Ep.18

Rania dan para sahabatnya sedang berada di kantin rumah sakit, mereka sedang membeli makan siang dan beberapa cemilan karena di ruangan Kanaya sedang ada teman-teman Kanaya.

"Aurel kemana sih? Dia kok ngilang, gue berasa dia lagi menjauh dari kita." Ucap Diandra, gadis itu sudah beberapa kali menghubungi Aurel tapi tidak pernah berhasil.

Kimberly menjentikan tangannya,"Nah baru gue inget, dua hari lalu gue liat Aurel di sebuah hotel. Dia seperti sedang ada janji dengan orang. Tapi gue enggak tahu siapa." Ucapnya.

"Kalau gue ingat-ingat dia mulai menjauh, pas gue ketusuk waktu itu. Apa gue ada salah sama dia?" Tanya Rania, dirinya mengingat saat terakhir Aurel berinteraksi dengan dirinya.

"Bukannya waktu itu lo mau ketemu Aurel pas hari kejadian?" Tanya Dea yang mengingat perkataan Rania sebelum pergi menjemput Aurel.

Rania mengangguk,"Iya benar, waktu itu Aurel ngajak gue belanja secara tiba-tiba dan gue enggak tahu apa yang mau dia beli soalnya pas gue tanya dia kayak lagi nyari-nyari jawaban. Kalian tahukan gimana gelagat Aurel kalau pas mau bohong, tapi waktu itu Bry menghubungi gue buat minta di jemput karena ternyata ujian nya selesai lebih cepat. Dan otomatis gue dan Aurel gak jadi ketemuan." Terang Rania.

"Iya dia juga waktu itu agak aneh, pas kita dapat kabar dari Sagara kalau Rania hilang. Aurel itu biasa aja kayak udah tahu kalau Rania memang hilang, tapi aku enggak mau curiga lahi pula Aurel dan Zahrakan tidak saling kenal." Ucap Diandra, dirinya mengingat kejadian itu dan merasa sedikit kecewa dengan sikap Aurel yang maslah santai saja mendengan Rania hilang.

"Tapi mungkin itu perasaan lo aja Ndra, mungkin memang Aurel sedang sibuk saja." Ucap Rania meng akhiri obrolannya tentang Aurel, Aurel mungkin memang sedang sibuk saja.

Ke empat wanita itu pergi dari kantin dan berjalan kembali ke ruang rawat Kanaya, meski ke empatnya memang memikirkan keanehan Aurel mereka juga tak mau berpikir buruk terua karena Aurel sahabat mereka meski mereka mengenal nya tak terlalu lama.

Aurel bertemu Rania dan teman-temannya ketika ada di bangku kuliah, sementara Kimberly, Diandra dan Dea memang sudah bersahabat sejak SMA mereka satu sekolah.

Waktu itu Aurel mengaku baru kembali dari paris karena orangtuanya memang bekerja disana, selama mengenal Aurel Rania dan yang lainnya tidak pernah bertemu orangtua Aurel atau bahkan berkunjung kerumah utama Aurel mereka hanya kerap mampir ke apartemen Aurel.

Jadi Rania dan yang lainnya tidak tahu pasti seperti apa orangtua Aurel itu, tetapi Rania dan yang lain tidak pernah mempermasalahkan itu karena mereka pikir itu adalah privasi Aurel.

******

"Cil, lu ngapain sih ikutan liat balapan?" Tanya Satria yang baru saja sampai, dia baru pulang dari kalimantan karena menjenguk kakek dari mamanya yang sedang sakit.

Satria ini tipikal anak yang diam dan cuek, tetapi jika dengan para sahabat nya dia mendadak jadi anak yang cerewet dan menyebalkan.

"Gue kan pengen liat balapan seperti temen-temen gue, gue juga pengen lah sekali-kali keluar malam." Ucapnya dengan raut wajah sedih, Kanaya memang sangat di jaga ketat oleh kedua orangtuanya lantaran di adalah anak tunggal.

"Sepengen itu lo keluar malam?" Tanya Vino.

Kanya mengangguk,"Iya, karena gue anak tunggal. Mami dan papi enggak izinin gue keluar malam, paling jam sepuluh harus dirumah itu pun harus sama Shaka." Ucap Kanaya.

"Itu buat kebaikan kamu Cil..." Kali ini Baik ikut nimbrung setelah menyelesaikan game ya.

Tak lama masuklah Rania dan para dayang-dayangnya, mereka membawa beberapa kantong keresek yang berisi berbagai makanan dan minum untuk teman-teman Bry.

Sementara Shaka masih berada di sekolah karena dia ada tambahan les, Shaka sebentar lagi akan mengikuti ujian kelulusan dan anak tengil itu akan sangat sibuk.

"Kanaya makan dulu, setelah itu minum obat." Rania meletakan sebuah kantung plastik di atas nakas, itu adalah menu makam siang Kanaya.

"Bun, Shaka belum pulang?" Tanya Kania sambil melirik apa yang sedang Rania lakukan.

"Sebentar lagi." Ucap Rania yang sedang sibuk menyiapkan makan siang Kanaya.

Kanaya menghela nafasnya kasar, dia rindu dengan teman tengilnya itu. Satria yang memergoki wajah kecewa Kanaya pun dengan iseng menghoda Kanaya.

"Ada yang kangen nih..." Ucap Satria dengan melirik ke arah Kanaya.

Vino, Baim dan Bry pun paham dengan sindiran Satria.

"Sabar Cil, setengah kam lagi kok pangeran Shaka pulang." Ucap Baim dengan kekehan.

Kanaya yang di ledek pun merasa malu,"Apaan sih bang Bim!" Ucap Kanaya dengan sewotnya.

"Tante, ada yang kangen anak bujang nya nih." Seloroh Vino.

Kanaya yang terus digoda semakin memerah merona wajahnya, dia tidak tahu sejak kapan menyukai Shaka padahal selama ini dia menganggap jika Shaka hanya teman masa kecilnya. Tetapi dia selalu saja kesal jika Shaka didekati oleh gadis lain seusianya atau teman sekolahnya.

Pucuk di cinta ulam pun tiba, Shaka baru saja datang dengan di ikuti oleh Malik dan Edgar. Ketiga anak remaja itu datang dengan wajah kusut dan bau mata hari.

"Panjang umur, pangeran nya datang nih..." Goda Baim.

"Elah, sumringah langsungan." Kali ini Satria yang menyahut.

Semua orang hanya bisa tersenyum melihat bagaimana teman-teman Bry gencar sekali menghoda Kanaya, Sementara Shaka hanya menatap bingung apa yang di maksut Bain dan Satria.

"Sudah jangan di godain anak gandis tante, kasihan mukanya udah kayak kepiting rebus." Ucap Rania dengan tawa dibibir.

"Bundaa... Jangan diledekin."Protes Kanaya yang semakin malu, apa benar wajahnya memerah?

"Ada apa sih bang?" Tanya Shaka kepada Bry.

"Bocil lu tantrum katanya rindu sama pangeran nya." Ucap Bry lirih.

Bry melirik Shaka dan benar saja raut wajah Shaka nampak masam, seteleh berhasil membuat perasaan Shaka berantakan. Bry mengajak para sahabatnya untuk pamit pulang.

Di lorong rumah sakit, Baim terheran melihat Bry yang sedari tadi senyum senyum sendiri. Apa jangan-jangan sahabatnya itu kerasukan, sontak saja Baim bergidik ngeri.

"Lo kenapa?" Tanya Vino.

"Liat noh boss lu, dari tadi senyum-senyum kan gue jadi merinding. Jangan-jangan dia ketempelan." Ucap baim.

"Ehh, iya tumbenan si bos senyum-senyum." Gumam Vino nampak heran, ini pertama kali mereka melihat Bry yang nampak ceria.

"Gue enggak kerasukan, cuma lucu aja. Abis ngerjain Shaka, pasti tuh anak sekarang tantrum perasaan nya." Bry menepis praduga Baim yang menyebutnya kerasukan.

"Ohh, emang lo ngapain?" Tanya Baim penasaran.

Satria yang tadi tak tertarik dengan obrolan temannya, kini pun juga mencuri dengar.

"Gue bilang ke Shaka kalau Kanaya lagi kangen pangerannya, tapi gue enggak sebut namanya siapa." Ucap Bry kemudian di susul tawa membayangkan wajah Shaka yang tengil itu menjadi masam karena cemburu.

"Wah! Gila lo Bry, jelaa tuh bocah tengil bakal cemburu gila." Sahut Satria tiba-tiba.

Satria dan Bry pun kemudian tertawa bersama, ini adalah momen langka menurut Vino dan Baim melihat kedua sahabatnya tertawa lepas.

"Gue seneng Bry, sekarang lo bisa tertawa lepas. Gue beruntuk lo kenal sama tante Rania dan Shaka mereka membawa dampak baik buat hidup lo." Ucap Baim senang, dirinya tahu sepahit apa masa kecil Bry.

"Dan lo Sat, gue juga seneng. Lo bisa bercanda dan enggak sedingin kulkas lagi, pertahan bro." Ucap Vino menepuk pundak Satria.

Bry dan Satria kemudian tersadar dan kembali memasang wajah dinginnya.

"Lah malah kembali kesetelan pabrik." Baim menepuk jidatnya.

"Temen lo noh, aneh." Vino menggeleng melihat tingkah laku kedua sahabatnya.

Terpopuler

Comments

Reni Anjarwani

Reni Anjarwani

doubel up thor

2024-11-02

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!