Teman

Waktu bagaikan pedang bermata yang siap akan menusuk siapapun. Tata yang berat akan ujian hidup sepeninggal Ibunya, tidak membuat putus asa. Harus kuat demi adik adiknya.

Suatu sore di tempat bakso Pakde Darman.

"Sudah cukup, Ta," ucap Pakde Darman.

"Iya, Pakde. Ini kebetulan udah selesai Tata cuci," Tata dengan menunjuk ke arah keranjang bersih tempat mangkok.

"Sini, Ta," ucap Bude.

"Sebentar, Bude" ucap Tata yang sedang merapihkan sisa kotoran setelah cuci piring. Setelah bersih dan mangkok sudah ditempatnya.

"Iya, Bude. Kenapa ya?" Tanya Tata.

"Ini makan dulu, baru bantu Bude lagi ya," memberikan nasi bungkus ke tangan Tata.

"Terima kasih, Bude," ucap Tata.

Tata harus menerima itu jika berani menolaknya pasti Pakde tidak akan mengizinkannya membantu di warungnya itu. Pakde dan Bude sudah tau cerita hidup Tata, sangat kasihan menurutnya dengan memberikan izin Tata bekerja disela waktunya. Mungkin akan membantunya meringankan beban keuangan. Memang tidak banyak tapi untuk makan Tata dan adik adiknya pasti cukup, sering diberi oleh mereka.

Beruntung Tata masih ada orang baik membantunya, Ayahnya lebih suka meminum minuman keras pulang dalam keadaan mabuk dan selalu memukulnya.

"Ta," sapa seseorang.

"Iya," ditengoknya oleh Tata siapa yang menyapa disini. Saat Tata mengambil sisa mangkok yang kotor setelah pelanggan pergi.

"Lana," terkejut Tata, melihat Lana diwarung itu.

"Sedang apa disini, Lana?" Tanya kembali Tata.

"Mau beli bakso, Ta. Kamu sendiri ngapain disini?"

"Oh, Aku kerja, Lana."

"Kerja?" Tanya heran Lana yang tidak habis pikir anak seusianya kerja.

"Iya, Lana." Tersenyum Tata dengan menghadap Lana.

"Ini, Den Lana." Ucap Bude yang sudah membawa bakso dipesannya.

"Iya, Bude, Ini uangnya, sisanya biasa Bude ambil saja ya," memberikan uang 300.000.

"Terima kasih, Den," ucap Bude.

"Ta, besok ku tunggu penjelasmu," Lana yang menghampiri Tata di meja yang sedang dibersihkan Tata.

"Hem," hanya itu jawaban Tata.

"Besok jam istirahat ingat ditempat biasa ya" ucap Lana. Hanya anggukan kepala yang diberikan Tata sebagai jawabannya.

"Aku pulang dulu, ini sudah di tunggu," ucap Lana.

"Hati hati."

*

Malam hari Tata pulang seperti biasa jam 9 malam, waktu yang sudah diberikan oleh Pakde Darman untuknya. Tidak boleh pulang malam karena adiknya menunggu untuk makan.

"Kak, sudah datang," ucap Dwi senang.

"Ayah mana?" Tanya Tata.

"Belum pulang, Kak," jawab Dwi.

"Asyik, Kakak bawa makan apa malam ini?" Giliran Tiwi yabg tanya.

"Ini makan sop ayam dan kerupuk, ini masakan Bude Siti untuk kita," ucap Tata.

"Mau, Kak," antusias mereka.

Makan malam bertiga dan memisahkan sebelum dimakan semuanya untuk Ayahnya. Cukup dengan sepiring nasi dan sop ayam untuk bertiga, setiap makan pasti menunggu Kakaknya.

Flashback On

"Assalamualaikum, Pak. Saya boleh ikut kerja bantu bantu disini, Pak?" Tanya Tata di warung bakso yang tampak ramai pembelinya.

"Waalaikumsalam, sini duduk dulu," pinta Bude Siti. Karena Pakde sedang melayani pelanggan.

Tata duduk menunggu Pakde selesaikan pesanan pelanggannya, setelah beberapa waktu menunggu.

"Nak, siapa namamu?" Tanya Bude.

"Tata, Bu,"

"Panggil aja Bude ya, Ta,"

"Iya ,Bude"

"Kenapa pingin kerja, Ta? Orangtuamu kemana?" Tanya Bude ingin tau siapa Tata.

"Tata, sudah tidak punya Ibu dan Ayah berhenti kerja. Adikku ada 2 masih SD kelas_" ungkap Tata riwayat dan perjalanan hidupnya dari manis hingga pahitnya.

"Sabar ya, Ta," dengan Bude memeluk Tata yang air mata menetesnya, tidak bisa dibayangkan anak 15 tahun dengan beban hidup yang berat bisa dilalui ini.

"Anak kuat kamu, Ta. Boleh kamu disini ikut bantu bantu buda dan pakde," suara Pakde Darman yang sudah mendengarnya dari tadi dibelakang mereka.

"Terima kasih Pakde dan Bude, Tata senang sekali dan janji akan rajin bekerja disini," ucap Tata dengan salim kepada keduanya.

"Sama sama, Ta."

"Tapi kamu bantu disini, setelah pulang sekolah, dan pulang jam 9. Tidak lebih kamu harus yang dirumah juga, tidak terlalu lelah nantinya." Pinta Bude Siti.

Anggukan kepala Tata dengab senyun menghiasi wajahnya.

"Besok mulainya bisa, Ta,"

"Bisa, Bude."

Flashback Off

Pagi hari sudah dengan sinar matahari yang cerah sudah mulai menampakkan wajahnya untuk menyinari dunia. Begitupun Tata sudah ada didalam kelasnya yang siap belajar.

"Ta, awas jika kau berani mengadu," ucao Laras. Dengan mencubit tangan Tata. Hanya diam ditempat duduknya saja tidak bisa melawan sikap temannya yang sudah menindasnya. Langkah Laras sudah kembali di mejanya.

"Kenapa, Ta?" Tanya Susan, terlihat wajah Tata yang tidak baik baik saja sedang menahan sakit akibat cubitan Laras.

"Udah biarin aja, San," Tata takut ungkap semua kejahatan Laras.

"Kenapa sih, Ta. Selalu saja tidak mau cerita, kamu itu sudah di bully oleh Laras. Lapor harusnya bukannya diam menerima sikapnya," ucap Susan dengan suara agak meninggi, agar bisa terdengar oleh Laras dan gengnya.

"Diamlah, San! Bukan urusanmu." Laras kesal dengan ucapan Susan yang sok jagoan.

"Apa!" Tantang Susan.

"Berani ngadu sekarang,Ta!" Teriak Laras.

"Woy, Apa ini sikap cucu yang punya yayasan ini?" Ejek Susan. "Bisanya cuma menindas yang lemah, Hah!" Tantang Susan.

"Sudahlah, San. Jangan ribut," pinta Tata sudah akan mulai pelajaran pertamanya itu.

"Diam, Ta. Ini sudah terlalu, Aku tidak terima sebagai temanmu." Ucap Susan.

"Terus kamu mau bisa apa?" Tanya Laras dengan menyepelekan Susan.

"Jangan ganggu dia lagi," ucap Susan dengan menunjuk Tata.

Tata diam tidak bisa berkata apapun saat ini, dipikirannya hanya ada "beasiswa" pasti akan di cabut jika masuk ke pihak sekolah.

"Apakah kamu mampu, hah?" Tanya Laras dengan mata tajamnya yang pasti akan membunuh lawannya dalam sekejap.

"Kenapa tidak sanggup?" Heran dengan pertanyaan Laras.

"Bayar sekolahnya Tata disini," ucap Laras, "karena akan aku minta pihak sekolah mencabutnya," sadisnya Laras keluar sudah.

"Kau!" Teriak Susan. Yang pasti tidak bisa dilakukannya, karena dirinya saja dibawah kendali Mommy tirinya.

"Apa! Tidak sanggup kan. Maka lebih baik diam!" Bentak Laras.

"San, sudahlah. Biarkan saja seperti ini," saat Laras suda duduk kembali ditempatnya dan guru sudah masuk dikelasnya. Semua teman dikelas hanya ikut diam tidak berani membela Tata hanya kasihan yang bisa dilakukan oleh teman sekelasnya.

Susan jika tidak dibawah kendala Mommy tirinya pastilah sudah dilakukan sejak lama untuk bantu Tata.

"Maaf, Ta. Teman yang tidk berguna bagimu, tidak bisa membantu saat saat seperti ini," memeluk Tata tanpa menghiraukan ada guru disana.

"Tidak apa, San. Kita belajar dulu."

Jam pelajaran sudah selesai tinggal, waktu istirahat telah berbunyi. Seperti biasa Tata harus membelikan Laras dan geng nya itu dulu, sebelum ke tempat yang sudah dijanjikan kemarin pada Lana.

"Ini kembaliannya, Ras." Dengan uang yang di taruh di meja Laras.

"Apa masih ada yang mau dibeli lagi?" Tanya Tata agar tidak menggangu waktunya.

"Cukup" ucap Laras dengan tangan yang memintanya pergi dari hadapannya.

...****************...

Hi semuanya,

Semoga bisa suka dengan cerita ini,

Love you😘

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!