Mobil silver itu telah terparkir dengan rapi didalam garasi besar rumah keluarga Boltom itu. Seorang wanita didalam mobil tampak menghela napas untuk kesekian kalinya, ia menyenderkan tubuhnya pada jok mobil, berusaha mengumpulkan segala kekuatan yang ia punya. Ia takut, ia sangat takut terhadap semuanya yang akan dilakukannya mulai saat ini. Takut hanya untuk sekedar membuka pintu mobil, takut untuk masuk kedalam rumah yang jelas-jelas adalah rumahnya dan yang paling ditakutkan adalah bertemu dengan pria tinggi yang notabene adalah suaminya.
“Hhh..”
Ia kembali menghela napas dan dengan segenap keberanian ia mulai membuka pintu. Dengan langkah yang sangat hati-hati ia mulai turun dari mobil dan melangkah pelan menuju pintu besar rumah dengan cat putih itu. Ia mulai membuka kenop pintu dan melihat sekeliling rumah. Pandangannya langsung terfokus pada seorang pria yang sedang tertidur lelap diatas sofa.
Pandangan wanita itu melembut, dengan langkah pelan ia mulai mendekat kepada pria yang tengah tertidur. Perasaan bersalah menyelimutinya. Ia dapat memandang dengan jelas wajah karismatik yang dimiliki pria itu, pria yang masih dengan lengkap menggunakan pakaian kantor, serta ponselnya yang masih berada dalam genggamannya.
Secara tiba-tiba wanita itu mencari sesuatu kedalam tas tangan yang dibawanya. Ia melupakan ponselnya dan itu tandanya pasti masih diapartemen Mike. Kesalahan yang sangat fatal. Tenang, tenang, ia tidak boleh panik. Ia hanya tinggal bilang ponselnya dicuri atau terjatuh, bukan? Dan masalahnya akan selesai, tapi apa benar akan selesai?
“Jessica.”
Wanita itu yang merasa terpanggil melihat pada sumber suara. Namun ia harus tersentak kala seseorang memeluknya dengan sangat erat. Jessica terdiam, dihadapannya kali ini terdapat Matt yang memeluknya dengan sangat erat, bahkan ia merasakan perutnya sedikit sakit karena tertekan tubuh Matt, dengan sekuat tenaga Jessica melepaskan pelukan Matt dan mendapat tatapan bingung dari Matt.
“Kemana saja kau? Aku sangat mengkhawatirkanmu Jess.”
Pandangan Jessica melembut, ia benar-benar sangat bersalah. Matt begitu mencintainya, tapi dengan tega ia mengkhianati cinta Matt. Jessica hanya dapat menunduk, perlahan air matanya keluar. Seolah dadanya sudah tidak dapat menahan rasa sakit yang lebih lama. Dadanya terasa sangat sakit, seolah ada seseorang yang meninjunya dengan keras yang membuatnya meringis.
Matt tersentak saat melihat isakan dari istri tercintanya itu. Matt memeluk Jessica dengan sangat erat, seolah bahu kokohnya itu memang diciptakan untuk memeluk tubuh mungil Jessica. Rasa penasaran yang amat besar ditahan oleh Matt, Jessica membutuhkan ketenangan sejenak dan ia bisa bertanya nanti. Saat melihat Jessica yang begitu berantakan, ia sangat tahu ada yang tidak beres dengan 'gadisnya' itu.
_____
“Akh!”
Jessica meringis saat tidak sengaja lengannya tergores pisau yang sedang ia gunakan memotong sayuran dihadapannya. Ia berniat membuat salad sayur untuk keduanya. Ditambah selai untuk roti yang sudah dibuatnya sendiri sudah tersedia. Ia tahu, Matt kurang suka dengan selai toples yang sudah jadi. Baginya, selai itu sangat manis. Makanya, ia telah membuat selai sendiri.
“Kau harusnya hati-hati.”
Dengan cepat Matt melihat tangannya. Dengan telaten, Matt membersihkan darah menggunakan air dan juga memberikan plester untuk tangannya. Jessica tersenyum melihat reaksi Matt, mengapa ia masih berselingkuh jika memiliki suami sebaik Matt? Perasaan bersalah kembali menghinggapi pikirannya.
“Kau tidak kerja?”
Jessica menjauhkan tangannya dari genggaman Matt, ia takut kembali menangis dan membuat Matt curiga. Ia kembali memotong beberapa sayuran, berusaha terlihat biasa dengan menyibukkan diri. Namun Matt malah memeluknya dan menyandarkan kepalanya pada bahunya yang tertutupi kaos berlengan pendek berwarna putih.
“Aku masih begitu merindukanmu. Kau belum cerita, kemana saja kau kemarin? Kau tidak memberi kabar padaku.”
Ada nada merajuk dibalik ucapan Matt. Jessica hanya dapat tersenyum dengan masih memotong beberapa sayuran. Namun semakin lama, dadanya semakin sesak. Air mata itu seolah memaksa untuk keluar walaupun sebisa mungkin ia sudah berusaha untuk menahannya. Apa ia meminta cerai saja dari Matt sebelum semuanya ketahuan? Sebelum Mike memberi tahu, karena cepat atau lambat Mike pasti akan berbuat nekat. Tapi bagaimana dengan ayahnya, Tuan Villegas. Pria paruh baya yang sangat keras kepala, ia pasti akan dipukuli oleh pria itu jika meminta cerai dengan Matt. Terlebih karena perusahaan Matt lah, perusahaan keluarga Villegas kembali berjaya.
“Hei, kau menangis lagi. Ada apa? Kau membuatku khawatir.”
Matt membalikkan tubuh Jessica. Ia menatap dengan saksama wajah murung Jessica yang menunduk. Ia melihat dengan jelas bibir bawah Jessica sedikit bengkak. Apa Jessica.. ah tidak, seharusnya ia tidak berpikir seperti itu.
“Su..suami Angelina berselingkuh darinya. Dan..dan aku..”
“Biar aku tebak, kau takut aku berselingkuh seperti yang dilakukan suami Angelina bukan? Hei ayolah My Jessie. Aku sangat mencintaimu, aku tidak akan pernah melakukan hal seperti itu.”
Jessica hanya dapat memeluk erat Matt dan menumpahkan tangisannya disana. Kaos yang dipakai Matt sudah basah karena air matanya. Ucapan Matt malah membuatnya semakin sedih dan juga bersalah.
“Jadi kau menangis karena masalah itu? Ingat Jessica, aku selalu ada untukmu dan tidak pernah meninggalkanmu. Jadi, berhentilah menangis oke?”
Matt melepaskan pelukan Jessica dan mengangkat wajah Jessica supaya memandangnya. Dengan lembut, Matt menghapus air mata Jessica yang sudah membasahi pipinya. Matt tersenyum memandang Jessica, merasa senang karena Jessica menangis karena takut kehilangannya. Seandainya Matt tahu Jessica menangis karena apa, mungkin ia tidak akan pernah tersenyum seperti saat ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments
Eva Susanti
ihh , goblok banget Jesica ....suaminya Baik mlah selingkuh . semangat Thor d tunggu lanjutannya
2019-08-19
2
Eka Cemot
is bener gomblok kamu Jes ada orang yang setia,sayang perhatian kamu hianatin 😡😠
2019-08-12
2