Matt kembali tersenyum memandang gadis berkaca mata yang lagi-lagi berada di dalam perpustakaan. Hatinya bergerak ingin menghampiri gadis itu dan menanyakan namanya. Namun ia terlalu takut, takut jika gadis itu tidak meresponnya. Karena ini memang kali pertama bagi dirinya merasakan hal ini.
“Hei Matt, hati-hati matamu akan keluar.” Matt menatap Lee kesal, sedangkan pria itu hanya menatapnya dengan meledek.
“Jika kau menyukainya, dekati dia. Susah sekali.”
Komentar Ragen, membuat kelima temannya menatapnya dengan tampang berbeda. Matt yang menatapnya dengan tampang frustasi, Timmy, Lee dan Carl yang menatapnya dengan senyuman lebar sedangkan Mike menatapnya dengan tatapan dingin.
“Ragen benar, dekati saja dia.” Ujar Carl yang sangat bersemangat dengan ide Ragen. Sedangkan Timmy dan Lee hanya mengangguk menyetujuinya.
“Apa kalian gila? Bisa saja penggemar Matt menyerang gadis itu.”
Ujaran sinis Mike mengundang tatapan heran dari kelima temannya. Mike yang ditatap seperti itu hanya mengalihkan pandangannya. Mike merutuki mulutnya sendiri, mengapa ia dapat berkomentar seperti itu. Diam adalah emas, itu prinsipnya. Tapi bagaimanapun ia takut akan terjadi apa-apa dengan ‘wanitanya’.
“Jika penggemar Matt menyerang gadis itu, Matt bisa menyelamatkannya bukan? Bukankah itu bisa membuat gadis itu tertarik?”
Tanya Timmy membuat ketiga temannya mengangguk setuju. Sedangkan Matt terlihat tersenyum cerah.
“Tunggu apa lagi? Dekati gadis itu.”
Desak Ragen dan mendorong Matt membuat pria tinggi itu berdiri. Matt menatap kelima temannya satu persatu. Ragen dengan tatapan penyemangat, Lee dengan senyuman manisnya, Carl dengan senyuman lebarnya, Timmy dengan senyuman dan ditambah lengannya yang mengepal memberi semangat dan terakhir, Mike yang terlihat tidak peduli dengan memandang entah kemana.
Matt menghembuskan napas pelan dan mulai melangkah menuju perpustakaan. Saat Matt melangkah, tidak sedikit murid yang memandang pria tinggi itu. Matt membuka pintu perpustakaan, dan melihat kesegala arah. Ia berharap gadis itu masih ada didalam perpustakaan.
Matanya tertuju pada gadis berkacamata yang terlihat serius membaca buku. Ia mulai melangkah mendekat dan menatap jendela perpustakaan. Disana ia dapat melihat keempat temannya yang sedang menatapnya cukup antusias.
Matt memiliki ide, dengan cepat ia mengambil sembarang buku dan duduk berhadapan dengan gadis itu. Matt tidak dapat melihat wajah gadis itu lebih leluasa karena buku yang dibacanya menghalangi wajah cantiknya.
Matt menghela napas pelan, jantungnya mulai berpacu. Liquid bening mulai menetes dipelipisnya. Ayolah Matthew Boltom, kau hanya perlu berbicara dengannya. Namun Matt mulai was-was, ia sangat yakin gadis yang berada didepannya ini adalah gadis yang kurang peduli terhadap lingkungan. Terbukti saat ia duduk berhadapan dengan gadis itu, gadis itu tidak bereaksi apapun.
Matt menutup bukunya dan memandang depan. Ia dapat melihat cover buku yang dibaca gadis itu. Novel berjudul Holding The Dream karya Nora Roberts. Matt cukup mengenali buku ini, karena dulu ibunya pernah memberinya buku ini namun ia tidak membacanya sama sekali.
“K..Kau menyukai buku-buku karya Nora Roberts?” Tanya Matt hati-hati. Matt melihat gadis itu menurunkan sedikit bukunya sebatas mata. Matt dapat melihat mata mungilnya yang bening namun tertutupi oleh kacamata yang dipakainya.
“K..Kau bicara padaku?”
Suara gadis itu mengalun lembut ditelinga Matt, suara lembut yang mengandung nada takut dan gugup. Matt semakin gugup saat mata indah gadis dihadapannya ini menatap tepat pada manik matanya. Matt mengalihkan pandangannya, ia merasa jantungnya seakan ingin meledak saat bertatapan dengan mata gadis ini.
“Kau bicara padaku?” Ulang gadis itu. Matt semakin gugup, ia merutuki dirinya sendiri. Ia membuat dirinya bodoh dihadapan cinta pertamanya ini.
“Kurasa iya.” Jawab Matt singkat.
“Tidak, aku baru pertama kali membaca buku karya Nora Roberts.” Ujarnya dan kembali serius membaca bukunya, mengabaikan Matt yang masih gugup.
“Aku sering melihatmu membaca disini.”
“Ini perpustakaan, apa aku salah membaca disini?”
Skak mat! Mengapa gadis ini malah menyudutkannya? Ia hanya ingin bicara baik-baik dengannya. Namun semua tingkah gadis ini semakin membuat Matt tertarik oleh gadis berkacamata ini.
“Siapa pengarang yang kau sukai?”
“Sidney Sheldon.”
“Kau menyukai Sidney Sheldon?”
“Kau tahu Sidney Sheldon?”
Matt tersenyum senang kala melihat gadis ini bertanya dengan tatapan yang berbinar, gadis ini cukup tertarik dengan pembicaraan yang ia buat. Matt berasumsi jika gadis ini menyukai pengarang bernama Sidney Sheldon. Matt memang pernah mendengar pengarang bernama Sidney Sheldon dan jika tidak salah, Matt memiliki satu buku dirumahnya karya Sidney Sheldon.
“A..Aku memiliki satu buku karya Sidney Sheldon dirumah.”
“Benarkah?”
Tanya gadis itu masih dengan tatapan berbinar. Gadis ini semakin antusias, terbukti sekarang ia menutup bukunya dan memandang Matt dengan senyuman manisnya. Jantung Matt semakin berdetak kencang saat melihat senyuman manis gadis ini dengan jarak yang cukup dekat.
“Apa judul buku yang kau punya?”
Matt mulai gugup dengan pertanyaan yang di lontarkan oleh gadis berkacamata ini. Karena jujur, ia juga tidak tahu judul buku karya Sidney Sheldon apa yang ia punya. Ia kurang suka membaca buku, karena ia berpikir itu adalah hal yang membosankan. Tapi mungkin karena kejadian ini, ia lebih sering membaca buku, terutama karangan Sidney Sheldon.
“Buku apa saja yang pernah kau baca karya Sidney Sheldon?” Matt bertanya balik, berusaha menyelamatkan dirinya dari pertanyaan gadis dihadapannya ini yang masih menatapnya dengan tatapan berbinar.
“Tell Me Your Dreams, Windmills of the Gods, dan The Stars Shine Down.” Ujar gadis berkacamata itu dengan senyuman manisnya. Matt mengepalkan tangannya, berusaha menahan tangannya untuk tidak mencubit kedua pipi gadis didepannya ini.
Suara keras bel tanda selesai istirahat terdengar. Matt mendengus kasar, sedangkan gadis yang berada dihadapannya kini terlihat kecewa. Bahkan walaupun wajah kecewa, gadis ini tetap manis bagi Matt, bahkan benar benar manis.
“Kurasa, aku harus pergi.” Ujar gadis itu dan berdiri dengan membawa bukunya.
“Siapa namamu?”
Gadis itu bertanya membuat Matt membulatkan matanya. Gadis ini tidak tahu siapa dirinya? Benarkah? Apa gadis ini sedang bercanda? Apa memang dirinya yang belum cukup terkenal? Hei, bahkan Matt sangat yakin tukang kebun disekolahnya tahu siapa dirinya. Tapi gadis ini? Matt sedikit frustasi.
“Siapapun namamu, kuharap kita bisa kembali bertemu pria yang tinggi.”
Ujar gadis itu dengan senyuman manisnya dan setelah itu meninggalkan perpustakaan. Matt mematung ditempat. Entah bagaimana perasaannya kali ini. Jujur saja, ia sangat senang, bahkan sangat sangat senang. Namun ia juga merasa sedikit frustasi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments
Angely
jessy benar2 mengagumi pria tinggi yang tak laen adalah Matt suami nya sekarang tapi sayang nya jessy tak mengenali Matt, oMG
2020-07-11
0