Rania sedang berada di depan halaman sekolah Bry, siang ini Bry menghubunginya untuk meminta di jemput lantaran dia lelah karena latihan basket untuk pertandingan sebelum liburan sekolah tiba.
Dari kejauhan Rania bisa melihat Bry yang berjalan kearahnya, tampak jelas sekali wajah Bry terlihat lelah. Kening Rania berkerut saat melihat ada dua orang laki-laki yang membuntuti Bry.
"Bry! Sayang." teriak Rania.
Rania sengaja berteriak agar kedua lelaki itu menjauh dari Bry, dan rencana Rania berhasil kedua lelaki itu memutar arah.
"Maaf tan, Bry ngerepotin. Kepala Bry agak pusing, Bry takut kalau di paksa nanti malah celaka dijalan." Bry menyeka keringat didahinya.
Rania reflek memeriksa suhu badan Bry, dengan menempelkan punggung tangannya.
"Astaga Bry! Kamu demam, kenapa di paksa latihan kalau badan kamu sedang tidak sehat." Ucap Rania dengan wajah cemas.
Bry mengikuti apa yang di lakukan oleh Rania tadi, memeriksa suhu badannya.
"Bry tidak enak jika harus izin, karena semua tim sudah sangat berlatih keras. Bry tak mau membuat mereka cemas soal pertandingan, tan." Ucap Bry lemah.
Rania yang mengetahui Bry akan tumbang, langsung saja memapahnya dan membawanya masuk kedalam mobil. Tetapi saat Rania sedang sibuk membenarkan posisi Bry, ada seseorang yang memukul tengkuk nya.
"Tante Rania!" Teriak Bry panik.
Bry tak bisa membantu Rania, karena nyeri di kepalanya membuat Bry tak sadarkan diri.
"Bawa mereka!" Perintah seorang lelaki.
Bry dan Rania berada di sebuah gudang, kedua tangan mereka di ikat serta kaki dan juga mulut yang di lakban. Tak lama Rania tersadar, wanita itu mulai menyadari situasi apa yang dirinya alami.
"Sial! Siapa yang udah berani bawa gue kesini!"
Rania menoleh kesebelahnya, ternyata dia tidak sendiri. Dirinya bersama Bry, dengan susah payah Rania membangunkan Bry dengan cara menendang kaki Bry.
Bry yang mulai mendapat kesadaran, mulai membuka matanya. Remaja itupun terkejut dengan keadaan dirinya sekarang, dirinya juga terkejut mendapati Rania yang terikat disampingnya.
"Siapa yang berani melakukan ini kepada ku?!"
Tak lama pintu gudang terbuka, masuklah bebrapa lelaki dan saru perempuan.
Rania menatap tajam kearah perempuan berambut pendek itu,"Siapa dia? Apa aku memiliki masalah dengan nya, atau mungkin..."
Rania dengan susah payah merapatkan dirinya kearah Bry, sekuat tenaga dirinya harus bisa melindungi anak remaja disampingnya.
Perempuan itu menatap Rania dan Bry dengan senyum smirk di bibirnya."Hallo bocah tengik." Sapanya.
Perempuan itu membuka lakban yang menutup mulut Rania dan juga Bry.
"Siapa apa kamu?" Tanya Rania.
Berbeda dengan Rania, Bry hanya bisa diam dengan sedikit gemetar di tubuhnya.
Wanita itu Zahra, mama kandung Bry. Seorang ibu yang tega menyiksa bayi kecilnya dulu, ingatan tentang masalalu Bry mulai terputar di kepalanya.
Zahra mencengkeram dagu milik Rania,"Seharusnya aku tidak ada masalah dengan kamu, tapi kamu malah dekat dengan anak sialan ini!" Tunjuk Zahra kearah Bry.
Rania menatap kearah Bry, dirinya bisa merasakan ketakutan bercampur dengan kekecewaan menjadi satu. Malang nya kamu Bry harus memiliki ibu dengan hati iblis.
"Lalu apa mau kamu?" Tanya Rania penasaran.
Zahra melirik sini ke arah Rania, wanita itu merasa tidak nyaman dengan sikap berani yang dimiliki oleh Rania.
"Cih, sudah ku bilang. Aku tidak ada urusan nya dengan mu." Kesal Zahra.
"Dih, tolol. Kalau enggak ada urusan sama aku, terus ngapain menculik aku." Geram Rania dalam hati.
"Kalau memang kamu enggak ada urusan sama aku, mending lepasin ikatan ini. Lagi pula aku juga enggak ada niatan mau ikut campur, urusan mu sama dia jadi selesaikanlah berdua." Ucap Rania dengan acuh tanpa melihat tatapan kecewa yang di layangkan oleh Bry.
"Aku kira tante Rania memang seorang ibu yang bisa melindungi anak-anak, tapi ternyata aku salah dia sama seperti mama." Ucap Bry dalam hati.
Seseorang berjalan mendekati Rania setelah di perintahkan oleh Zahra untuk melepaskan ikatan Rania, Rania bida bernafas lega setidaknya dia bisa mengelabui orang-orang bodoh ditempat itu.
"Karena aku sudah bebas, jadi aku akan pergi dan kalian bisa melanjutkan apa yang kalian mau lakukan dengan anak ini." Ucap Rania dengan wajah tidak perdulinya
Zahra tersenyum puas,"Lihat Bry, didunia ini tidak ada yang suka kepada mu, didunia ini semua membenci mu!" Ucap Zahra.
Bry meneteskan air matanya, dirinya benar-benar kecewa dengan apa yang dilakukan oleh Rania. Dirinya berfikir mungkin dia bisa menaruh harapan kepada Rania, agar dia bisa merasakan kasih sayang seorang ibu.
Bry menatap tajam kearah Zahra,"Lantas apa yang ingin anda lakukan? Apa yang anda inginkan dari manusia sampak seperti saya!" Ucap Bry dengan nada penuh amarah.
Zahra menatap tak suka dengan Bry yang terang-terangan berani membentak dirinya.
"Aku sebenarnya sudah jijik melihat wajah mu ini, tapi aku tidak bisa membiarkan apa yang seharusnya menjadi milik ku justru malah jatuh ketangan mu anak sialan!" Ucap Zahra.
Bry mendengus kesal,"Lakukan apa yang mau anda lakukan, bukankah membuat diri saya menderita adalahs sebuah kebahagiaan bagi anda." Ucap Bry dengan nada putus asa.
Sementara Rania yang sudah keluar dari gedung kosong itu, menghubungi salah satu sahabatnya.
"Ndra, kamu ada nomer Sagara?" Tanya Rania ketika sambungan telfon sudah tersambung.
"....."
"Tolong hubungi dia, bilang aku dan Bry di sekap sama Zahra di gedung tua. Aku tidak tau dimana letaknya ini, tapi kalian bisa lacak GPS ku." Ucap Rania.
Sambungan telfon telah terputus, Rania kemudian berjalan menuju sisi samping gedung. Dia bisa mendengar semua percakapan Zahra dan Bry di balik tembok yang dia yakini adalah tempat nya tadi di sekap.
"Sabar ya anak ganteng, tante pasti selamatin kamu." Gumam Rania.
Saat mendengar bahwa ruangan itu sudah sepih, Rania yakin bahwa orang-orang itu telah pergi dari ruangan penyekapan. Rania kemudian mulai memanjat dinding, jangan lupakan fakta bahwa Rania memiliki sabuk hitam.
"Ya, ampun rambutku jadi kusut." Keluh Rania yang didengar oleh Bry.
Bry menatap tak percaya dengan kehadiran Rania, dia pikir Rania benar-benar akan meninggalkannya.
"Tante, ngapain tante balik lagi?" Tanyanya sinis.
Rania yang paham pertanyaan Bry, langsung saja mendekati anak itu.
"Maaf, tadi tante bicara begitu. Tantekan harus bisa minta bantuan jadi, tante mengorbankan kamu dulu." Ucap Rania dengan senyum dibibir.
"Lagian kalau tante mau pergi juga enggak apa-apa, tidak usah repot-repot nyelamatin aku. Tante lihatkan, tadi mama aku aja benci sama aku yang anaknya sendiri." Ucap Bry dengan wajah murung.
"Tenang, tante adalah malaikat jadi enggak akan tante membiarkan kamu dalam bahaya."
Rania melepaskan semua ikatan yang ada di tangan dan kaki Bry, kemudian membantu remaja itu untuk berdiri.
"Sekarang kita harus pergi dulu, tante enggak tahu Daddy kamu udah dimana. Yang jelas kita harus bertahan terlebih dahulu." Rania menggandeng tangan Bry.
Keduanya berjalan mendekati pintu, tetapi sayang keduanya ketahuan lantaran Zahra kembali lagi dengan anak buahnya.
"Uuppss, ketahuan." Cengir Rania.
Melihat Bry yang terbebas dari ikatan membuat Zahra meradang, wanita itu menatap tajam kearah Rania.
"Kamu! Berani sekali kamu membebaskan anak sialan itu!" Bentak Zahra
Rania menarik tubuh Bry kebelakang tubuhnya, dirinya sudah berjanji pada anak itu jika akan melindunginya.
"Duh, gimana ya! Akukan malaikat bukan iblis seperti kamu yang tega berbuat jahat kepada anak sendiri." Ucap Rania.
"Lancang kamu! Hey kalian tangkap perempuan itu." Perintah Zahra.
Rania melirik Bry,"Bry kamu diam disini, biar tante yang hadapi " Ucap Rania.
"Tante jangan sampai terluka." Cemas Bry.
"Tenang."
Rania memasang kuda-kuda, ada tiga lelaki bertubuh tegap dihadapannya."Apa mereka tidak malu. Bisa-bisanya melawan perempuan secara keroyokan." Gumam Rania sebal.
Perkelahian dimulai, Rania memang bisa ilmu bela diri tapi mustahil bagi dirinya bisa menghindar dan tak kena pikulan dari penjahat itu
*
*
*
*
*
Diandra sudah menemukan titik terang keberadaan Rania dan juga Bry, perempuan itu pergi bersama Kim dan aurel. Sementara Dea bertugas mengawasi Shaka karena anak itu baru saja keluar dari rumah sakit.
"Andra, kamu udah kasih tahu mantan kurang ajar mu itu." Tanya Aurel.
Aurel masih sangat tidak suka kepada Sagara, lantaran lelaki itu sudah berani-beraninya berselingkuh di belakang sahabatnya.
"Sudah, seharusnya mereka sudah didekat kita." Jawab Diandra.
Kim mengamati sekitar mobilnya, matanya menangkap sebuah mobil hitam yang dia rasa itu mobil Jayden.
"Mereka ada di belakang kita, itu mobil Jayden." Ucap Kim.
Diandra dan Aurel saling melirik,"Kamu kok hafal?" Tanya Aurel curiga.
"Giman enggak hafal, Jaydenkan sepupu aku." Ucap Kim yang membuat Diandra secara tidak sengaja menginjak remnya.
"Ya! Kok enggak bilang sih." Ucap Diandra kesal.
Mobil Diandra di hadang oleh mobil Jayden, kemudin turunlah Sagara.
Sagara mengetok kaca mobil Diandra,"Kamu enggak apa-apa? Kenapa berhenti mendadak?" Tanyanya dengan wajah sedikit cemas.
"Enggak, aku enggak apa-apa." Ucap Diandra sedikit gugup karena ditatap oleh Sagara begitu dekat.
Mereka kemudian melanjutkan perjalanan mereka, dan tak lama mereka menemukan lokasi gedung dimana Karina dan Bry di sekap.
Sementara itu, Rania mendapat luka tusuk di perutnya karena melindungi Bry yang akan di serang oleh Zahra.
"Tante Rania!" Teriak Bry histeris.
Rania terduduk dilantai, wanita itu memegang perutnya yang sudah bersimbah darah.
"Tante, jangan tinggalin Bry." Ucap Bry.
Bry menatap tajam kearah Zahra, meremas kedua tangan nya kesal karena tidak bisa melindungi dirinya sendiri maupun Rania.
"Apa yang sebenarnya kalian mau?!" Tanya Bry sekali lagi.
"Aku hanya ingin kamu menanda tangani ini, ini adalah surat pemindahan warisan dari orangtua saya yang di limpahkan kepada kamu. Aku tidak terima karena anak sialan seperti kamu mendapatkan bagian dari orangtua ku." Ucap Zahra dengan melepar sebuah map kehadapan Bry.
Tanpa pikir panjang Bry membuka map itu, kemudian menandatangani map tersebut.
"Anda puas? Saya juga tak sudi memakan uang dari keluarga yang membuat hidup saya menderita. Jangan pernah temui saya lagi." Sentak Bry.
Kali ini Bry benar-benar membenci mamanya, dia sudah tidak menganggap Zahra sebagai ibu yang melahirkan nya. Dimatanya mama nya sudah meninggal dan sudah di kubur dimasalalunya.
"Tante, ayo kita kerumah sakit." Ucap Bry.
Bry membantu Rania untu berdiri dan memapah nya untuk keluar dari gedung itu.
Saat mereka keluar dari gedung, teman Rania dan juga Jayden berlarian menghampiri mereka.
"Bry jangan sedih, lihat banyak orang yang sayang kamu." Ucap Rania lirih.
Tak lama Rania kehilangan kesadarannya, membuat semua orang ketakutan.
Rania dibawa kerumah sakit oleh Jayden dan yang lainnya, Sementara Sagara dan Sean berusaha mengejar pelarian Zahra karena mau tidak mau wanita iblis itu harus bertanggung jawab atas semua perbuatannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments
Reni Anjarwani
doubel up
2024-10-11
1