Pertemuan

Bruk!

Tata terjatuh didepan warung bakso Pakde Darman, tidak di sangka Ayahnya telah menunggu disana lama.

"Ta, ayo bangun," Lana yang membantu Tata bangun.

"Siapa Kau? Jangan ikut campur! Ini urusan keluarga, pergi!" Bentak Ayah bagus.

"Tidak!" Lana yang langsung menyembunyikan Tata di belakangnya.

"Lan, itu Ayahku," bisik Tata dari belakang.

"Tidak, Ta. Tidak akan aku biarkan menyakitimu sekalipun itu Ayahmu," ucap Lana disana.

"Hey, kau bocah kecil! Pergi sekarang!" Bentak kembali Ayah Bagus.

"Tidak, Pak. Tidak akan aku biarkan bapak terus bisa menyiksa, Tata. Sebaiknya Bapak yang pergi," Lana yang masih sopan.

"Kau! Berani melawan Ayahmu sekarang, Ta!" Teriak Ayah Bagus kepada Tata.

"Jangan mengancam, Pak! Atau Bapak mau saya laporkan ke polisi," ancam balik Lana dengan berani.

"Heh! Kau bocah, apa kamu mampu?" Ayah Bagus yang menyepelekan Lana.

Lana yang langsung mengeluarkan Hp nya untuk telp Daddy, tidak akan bermain lagi dengan keselatan Tata. Akan membuktikan bahwa tidak mudah untuk memprovokasi dirinya.

"Hallo, Dad. Bantu aku di warung bakso langganan Mommy dengan membawa polisi untuk menangkap orang yang suka melakukan kekerasan," Lana menjelaskan lewat telp kepada Daddynya.

"Ok, tunggu disana. Pastikan dia tidak pergi, tahan paling lama 15 menit," ucap Daddy Karan.

"Siap, Dad." Jawab Lana dengan senyum senang.

"Sudah, tenang saja ,Ta. Daddy akan sampai sebentar lagi," ucap Lana dengan menengok ke belakang.

"Tata! Kemari, jangan jadi anak durhaka kamu!" Teriak ayah Bagus didepan.

"Ti-tidak, Yah." Jawab Tata terbata ketakutan.

"Lihat sebentar lagi kau tidak akan berkutik," batin Lana dengan mata menatap tajam ke depan.

"Kau membawa pengaruh buruk untuk anakku," Ayah Bagus yang malah menyalahkan Lana.

"Tidak salah, Pak? Bukannya bapak yang selama ini selalu menyiksanya," Lana yang membalikkan kata kata ayah Tata.

"Ini saja bisa dijadikan bukti," Lana yang menarik Tata kedepan, menunjuk pipi merah dan darah sedikit keluar diwajahnya.

"Terlalu lemah saja dia. Hanya tamparan sekali sudah begitu," Elak Ayah Bagus tidak mau kalah.

Waktu untuk mengulur waktu sudah cukup untuk Daddy dan beberapa polisi datang disana.

"Dia darah dagingmu sendiri, bukan budak!" Bentak Daddy Karan dari jauh sudah mendengar apa yang dibicarakan disana.

"Siapa lagi ini?" Tanya Ayah Bagus yang lumayan salah tingkah dan cemas.

"Anda saya tangkap atas dugaan penyiksaan anak dibawah umur," ucap polisi yang sudah memborgol Ayah Bagus dan beberapa polisi disana.

"Tidak! Kalian tidak ada hak untuk ikut campur!" Teriak Ayah Bagus disana yang tidak mau masuk ke dalam mobil polisi.

"Bisa bapak jelaskan dikantor, sekarang masuk!" Bentak polisi di belakang yang membawanya.

"Lan, terima kasih," ucap Tata setelah kepergian Ayah Bagus dan beberapa polisi.

"Iya, Ta." Jawab Lana.

"Ayo kerumah sakit sekarang!" Ajak Daddy Karan disana.

"Om, terima kasih," Tata yang mencium telapak tangan Daddy Karan.

"Mulai sekarang tidak akan ada yang menyakitimu lagi, kami akan menjagamu dan adik adikmu," ucap Daddy Tata yang memeluk Tata setelah salim dengannya.

Hik!

Hik!

Tangis Tata pecah dalam pelukan Daddy Karan, dia sangat merindukan kasih sayang Ayahnya yang seperti perlakuan Daddy Karan padanya.

"Sudah aman sekarang, Ta," Lana yang menepuk pelan bahunya.

Sementara Pakde dan Bude melihat semuanya dari dalam warung, bukan tidak ingin membantu tapi Lana disana sudah pasti cukup membantunya. Karena mereka tau jika Lana bukan orang sembarangan yang bisa disentuh, terlebih sudah dalam perlindungannya itu akan jauh membantunya dibanding mereka.

"Ta," Bude yang menghampiri Tata dan memeluk dirinya.

"Sabar ya, Nak," Bude Siti mengelus punggung kecil itu.

"Ya, bude. Tata bisa kuat," Tata yang dengan senyum kecil saat dilihat Bude.

"Ayo, kita sekarang pergi!" Perintah Daddy Karan.

"Tunggu, Dad. Sebentar ada yang perlu Lana bicarakan sebentar." Pinta Lana.

"Ok, Daddy tunggu di mobil," ucap Daddy Karan dengan melangkah kakinya ke arah mobil.

"Ta, bicaralah," ucap Lana untuk menyadarkan Tata untuk maksud kedatangan kesini.

"Pakde, Bude, Tata mau izin berhenti disini karena Ibunya Lana meminta saya bekerja di tempatnya," Tata menjelaskan semuanya tanpa ada yang terlewat. Menurutnya itu perlu, karena mereka telah banyak membantu dirinya dan keluarganya.

"Oh, jika begitu sih tidak apa, Ta. Sudah pasti akan lebih baik disana. Yang betah ya, dan sering mampir kesini," ucap Bude dan di angguki Pakde setelah mereka saling manggut manggut.

"Iya, Ta. Titip Tata ya, Den," ucap Pakde kepada Lana.

"Tenang saja, Pakde," jawab Lana.

"Sekali lagi terima kasih pakde dan bude, maaf jika selama disini, Tata masih banyak kurangnya," ucap Tata.

"Tidak, Nak."Jawab mereka.

"Tata pamit ya, Pakde, Bude. Assalamualaikum," ucap Tata dengan mencium telapak tangan keduanya.

"Kami pamit," ucap Lana.

"Waalaikumsalam," jawab mereka bersama.

Setelah itu mereka masuk kedalam mobil Daddy Karan, karena mobil Lana yang akan dibawa bodyguard yang disana mendampingi Daddynya.

"Jalan, Pak Yono. Kita ke rumah sakit SZ," ucap Daddy Karan.

"Baik, Tuan," jawab Pak Yono.

Daddy Karan ada disamping kemudi, pastinya Lana dan Tata ada di kursi belakang. Dengan sangat canggung Tata disamping Lana, terlebih tanpa disadari Lana tangannya terus dipagangnya.

"Hey, Boy. Ini sudah dimobil, tidak akan hilang," goda Daddy Karan yang menengok kebelakang dengan mata yang mengedip kedipkan kearah tangan Lana.

"Ah! Tidak, Dad," elak Lana yang baru sadar aksinya itu ketahuan oleh Daddynya. Bagaimanapun Lana sangat malu.

Begitupun dengan Tata yang memerah wajahnya, mau bersembunyi pun tidak ada tempat disana.

Setelah semuanya diam dan sungi sepanjang jalan, tidak ada yang memulai percakapan sampai di tempat tujuan.

Setelah itu langsung masuk untuk dilakukan visum pada luka yang ada di tubuh Tata. Setelah selesai semuanya barulah ketempat butik Mommynya.

"Boy, tahan," ucap Daddy Karan.

"Kenapa, Dad," Lana tidak paham maksud Daddynya. Saat mereka telah sampai di butik Mommy Khansa.

"Kita akan bicara rumah, Boy," ucap Daddy.

"Ok, Dad." Lana menjawab santai.

"Sayang, sudah datang," ucap Mommy Khansa yang memeluk Tata didepannya.

"Ehem," deheman Daddy Karan yang cemburu.

"Dad," Mommy Khansa yang memeluk suaminya disana.

"Kau sudah mulai melupakanku, saat ada yang baru," rengek Daddy di telinga istrinya.

"Apa sih, Dad. Dia calon memantu masa depan kita," ucap Mommy Khansa dengan mencium bibir bawah suaminya.

"Mom, Dad. Ada kami disini," tegur Lana yang sebenarnya sikap mesra kedua hal biasa di lihatnya setiap hari, tapi ini berbeda didepan Tata.

"Oh, kami lupa, Boy." Jawab Daddy Karan.

"Biasa sekali," oceh Lana.

Tata yang melihatnya tertawa disana dengan keharmonisan keluarga temannya itu. Rindu rasa seperti itu pikirnya, saat bersama mereka berlima kumpul bersama. terlebih saat ini Ayahnya sudah mendekam di penjara.

"Ayo, sini, Sayang," ajak Mommy Khansa menarik tangan Tata dan menyadarkan dalam lamunannnya.

"Aku rindu, Bu," batin Tata.

...****************...

Hi semuanya.

Semoga suka dengan karya keduaku ini.

Bantu like, vote, subscribe, komentar dan jangan lupa hadiahnya ya 😍😍😍😍

Love you 😘

Terpopuler

Comments

Dewi Suntana

Dewi Suntana

di tunggu uf nya

2024-03-11

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!