"Dan mari kita sambut sang juara pertama dengan hasil yang sangat mengagumkan, nilai yang hampir semuanya diangka 9,5," ucap Pak Iwan.
Deg!
Deg!
"Kok, jadi tegang begini?" batin Tata.
Pada saat Tata terbengong. Saat itulah Pak Iwan memberitahukan.
"Mari kita sambut, Tara Indri Sari dari kelas IX B, berikan tepukan yang meriah. Inilah sang pemecah rekor nilai ujian tahun ini." Ucap Pak Iwan. Dan di iringi tepukan yang sangat bergemuruh di ruangan itu.
"Silahkan maju! Para juara lima besar semuanya," lanjut Pak Iwan.
Tata masih saja terdiam ditempat, saat Lana sudah berdiri disana.
Ke tiga juara sudah ada di depan hanya Lana dan Tata yang belum maju.
"Ta," ucap Lana yang menyadarkan lamunan Tata.
"Hah! Apa?" Tanya Tata yang sudah sadar.
"Maju!" pintanya.
"Maju? Untuk apa?" Tanyanya bingung.
"Ish, tidak dengar tadi? Kamu iti juara satu dari angkatan kita," ucap Lana.
"Yang benar, Lan." ucap Tata yang tidak percaya.
"Udah, ayo maju. Benar atau ga bisa kamu tanyakan langsung disana," Ucap Lana yang sudah mau panjang lebar lagi.
Sesaat semuanya mata tertuju pada sosok yang di bawa oleh Lana.
"Masa tidak bisa pacarnya itu di surih duduk saja, apa harus ikut juga ke atas? Kenapa juga itu si Tata udik?" ejek Laras.
"Benar juga, tapi emang cantik sih pacarnya Lana," ucap Sinta.
"Masa iya sampe ga bisa di tinggal gitu?" cemooh Puji.
Tata yang di gandeng Lana maju kedepan dan masih saja semua mata tertuju pada Tata. Tidak ada yang mengenali sosoknya itu.
"Lana, bisa tidak pacarmu duduk dulu," pinta Pak Iwan.
"Trus kemana Tata? Masih belum naik juga," lanjut Pak Iwan.
Kepala sekolah dan ketua yayasan sudah bersiap akan naik. Membuat ketar ketir sang pembawa acara.
"Ta-tapi, Pak," ucap Lana yang ingin memberi tahukan.
"Memang kenapa mencari Tata, Pak?" Tanya Tata.
"Lah kan dia yang juara satu tahun ini, masa kamu ga dengar tadi?" ucap Pak Iwan yang matanya masih mencari sosok Tata.
"Kenapa tuh bocah ... " gerutunya.
"Pak," tegur Tata.
"Apa? Kamu pacar Lana sebaiknya turun dulu," ucap Pak Iwan yang tidak mengalihkan pandangan mencari sosok Tata.
Padahal apa yang di carinya ada didepan matanya, disamping Lana persisnya. Tapi dasar Pak Iwan tidak mendengarkan dulu penjelasan yang akan di ucapkan Lana.
"Sekali saya panggil Tara Indri Sari untuk maju ke depan sekarang!" Pinta tegas Pak Iwan.
"Pak," ucap Tata.
"Apa?" Tanya Pak Iwan.
"Lihat dulu, Pak!" Lana menarik lengan Pak Iwan.
Masa bodoh kalau di anggap kurang sopan, abis susah banget buat Pak Iwan melihat wajah Tata secara langsung. Dan benar saja setelah menarik itu, Pak Iwan menengok Lana.
"Ini Tata, Pak!" ucap Lana.
Terkejut Pak Iwan atas apa yang ucapkan oleh Lana barusan. Langsung saja melihat sosok Tata didepannya dan meneliti setiap wajah dan memastikan bahwa itu adalah Tata.
"Ini, Tata?" Ucap Pak Iwan Tidak percaya. Sosok yang di hadapannya adalah wanita yang sangat cantik dan anggun dengan pakaian berkelas atas pula. Padahal Tata adalah seorang anak didik yang mengandalkan beasiswa , mana mungkin bisa berubah dalam waktu yang singkat.
"Iya, Pak," jawab Tata yang juga menganggukkan kepalanya.
Disana juga ada Mommy dan Daddy Lana yang duduk di barisan para donatur yayasan. Yang terus saja memberikan kode love dari jari mereka, terutama Mommy Khansa tentunya.
"Mom, lihat anak anak kita. Ternyata para juara," bangga Daddy Karan.
"Betul, Dad. Mommy tidak sangka loh, bangganya kita." ucap Mommy Khansa yang melihat kedepan.
"Daddy maju dulu sana," pinta Mommy Khansa.
Sementara itu Pak Iwan masih saja tidak menyangka perubahan Tata sangatlah drastis. Cantik!
"Ada apa, Pak?" Tegur Daddy Karan.
"Lana bilang ini, Tata, Pak. Sang juara tahun ini, tapi saya rasa sedikit berbeda dari sosoknya," ucap Pak Iwan yang berterus terang.
Padahal mereka ada di atas panggung dan pastilah menjadi sasaran empuk untuk di bicarakan oleh yang ada di depannya.
"Ini memang Tata, Pak," jawab Daddy Karan.
"Tapi, Pak," ucap Pak Iwan ragu.
"Ga ada tapi, dia tinggal bersamaku," ucap Daddy Karan.
Sudah pasti Pak Iwan langsung diam. Mau tidak mau harus percaya, walau masih ragu di dalam hatinya.
"Masa iya, Tata?" gumam dalam hatinya.
Tidak menunggu lama penyematan tanda prestasi oleh kepala sekolah, ketua yayasan dan jajarannya sudah selesai. Kini bagian terakhir ucapan kata terima kasih oleh sang juara.
Semua mata memandang dan melihat bukan Tata yang bicara tapi sosok wanita cantik yang tadi bersama Lana.
"Assalamualaikum wr wb," salam Tata.
Semuanya menjawab walau ragu sosok didepannya.
"Waalaikumsalam," semuanya kompak.
"Kami ucapkan terima kasih ... " lanjut Tata yang mengucapkan rasa terima kasih atas apa yang telah diberikan pendidikan para guru di sini. Tidak lupa pula secara pribadi mengucapkan rasa syukur jika bisa bersekolah di tempat yang elit kalangan atas dengan beasiswa penuh.
Barulah semua menyadari jika itu adalah Tata yang sedang berbicara di depan, tidak berbeda dengan Laras dan gengnya.
"Ga nyangka bisa cantik juga ya jika dandan," elak Puji.
"Tapi sayangnya hanya polesan," ejek Sinta.
"Jelaslah, tidak seperti kita, alami," ucap Laras kini. Tanpa disadari mereka juga sama berdandan seperti Tata. Ya, walau mereka itu cantik rupanya tapi minus akhlaq.
"Ha, ha ,ha," mereka bertiga tertawa yang senang dengan obrolannya sendiri. Tidak mendengarkan apa yang di ucapkan Tata di depan podium.
Hingga waktu sudah menunjukkan jam 12 malam, begitu pun dengan acara sudah selesai. Setelah pembacaan doa bersama dan makan bersama selesai. Acara pun sudah di tutup.
Semuanya sudah berhamburan akan pulang ke rumah masih masing.
"Ta, selamat ya. Sekali lagi, aku bangga sekali padamu," ucap Susan.
"Terima kasih, San. Nilaimu juga pasti bagus," ucap Tata.
"Lihat besok siang, Ta." jawab Susan.
Memang besok akan diberikan semua nilai kepada siswa mereka di sekolah itu. Baru setelah itu bisa di lakukan penentuan akan dilanjut sekolah mana, yang sesuai dan di ingin siswanya.
"Benar juga ya," ucap Tata.
"Besok mau dateng jam berapa, Ta?" Tanya Susan.
"Jam 1 siang, bagaimana," ucap Lana.
"Tidak, jam 10 saja. Supaya kita bisa lunch bareng, bagaimana?" Tanya Tata.
"Ok, Ta. Aku tidak masalah," jawab Susan.
"Oh, jika mau mu begitu. Ok!" jawab Lana.
"Tuh mobil jemputanmu udah dateng San," ucap Tata.
"Iya, aku duluan ya," ucap Susan.
"Ayo, kita pulang juga," ucap Lana.
Tata hanya ikut saja bersama Lana yang sudah di gandengnya menuju parkiran.
Disana Laras dan geng melihat sikap Lana kepada Tata sangat jelas.
Cemburu Laras.
...****************...
Hi semuanya.
Bagaimana kisahku ini, kasih komentarnya ya?
Jangan lupa bantu likenya juga😍😍😍😍😍
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments