Eps 15

Shaka melangkah kan kakinya secara perlahan, dirinya sedang mengendap-endap untuk keluar dari rumah.

Bruk...

Shaka bertabrakan dengan punggung seseorang, seketika tubuh Shaka merasa merinding. Di rumah ini penghuninya sudah tertidur semua lantas siap yang dia tabrak? Shaka memberanikan diri untuk melihat kebelakang.

"Setan lu bang! Kaget gue anjing." Umpat Shaka tertahan karena tidak mau membangunkan sang Bunda.

"Lo ngapain?" Tanya Bry yang berdiri tegap di hadapan Shaka yang masih saja berjongkok.

"Gue mu keluar, lo kan tahu bunda tadi bilang apa? Enggak ada yang boleh keluyuran." Ucap Shaka mengingat perkataan bunda nya tadi sore.

Shaka lantas memperhatikan penampilan Bry, lelaki yang lebih tinggi darinya itu sudah rapi dengan jaket kulit di tubuhnya.

"Abang mau kemana?" Tanya Shaka.

"Mau balapan." Jujur Bry.

Bry lantas berjalan melewati Shaka yang masih menetralkan degub jantung nya lantaran sempat terkaget, setelah itu Shaka mengikuti Bry dari belakang.

Bry berhenti didepan gerbang tinggi milik Rania itu, jujur saja Bry tidak tahu dimana jalan pintas nya.

"Ck, ikut gue." Shaka memandu perjalanan.

Mereka berjalan menuju samping rumah Rania, disana ada pohon mangga yang menjulang tinggi dan dahan pohon itu menjulur keluar gerbang. Bry akhirnya paham bagaimana selama ini Shaka bisa keluar diam-diam.

"Lewat sini." Tunjuk Shaka.

"Jadi selama ini lo, selalu manjat pohon kalau mau kabur?" Tanya Bry.

"Iya, pohon nya juga membantu." Ucap Shaka dengan cengiran.

Mereka berdua bersiap memanjat pohon, namun ada sorot lampu flash yang mengarah kepada mereka keduanya sontak saja menjadi dugun dugun takut ketahunan sang bunda

"Mati kita bang, ketahuan bunda habis kita." Ucap Shaka dengan suara bergetar.

"Lo sih ribut." Tuduh Bry.

"Gimana nih?" Ucap Shaka takut.

Flash itu semakin mendekat dan satu tepukan bertengger di bahu Shaka, Shaka yang gugup pun terpaksa menoleh.

"Kalian mau kemana?" Tanya Kanaya.

Ya bocil resek yang kerjaan nya tantrum itu ternyata memergoki Shaka dan Bry yang akan kabur memanjat pohon mangga, Shaka lantas menghela nafas lega meski jantung nya hampir pindah ke lambung.

"Astaga Kanaya! lo ngapain jam segini belum tidur?" Tanya Shaka dengan nada sedikit keras.

"Matiin flash nya cil." Perintah Bry.

Kanaya lantas mematikan flash hpnya tersebut,"Gue sengaja ngikutin kalian, kalian mau balapan kan. Gue ikut." Rengek Kanaya.

"Enggak!" Serempah Shaka dan Bry menolak.

Kanaya mencebikkan bibirnya,"Ish... Ikut sih, gur janji enggak bakal bilang bunda." Rayu Kanaya.

Kanaya sangat ingin sekali melihat balapan motor secara live, karena selama ini Kanaya hanya bisa mendengar cerita dari teman-temannya tentang keseruan menonton balapan secara live.

"Enggak Naya, lo perempuan enggak baik keluar malam-malam. Mending lo sekarang masuk terus tidur " Tolak Shaka.

Shaka tidak akan membiarkan Kanaya mengikuti nya, dirinya sangat paham bagaimana berbahayanya di arena balapan.

"Bang Bry, gue ikut. Ya?" Kali ini dirinya merengek pada Bry.

"Enggak boleh, yang di bilang Shaka itu benar. Mending lo tidur jangan begadang enggal baik buat pertumbuhan lo Cil." Ucap Bry, dirinya juga tak mengizinkan Kanaya ikut karena pemikiran nya sama dengan Shaka. Disana sangat berbahaya.

"Oke, kalau enggak ijinin gue ikut. Gue bakal kekamar bunda terus laporin kalian berdua, biar nanti kalian di kurung di ka dang macan nya kakek." Ancam Kanaya.

Kanaya tampak tersenyum dikala melihat wajah Shaka dan Bry yang terlihat ketakutan.

"Oke, gue bakal bangunin bunda." Kanaya beranjak pergi.

Shaka menarik tangan Kana, bisa bahaya kalau bundanya tahu dirinya akan kelayapan malam-malam.

"Ya udah ikut, tapi disana jangan aneh-aneh. Diem aja di pos." Ucap Shaka memperingati.

"Beres bos." Kanaya mengangkat jadi telunjuk yang di satukan dengan ibu jari, tanda setuju.

Shaka membantu Kanaya untuk memanjat pohon mangga, untung saja Kanaya memakai jins panjang jadi tidak susah untuk Kanaya memanjat pohon.

"Udah bang." Tanya Shaka.

Bry mengangguk,"Kalian naik apa?"

"Gue di jemput Malik dan Edgar, udah ada di ujung gang. Abang naik apa?" Tanya Shaka.

"Dijemput Baim, Vino udah di arena buat siap-siap." Jelas Bry.

Shaka menatap ke arah Kanaya,"Kamu ikut Bang Bry sama banh Baik. Ya?" Tanya Shaka tanpa meminta persetujuan Bry.

"Kok gitu?" Tanya Kanaya curiga,"lo mau sama cewek-cewek ya?" Tuduh Kanaya dengan mata memicing.

"Cewek-cewek gundul mu! Gue sama yang lain naik motor ini udah malam dingin, mending lo ikut bang Bry yang naik mobil." Jelas Shaka, dia tidak terima di fitnah main cewek.

"Ohh, Gue kira." Kanaya lantas mengapit lengan Bry,"Yuk bang." Ajaknya.

Shaka menggeram tak suka,"Enggak usah peluk-peluk, jalan biasa aja." Shaka memisahkan. Bry dari Kananya, hingga akhir nya Shaka menggandeng Kanaya sampai masuk ke mobil Baik.

"Posesif sekali anak ini." Batin Bry.

Shaka melirik kearah Baim yang sedang menatapnya heran kenapa juga ada Kanaya si bocil tantrum.

"Nitip bang, kalau enggak di ajak nanti tantrum bahaya." Ucapnya.

"Olah cil, udah malem bukan nya bobo malah ngintilin para abangnya mau balapan." Ucap Baim.

"Emang kenapa? Engak boleh." Sungut Kanaya dengan galak.

"Udah Im, jangan bikin gara-gara sama Kanaya. Sebaiknya kita kearena balapan." Perintah Bry setelah masuk kedalam mobil dan Shaka yang sudah menjauhi mobil dan berjalan menuju teman-temannya.

"Shaka bakal ikutin dari belakang." Ucap Bry, yang mendapatkan anggukan dari Baim.

Mereka memakan waktu selama satu jam untuk ke arena balapan, disana sudah banyak orang yang berkumpul. Arena itu memang sudah menjadi langganan untuk balapan.

"Wah... Rame baget." Ucap Kanaya takjub.

"Norak lo Cil." Sindir Baim.

"Lo dari tadi cari gara-gara sama gue bang, lo ada dendam apa sama gue?" Tanya Kanaya.

"Elah bercanda cil, udah ayuk ke pos." Baik menggandeng tangan Kanaya karena takut Kanaya tertinggal dan akhirnya hilang bisa di amuk Shaka dan Bry nanti.

"Nah Cil, lo tunggu disini jangan kemana-mana. Gue susulin Vino dulu." Ucap Baim.

"Oke..." Kanaya duduk di salah satu bangku yang tersedia.

Dari pos memang sangat terlihat jelas rute balapannya, jadi dirinya tak usah berdesakan untuk menonton pertandingan balapan.

Tak lama datanglah Malik dan Edgar dengan membawa satu kresek besar berisi jajanan kesukaan Kanaya.

"Nih jajan, dari Shaka biar enggak rewel." Ucap Malik.

Kanaya berbinar melihat semua jajanan yang dia suka,"Ahhh terharu... Makasih." Kanaya menoleh mencari keberadaan Shaka namun tak menemukan nya.

"Shaka mana?" Tanya Kanaya.

Malik dan Edgar saling pandang, mereka bingung mengatakan nya karena Shaka melarang mereka untuk memberi tahu Kanaya. Bahwa Shaka datang bukan untuk melihat balapan, tetapi menjadi peserta balapan.

"Emm... Lagi di toilet, nanti kesini kok." Ucap Edgar dengan jangung berdegub, bahaya sekali posisinya.

"Beneran?" Selidik Kanaya.

"Bener kok Nay, Shaka lagi di toilet mules katanya." Kali ini Malik yang menjawab.

"Ya... Udah, Awas kalau kalian bohong." Kanaya mengacungkan kepalan tangan nya ke arah Malik dan Edgar, sontak saja membuat Malik dan Edgar mundur selangkah.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!