malu jadi pusat perhatian empat laki-laki di hadapannya.

"Shaka udah bilang makasih sama Opa Bram?" Tanya Rania.

"Udah, kata opa minggu disuruh main kerumah opa. Bun." Ucap Shaka.

Makan malam telah usai Rania juga sudah memberi obat pada Bry, agar nanti malam badan Bry tidak nyeri karena lebam dan juga perjalan jauh dirinya tadi.

Kini saatnya Jayden berbicara berdua dengan Bry.

"Kamu beneran enggak butuh kerumah sakit." Tanya Jayden.

"Tidak Dad, tadi tante Rania sudah panggilkan dokter." Jawab Bry.

"Apa perlu Daddy tangkap mereka?" Tanya Jayden kembali.

Bry menatap kearah Daddynya dia bisa melihat tatapan balas dendam di mata Daddynya, dia tahu Daddy nya sangat menyayanginya Daddynya bisa melakukan apa saja pada musuh-musuhnya.

"Tidak, biar Bry saja." Jawanya tegas.

Jayden mengangguk paham dengan apa yang di katakan anaknya, lelaki itu mengusap surai milik Bry.

"Daddy berencana menitipkan kamu kepada tante Rania untuk sementara waktu, Daddy rasa kamu tahu masalah tentang wanita itu. Untuk sementara waktu disini aman untuk kamu, apa kamu keberatan jika kamu keberatan tak masalah." Jelas Jayden tanpa basa basi, dia tahu anaknya cerdas.

"Oke." Jawab Bry tanpa bantahan dan tanpa bertanya yang lainnya.

Kesepakatan semua nya sudah di setujui, Bry akan tinggal bersama Rania dalam jangka waktu sampai Zahra di temukan.

"Daddy dan om pulang dulu, jangan nakal dan turuti apa kata tante Rania. Oke boy." Ucap Sean, dia mengusap kepala Bry dengan sayang.

"Oke." Jawab Bry.

Semua peria telah pergi, Shaka dan Bry telah kembali kekamar mereka karena besok mereka akan melakukan ujian kenaikan kelas bagi Bry dan kelulusan sekolah bagi Shaka.

Sementara Rania, Kim, Aurel dan Dea. Mereka memilih mengobrol di taman belakang.

"Aku jadi kasihan sama Bry, dia itu enggak salah cuma emang emaknya aja yang enggak ada otak." Ucap Aurel kesal, setelah tahu alasan kenapa Bry harus di titipkan di rumah Rania.

"Kita sebagai wanita yang rasa ke ibu'nya tinggi memang harus melindungi Bry." Kali ini Kim yang berbicara.

"Aku sudah kirim foto Zahra di group WA, jadi kalian amati dan bantu aku menjauhkan anak tampan itu dari ibu berhati iblis." Ucap Rania.

Serempak semuanya menyetujui ucapan Rania, mereka kini punya misi yang di sebut dengan "Misi melindungi Tuan muda Bry dari mak lampir"

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!