Prome Night#2

"Jurusan?" Tanya Susan.

"Desian," jawab Tata.

"Kenapa ga bareng aja sih, Ta," ucap Susan.

"Ga bisa, San. Kata Mommy supaya mengasah keahlianku," jawab Tata.

Tanpa disadari Susan sudah terbengong disana, saat Tata menyebutkan kata Mommy. Karena setahu Susan Tata anak piatu, siapa kah yang disebut Mommynya itu. Rasa ingin tahu kini lebih dalam lagi mengorek semuanya disana.

"Mommy?" Tanya Susan.

"Mommyku, San," jawab Lana yang mengerti pertanyaan Susan mengarah kemana.

"Aku perlu penjelasan. Aku sepertinya sudah banyak melewatkan sesuatu diantara kalian," ucap Susan selidik lebih dalam lagi.

"Tapi tidak sekarang juga, San. Masih banyak waktu," ucap Tata.

Yang baru sadar ternyata semua yang terjadi dalam hidupnya itu tidak ada yang tahu, bahkan Susan temannya sendiri. Banyak sekali perubahan sejak di masukkan ayahnya ke penjara. Hal baik semakin menghampiri dirinya dan adik adiknya. Banyak yang telah berubah dalam hidupnya itu, bahkan dirinya sendiri tidak pernah bermimpi sebelumnya akan terjadi hal semacam ini.

"Janji, Ta. Aku akan menunggu penjelasanmu," ucap Susan dengan memberikan jari kelingkingnya ke Tata. Begitupun Tata yang melingkarkan jari kelingkingnya saling berpautan dengan Susan.

"Janji," ucap Tata.

"Ta, acara dansa akan segera dimulai." Ucap Lana.

"Aku disini saja, Lan." jawab Tata.

"Tidak, Ta. Kali ini berdansa bersamaku, melihat pesonamu di sana," tunjuk Lana ke lantai dansa.

"Tidak, Lan. Aku ga bisa," memohon Tata. Yang memang tidak bisa berdansa, jika di paksakan takut akan membuat Lana malu.

"Ada aku, ikuti saja ucapanku," Lana yang sudah menarik Tata dalam genggamannya.

"San, kami dansa dulu," ucap Lana yang pergi dari sana.

"Ya," jawab Susan. Setelah itu senyum tersimpul di bibir Susan yang ikut berasakan kebahagiaan temannya itu.

"Semoga saja kamu selalu bahagia, Ta," gumam dalan hati Susan.

Sedangkan Lana dan Tata sudah berdiri di tempat dansan, para temannya dan guru sudah memulai dansanya itu dengan pasangan masing masing. Ada yang sesama guru, ada juga dengan pasangan nya sendiri, begitupun dengan teman temannya, ada yang dengan pacarnya, temannya ataupun gebetannya.

"Ikuti langkah kakiku, Ta. Injak saja sepatuku," pinta Lana.

"Ga, Lan. Ini hills," tunjuk Tata ke bawah.

"Oh, ikuti langkah kakiku saja," ucap Lana.

Tangan kanan Lana yang menggenggam tangan kiri Tata, sedangkan tanga kiri Lana memeluk pinggan Tata, begitu dengan tangan kanan Tata yang menyentuh dada bidang Lana. Wajah mereka hanya beberapa senti berjarak sangat dekat, hembusan nafas Lana bisa dirasakan oleh Tata yang beraroma mint itu.

Deg!

Deg!

Detak jantung Tata yang sudah tidak beraturan lagi disana, bagaikan musik yang sangat bising tidak bisa mengalahkan degub jantungnya yang seakan akan ingin keluar saja.

Lana sangat tahu ekspresi wajah Tata saat ini, pasti gugup dan suara detak jantungnya terdengar oleh dirinya, karena Lana pun sama jantungnya berdetak tidak beraturnya saat ini. Senyum tersimpul di wajah ganteng milik Lana disana, melihat Tata hanya diam saja.

"Ayo, kuta mulai," ucap Lana.

Ternyata Tata pandai juga dalam mengikuti alur dansa yang diberikan Lana, walau baru pertama kali melakukan hal itu tidak membuatnya menginjak kaki Lana.

Sedangkan di posisi yang tidak jauh dari sana. Laras yang melihat akan kemesraan Lana dengan seorang wanita sangat tidak suka.

"Siapa dia? Terus saja didekat Lana, apa lagi dansa juga," kesal Laras.

"Aku ga tau, Ras," jawab Puji.

"Iya, betul. Siapa sih?" ucap Sinta yang ingin tahu juga.

"Untung saja gadis cupu itu ga dateng,"ucap Laras.

"Jelaslah, emang dia punya baju kayak gini, dia sekolah hanya modal beasiswa doang," ejek Puji.

"Di tambah lagi miskin dan jelek," ucap Sinta yang ikut mengejek Tata.

Tanpa mereka tahu, dibelakang ada Susan disana. Sangat geram dan ingin rasanya bilang.

"Woy, dia disana sama Lana yang kau ejek itu!"

Tapi hanya gumamnya dalam hati.

Tidak akan membiarkan hal itu diketahui oleh mereka. Biar saja nanti juga akan ada pengumuman hasil ujian. Sudah pasti nama sabahatnya ada di sana yang akan naik ke podium kebanggaan sekolah.

"Cih, rasakan nanti! Kalian pasti akan dibuat terkejut!" ucap Susan. Senyum yang seakan mengejek kelakuan buruk Laras dan geng.

Benar saja tidak lama setelah itu, sang pembawa acara telah memberikan aba aba pada semuanya untuk kembali pada tempat duduk yang telah di sediakan.

"Kita akan membacakan peringkat akhir dalam belajar. Coba siapa yang bisa menebak isi dari amplop ini," ucap pembawa acara itu yang mengibas ngibaskan sebuah amplop tertutup. Yang tidak lain guru olah raga mereka Pak Iwan.

"Ho, Ho, Ho. Tahan sebentar,"lanjutnya.

Rasa penasaran semuanya terpampang jelas. Karena semuanya di jadikan satu, kelas IX itu ada tiga kelas.

Sang pembawa acara membuka dan mengintip sedikit disana, dan ekspresi wajah seakan sangat terkejut dengan hasilnya itu.

"Oh! Ok, tidak menunggu lama lagi. Akan dibacakan peringkat lima secara keseluruhan dari tinggak sembilan adalah," Pak Iwan menjeda ucapannya itu.

"Selamat kepada Ananda Regi Aditya Sutomo dari kelas IX A," ucap Pak Iwan dan semuanya bertepuk tangan yang ada di dalam aula.

"Selanjutnya peringkat empat besar telah diduduki oleh si cantik dari kelas IX C hayo siapa?" Ucap Pak Iwan yang mencoba siapa saja yang mau menebaknya.

Semuanya disana hampir banyak menyebutkan nama wanita dari kelas tersebut yang dibilang Pak Iwan.

"Betul, selamat kepada ananda Ratu Zubaidah Ramdani," ucap Pak Iwan dan serok tepuk tangan oleh semuanya disana.

"Selanjutnya peringkat tiga kali ini, duduki oleh penerima beasiswa, tapi bulan wanita ya, ini lelaki. Jagoan olah raga dari kebanggaan sekolah kita yang selalu menjadi juara disana, kita sambut Josua Silalahi," ucapnya yang memberikan tepuk tangan pada anak muridnya yang merupakan kebanggan dibidang olah raga itu, ternyata jago juga dalam akademik.

"Huf, lumayan menguras tenaga ya. Bersorak dan memberikan pengumuman ini," canda Pak Iwan di sela sela acara.

Semuanya ikut tertawa mendengar ucapan beliau. Walau tidak muda lagi tapi semangat Pak Iwan itu sangat di acungkan jempol.

"Wah, ini ini, harus di berikan tepuk tangan lebih banyak. Karena ini yang menjadi peringkat dua kali ini adalah cucu dari pemilik yayasan loh," terjeda sejenak Pak Iwan.

Suara bising sudah kembali terdengar di depan. Banyak yang bertanya siapakah itu? Laras? Pasti bukan karena tidak pandai.

Tata yang tahu sudah tersenyum dan mengucapkan kata selamat terlebih dahulu. Biar saja jika dirinya tidak masuk dalam lima besar yang penting Lana bisa masuk.

"Selamat, Lan," ucap Tata.

"Terima kasih, tapi belum tentu aku loh, Ta!" ucap Lana yang sebenarnya tidak tahu juga.

"Selamat kepada Kiano Maulana Gunawan," ucap Pak Iwan dan semuanya terkejut dan memberikan tepuk tangan yang sangat meriah.

"Tuh kan bener, Lan," ucap Tata.

Lana hanya tersenyum saja.

"Dan mari kita sambut sang juara pertama dengan hasil yang sangat mengagumkan, nilai yang hampir semuanya diangka 9,5," ucap Pak Iwan.

...****************...

Hi semuanya.

Bantu like, vote, subscribe, komentar dan hadiahnya ya 😍😍😍😍😍

Love you😘

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!