Eps.02

Rania memanggil dokter kerumahnya karena tak memungkinkan untuk membawa anak lelaki yang dia temukan di jalan tadi ke rumah sakit, menurutnya akan lebih efisien jika dia memanggil dokter kerumahnya.

"Shaka, sekarang kamu ganti baju lalu makan." perintah Rania kepada putranya.

"Oke, ibunda ratu." Tanpa bantahan Shaka beranjak pergi kekamar mandi kemudian mengganti pakaian sekolahnya dengan pakaian rumah.

Tak selang berapa lama dokter datang dan memeriksa anak lelaki yang masih tak sadarkan diri dengan banyak luka lebam di sekujur tubuhnya.

"Bu Rania, saya resepkan obat nanti ibu bisa tebus di apotik. Sepertinya tak ada cidera serius hanya lebam saja." Dokter memberi selembar kertas yang berisi daftar obat untuk anak lelaki itu.

"Baik dok, terimakasih sudah memeriksa anak saya." Ucap Rania.

Tak ada yang menyadari bahwa anak lelaki itu sudah sadar hanya saja dia lebih memilih untuk memejamkan matanya, semua percakapan dokter dan Rania dia juga mendengarnya bahkan semua omelan Rania pada Shaka dia juga mendengarnya tapi dia memilih untuk tidur.

"Shaka, bunda mau tebus obat. Jaga kakak didalam." Perintah Rania kepada Shaka yang langsung di angguki oleh Shaka.

Setelah selesai makan siang, Shaka kembali kekamarnya dia memainkan handphonenya dengan tenang dan menunggu anak lelaki itu sadar.

Anak lelaki itu mulai membuka mata melihat sekelilingnya, dia mengerjap dan berusaha untuk duduk.

"Udah sadar bang?" Tanya Shaka.

Anak lelaki itu diam mematung menatap Shaka dengan cengok, dia tahu Shaka anak SMP yang suka melakukan tawuran seperti dirinya. Tapi tak dia sangka Shaka di dalam rumah seperti bocil pada umumnya. Bagaimana dia tak kaget melihat Shaka menggunakan piama tidur bergambar spongebob dengan mulut penuh permen lolipop.

"Uuhhuukk.."

Bahkan dia sampai tersedah ludahnya sendiri.

"Minum bang." Shaka menyodorkan segelas air putih, lalu kemudian duduk di pinggir ranjang.

"Bang Bry habis tawuran?" Tanya Shaka.

Bry yang ditanya hanya menggeleng, anak lelaki itu membuka seragam sekolahnya dan membuangnya asal.

"Sepertinya mereka dari Galaxy, gue lihat ada yang pakai kalung simbol Galaxy." Bry menyentuh luka di pelipis dan sudut bibirnya.

"Galaxy memang pengecut bang, kemarin juga gue di hadang tapi beruntung gue bisa kabur." Ucap Shaka, anak lelaki itu mengecap berulang permen lolipop di tangan nya.

"Shaka, gue boleh pinjem baju enggak. Baju gue lengket banget." Ucap Bry.

Shaka mengangguk kemudian berjalan menuju lemari pakaian nya, dan memberika satu set baju piyama berwarna biru laut dengan gambar kartun korea.

"Gak ada baju lain apa?" Protes Bry, dirinya enggak memakai baju itu. Agak lucu enggak sih ketua geng tapi harus memakai baju piyama gambar kartun.

"Inilah nasip gue bang, jadi anak lelaki satu-satunya harus jadi korban ke egoisan bunda. Satu lemari baju piyama kartun semua." Ucap Shaka kesal, masih ingat bagaiman dirinya dipaksa sang bunda untuk memakai piyama kartun dari berbagai jenis kartun.

"Iya gue paham, yang sabar. Ya..." Ucapa Bry menenangkan Shaka, dan dengan terpaksa Bry memakai piyama dengan motif kartun korea itu.

"Ini kalau Daddy tahu apa enggak ketawa sampai terjungkal." Gumam Bry saat dirinya melihat pantulan tubuhnya di depan cermin.

Tak berapa lama Rania sudah kembali dengan beberapa tas belanja dan obat yang di resepkan dokter untuk dia tebus tadi.

"Shaka, nak dimana kamu?"

Rania berjalan menuju kamar sang putra tapi tak ada siapa-siapa disana begitu juga anak lelaki yang dia tolong tadi, Rania kembali memeriksa semua ruangan di rumahnya tapi nihil kedua anak lelaki itu tak ada dirumah. Saat melintasi dapur tak sengaja pandangan nya menangkap kedua anak lelaki yang tak tahu bagaiman bisa tertidur di ayunan ditaman belakang rumahnya.

"Pantas aja enggak ada yang jawab, pada tidur di bawah pohon." Gumam Raina.

Di belakang rumah Raina terdapat taman kecil dengan pepohonan rindang dan kolam ikan milik Shaka, di bawah pohon ada ayunan yang cukup besar bisa menampung dua orang.

Rania berjalan menghampiri dua anak lelaki yang tengah tertidur lelap, Raina nampak terkejut dengan apa yang dipakai oleh anak lelaki yang dia tolong sudut bibir Rania terangkat membentuk senyuman memandang wajah teduh mereka.

"Shaka, nak bangun." Rania mengusap wajah sang putra dengan lembut.

"Kenapa bunda?" Ucap Shaka dengan suara lesu.

"Coba bangunkan kakaknya, dia harus minum obat nak." Rania meminta agar Shaka membangun kan anak lelaki di samping Shaka.

"Bang, bangun bang."

Shaka menoel lengan Bry dengan pelan dan sedikit menguncangnya sampai Bry membuka matanya perlahan, pertama yang dilihat Bry adalah wajah teduh Rania wanita itu tersenyum lembut kepada Bry.

"Bangun dulu, tante sudah belikan obat. Kamu makan dulu lalu minum obat dan lanjut istirahat."

Rania dan Shaka bersama membawa Bry masuk dan duduk di ruang makan, Rania dengan telaten mengambilkan nasi dan lauk pauk untu Bry sedang Shaka hanya diam duduk di samping Bry dengan memainkan ponselnya.

"Dimakan dulu, kalau ada yang tidak kamu suka bilang saja. Nanti tante buatkan lauk yang lain."

Bry menatap piring di hadapannya, ada nasi dan ayam goreng serta oseng kangkung. Selama ini dia tidak pernah makan masakan rumah dia hanya makan makanan siap saji kecuali saat dia berada di rumah kakek dan neneknya di jogja.

"Tidak tante, ini sudah cukup."

Bry mulai makan makanannya dengan di temani Rania dan Shaka, sungguh susana yang tak pernah di rasakan oleh Bry. Selama ini dia selalu makan sendiri karena Daddy nya yang selalu sibuk di kantor. Setelah makan bahkan Rania menyiapkan obat untuk diminum Bry dan bahkan setelah itu Rania menemaninya tidur sampai benar-benar tidur barulah Rania keluar dari kamar sang putra.

"Shaka, bunda ke cafe dulu. Jaga abangnya jangan main kamu."

Rania bersiap pergi karena dia harus memberikan gaji untuk karyawannya, hari ini sudah waktunya gajian.

"Oke bunda, kalau pulang bawakan permen loli."

Rania hanya menggeleng mendengar permintaan sang anak, anak lelakinya sangat suka sekali memakan permen lolipop.

*

*

*

*

*

Sementara di kediaman Jayden sedang riuh karena anak semata wayang nya belum juga di temukan, tak bisa dilacak karena handphone sang anak mati bahkan seluruh pencarian tak membuahkan hasil sama sekali ini membuat Jayden semakin marah dengan cara kerja anak buahnya.

"Sabar Jay, kita masih usaha." Sean berusaha memberi pengertian kepada duda anak satu itu, tahu sekali sifat kejam Jayden jika sudah tak sabaran semua serba mau di habisi.

"Ketemu!" Teriak Zain, lelaki itu mengangkat kedua tangannya meregangkan bahunya yang terasa kaku karena sudah lima jam menatap layar laptop.

Semua yang mendengar merasa lega setidaknya ada titik terang dimana keberadaan anak sang Tuan nya, jika tidak celaka sudah nasip mereka di tangan Tuan Jayden.

"Tapi..."

Semua menatap penasaran kearah Zain dengan pikiran mereka masing-masing.

"Tapi, apa?" Sahut Jayden dengan tak sabaran, dia sangat ingin segera menemukan anaknya dia juga sangat takut jika dugaan nya benar. Dugaan nya terhadap Zahra yang mau menemui Bry.

"Aku baru saja menemukan GPS Bry hidup, mungkin dia baru saja menghidupkan kembali handphone nya. Dia tak berada jauh dari komplek perumahan ini." Jelas Zain.

Kini lelaki itu sibuk kembali mengotak atikan laptopnya, dan tak lama menemuka alamat rumah yang di tinjukan GPS Bry.

"Bagaiman jika itu memang rumah Zahra." Kali ini Sagara mengeluarkan pendapatnya, menurutnya mereka harus mewaspadai dengan adanya ancaman dari Zahra. Wanita gila itulah julukan Sagara kepada Zahra.

"Kita atur siasat saja, jangan sampai Zahra mencium keberadaan kita. Kita bisa berpencar mengepung rumah itu." Ucap Alvin menggebu, pria ini nampaknya tak sabar ingin baku hantam.

Mendengar usulan Alvian yang memang dahulunya mantan panglima tempur saat mereka masih berada di era anak geng, Jayden setuju dan tak membantah usulan Alvian.

"Jadi Aku dan Sagara akan memeriksa di belakang area rumah itu, lalu Sean dan anak buahnya bisa memeriksa dari kiri rumah dan Zain kamu bisa dari sisi kanan bersama dengan anak buah mu sementara Jayden kamu harus jadi tumbal datang dari pintu depan sendiri karena aku yakin yang dimau Zahra adalah kedatangan mu sendiri." Alvian menatap satu persatu temannya.

Usul dari Alvian cukup menarik dann tertata rapih, dia tak masalah jika harus datang sendiri karena ilmu bela dirinya juga tak bisa di ragukan.

"Baiklah, kita jalan sekarang dan ingat sebisa mungkin jangan menimbulkan keributan agar mereka tak menyadari kehadiran kalian."

Setelah sepakat dengan semua rencana Alvian, mereka pun pergi dengan mengendarai kendaraan mereka dan mulai berpencar. Ini bukan pertama kalinya mereka melakukan aksi seperti ini karena sebelum nya Bry juga pernah di culik oleh musuh Jayden yang mengincar kedudukan nya.

Sedangkan di rumah Rania dua anak lelaki itu tengah menikmati dinginya es krim yang baru di pesan oleh Shaka secara online.

"Bang mau ikut enggak, gue mau ke cafe bunda biasanya jam segini bunda sama teman-temannya lagi latihan karate " Shaka sudah bersiap bahkan sudah mengenakan hoodie berwarna hitam entah kapan anak itu mulai berganti pakaian.

"Karate?" Bry nampak tak percaya wanita selembut Rania belajar karate.

"Iya, kalau ikut bajunya udah gue siapin di kamar. Lo tinggal ganti enggak usah mandi." Kemudian Shaka berjalan kedepan memanasi motor sportnya, dia memang boleh menggunakan motor tapi karena belum ada SIM dan masih SMP dia tidak di bolehkan berkeliaran bebas dengan motornya.

Tak berapa lama Bry pun sudah siap dengan baju Shaka yang rasanya pas di tubuh Bry, anak lelaki itu berjalan menuju motornya dan sedikit memeriksa apakah kejadian tadi membuat motornya bermasalah.

"Tenang bang udah gue periksa, enggak ada masalah tadi pas lo tidur gue juga udah manggil tukang bengkel langganan gue." Jelas Shaka.

"Oke, Thanks." Jawab Bry singkat.

Kedua anak lelaki dengan penampilan yang sama tampan dan rupawan itu sama-sama menghidupkan motor sport mereka dan berjalan saling beriringan dijalan.

tak harus menghabiskan waktu lama kedua remaja beda usia itu telah sampai di parkiran cafe milik Rania.

"Den Shaka, mau ketemu bu Rania?" Sapa karyawan di cafe milik Rania.

"Iya mba, bunda dimana?" Tanya Shaka, anak itu sepintas melihat sekeliling cafe ternyata sore pun cafe bundanya sudah ramai.

"Ada di belakang den sama temannya sedang latihan karate." Jelas sang karyawan.

"Oke mba, saya kesana. Tolong buatin dua es jeruk sama camilan mba buat saya dan abang saya." Ucap Shaka.

Setelah mengatakan pesanannya, Shaka dan Bry berjalan menuju taman belakang cafe. Taman itu adalah taman privasi milik sang bunda dan para sahabatnya. Karena memang Rania sering berkumpul bersama sahabatnya di sana untuk membicarakan masalah pribadi atau masalah bisnis.

Bughh...

Bughh...

Bughh...

Suara pukulan yang di layangkan Rania kepada sang pelatih, Bry sangat terkesima melihat aksi dari Rania dirinya benar-benar tak percaya jika wanita yang sangat lembut mengurusnya tadi menyukai bela diri.

"Bunda!" Teriak Shaka.

Teriakan Shaka sukses membuat Rania terkena pukulan dari sang pelatih karena tak fokus, akibatnya lebam di ujung bibirnya tak bisa terelakkan.

"Fokus Rania, jangan sampai musuh menemukan cela dari pertahan diri mu." Ucap sang pelatih.

"Iya." Ucapnya kesal, gara-gara anak semata wayangnya dia mendapat lebam di sudut bibirnya.

Latihan pun telah usai sang pelatih pamit undur diri, kini Rania menghampiri sang anak yang sudah bercengkrama bersama para sahabatnya.

"Bunda gak apa-apa?" Tanya polos Shaka tanpa dosa, padahal luka Rania didapat dari Shaka.

"Shaka, kamu memang pantas jadi anak Rania. Suka sekali menampilkan wajah tanpa dosa." Ucap Dea sahabat Rania sejak SMP.

"Kenapa sih tan, aku kan gak sengaja manggil bunda." Kini Shaka memasang wajah sedih.

"Udah jangan banyak derama." Ucap Rania yang membuat Shaka cekikikan.

Sementara Bry hanya bisa menatap kelakuan Shaka dan Rania dengan heran, apa benar meraka ibu dan anak.

"Shaka, ini siapa?" Tanya Aurel penasaran dengan sosok anak laki-laki yang di bawa Shaka, karena Aurel tahu semua teman Shaka.

"Ini tante, bang Bry namanya dia tadi habis ditemuin bunda di jalan." Ucapa Shaka, anak itu mulai menyesap es jeruk yang dia pesan.

"Kasian sekali kamu, kok bisa kamu dipikuli. Kamu kenal sama orangnya, sini biar tante hajar balik mereka." Ucap Diandra menggebu, wanita ini memang selalu siap membela yang lemah.

"Tidak usah tan, aku tidak apa-apa." Ucap Bry dengan wajah dinginnya.

"Ohh iya sampai lupa, Bry kenalin semua ini teman tante. Yang ini namanya Aurel, Diandra, Dea dan ada yang satu namanya Kimberly panggil saja Kim dia tidak bisa datang karena harus latihan menembak." Jelas Rania.

Tampak terkejut di wajah Bry, sebenarnya circle macam apa yang di masuki oleh bundanya Shaka ini kenapa mereka ini perempuan pemberani semua.

Shaka yang menyadari keterkejutan di wajah Bry pun membisikan sesuati,"jangan heran bunda memang suka dengan action. Bunda berlatih karate, menembak, berpedang bahkan memanah." Jelas Shaka dan membuat rasa kagum Bry terhadap Rania semakin besar.

Bry hanya menganggukkan kepalanya lalu kemudian diam tenggelam dalam pikirannya sendiri.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!