Perlindungan

Suasana dilingkungan sekolah SMP Nusa Kurnia tempat sekolah kalangan atas. Tidak sembarangan yang bisa masuk disana, karena dengan biaya yang fantastis. Tentu saja dengan fasilitas yang komplit. Ruang ber AC, dengan bangku model anak kuliahan, papan tulis yang berwarna putih dan infocus. Terdapat fasilitas laptop setiap anak, tidak melarang juga jika ingin membawa sendiri.

Tata termasuk disedikit orang yang beruntung masuk disana sebab beasiswa. Prestasinya tidak pernah turun masuk dalam tiga besar dalam kelas, dan lima besar dalam satu angkatannya.

Walau kehidupannya tidak seindah perjalanan pendidikannya, tetap harus dijalani dengan kesabaran.

"Ta!" Panggil Lana.

"Iya,"jawab Tata yang baru saja duduk, di tempat mereka di pojok taman yang sedikit masuk lorong.

"Makan dulu," Lana yang memberikan kotak makan berwarna merah muda.

"Ya, terima kasih." Tata yang tersenyum menerima itu.

"Kata, Mommy nanti setelah pulang sekolah di suruh mampir ke butik." Ucap Lana.

"Aku tidak tahu dimana tempatnya, dan juga aku belum pamit sama pakde Darman." Ucap Tata.

"Sekalian saja, Ta. Biar aku antar, terus bawa bakso ke butik, Mommy." Lana memberikan idenya.

"Tidak, Lan. Sebaiknya kita bertemu di warung bakso saja," Tata yang merubah mimik wajahnya.

"Takut?" Tebak Lana.

"Aku tidak ... " belum selesai Tata bicara sudah terpotong Lana.

"Ada aku sekarang. Tidak ada yang akan berani mencabut beasiswamu, Ta. Ingat kata kata Mommy!" Lana tegas.

"Huh," hembusan nafas kasar Tata, seakan melepas beban beratnya.

"Tapi tolong, jangan minta naik dari sekolah. Di halte saja, ya." Pinta Tata yang meminta belas Lana.

"Ok," cepat Lana.

Setelah percakapan itu, keduanya kembali masuk kelas. Pelajaran dari guru yang mengajar didengar oleh murid didalam kelasnya.

Sesaat waktu sudah menunjukkan jam pulang sekolah. Tata bersiap untuk pulang.

"Ta," sapa Susan.

"Temani aku ke mall, yuk?" ajak Susan.

"Tidak bisa, San. Bukannya tidak mau, tapi aku harus bekerja. Lain waktu saja, ya." Tata menolak dengan berat hati. Setiap kali ajakan Susan pasti akan di tolaknya, siapa juga orangnya yang diusianya harus menanggung seberat ini.

Harusnya Tata diusia remajanya, menikmati main bersama teman besti sekedar hangout ke mall, atau bercanda gurau ditaman, ataupun hanya berdiam diri di kamarnya menikmati dunianya dengan HP.

"Ya sudah, aku tidak jadi," Susan yang sebenarnya ingin Tata sedikit memberikan waktu untuk dirinya bahagia. Susan hanya mendengus kasar.

"Sori," ucap Tata dengan tangan yang disatukan di atas dadanya.

"Ya, berilah waktu untuk dirimu sendiri, Ta. Tidak semuanya harus kamu," Susan yang sayang dengan temannya itu.

"Belum saat ini, San." Senyun Tata yang menyakinkan itu.

"Cik, dasar, Ta." Tidak bisa berkata apapun lagi dengan Tata.

"Yuk, pulang," ajak Susan.

"Ayo," Tata mengikuti Susan yang sudah didepan pintu kelasnya.

"Dah, tidak mau aku antar, Ta?" Tanya Susan saat sudah didepan mobil yang menjemputnya.

"Tidak, San. Kita berlawan arah," ucap Tata.

"Dah," Susan yang sudah berlalu dari sana.

Langkah kaki Tata sudah di berjalan menuju halte bus sekolah, biasanya jam segini sudah sepi karena sudah setengah jam berlalu di jam pulang sekolah.

Tata yang baru saja tiba dipinggir dekat tiang.

Plak!

"Kau, Tata! Anak beasiswakan!" Suara bentakan seorang cewe dengan tangan yang sudah mendarat di pipi Tata.

"Iya, Na," ucap yang di sebelahnya.

"Jangan coba coba godain cowo aku. Paham!" Lanjut cewe itu.

Tata yang menahan pipinya dengan tangannya. Sakit sekali pipinya itu, tapi siapa lagi ini? Ada ada saja yang mencari dirinya. Walau untuk sekedar cari masalah.

"Dengar, engga sih?" Tanya cewe sebelahnya.

"Miskin, miskin aja. Walau putih kulitmu, tapi tidak selevel dengan kita," cewe itu mengejek kembali Tata dengan kata kata menyakitkan.

"Jangan dekat dengan cowoku!" Bentak kembali cewe itu.

Tata hanya diam dan tidak mengerti, siapa yang di maksud cowonya? "Apakah Lana?" Dalam hati Tata, karena hanya Lana yang dekat dengannya. "Tapi setahuku, tidak ada pacar Lana." kembali Tata berkata dalam hatinya.

Plak!i

Tamparan itu tidak mengenai Tata tapi ditahan oleh tangan kekar seorang cowo yang menahan tangan cewe itu. Dan membuangnya di bawah.

"Berani, kau, Nina." Suara bentakan Lana.

"Apa! Kau membelanya, Lan!" Nina tidak percaya dengan Lana yang membelanya.

"Kenapa?"Tanya Lana dengan mata melotot.

"Cih! Kau membelanya? Harusnya aku yang kau bela! Aku pacarmu," Aku Nani dengan berani.

"Hah!" Terkejut Tata dengan pengakuan barusan dari seorang cewe didepannya.

"Mimpi! Sejak kapan aku menerimamu." Bantah Lana yang tidak merasa pacaran dengan Nina.

"Apa kau melupakannya, Sayang," Nina yang memegang tangan Lana.

"Jangan sentuh aku," tepis Lana cepat.

"Ingat! Aku tidak pernah jadian denganmu ataupun dengan siapapun. Jadi jangan usik Tata lagi!" Ucap Lana tegas.

"Apa!" Teriak Nina.

Tidak menghiraukan kedua cewe disana, Lana membawa Tata dengan menggandengnya cepat masuk kedalam mobil.

"Sial!" Ucap Nina kembali. Setelah melihat ternyata Lana lebih membela Tata.

Sementara Tata sudah berada disamping kemudi bersama Lana. Saling diam didalam mobil itu. Hingga mobil telah berjalan ke arah tempat warung bakso Pakde Darman.

"Ta," ucap Lana menghilangkan keheningan disana.

"Ya," ucap Tata lirih.

"Masih sakit?" ucap Lana yang sebenarnya bingung mau mengawali dari mana.

"Udah mendingan," jujur Tata. Tidak terlalu berasa tamparan itu bila di bandingkan Laras dan geng sih pikirnya.

"Sori, Ta." Ucap Lana.

"Kenapa?" Bingung Tata.

"Nina itu teman sekelasku dan dia dari dulu sudah suka. Pengen banget jadi pacarku," jelas Lana.

"Terus, kenapa tidak dijadikan pacar? Lihat Nina itu sudah selevel denganmu, kaya, cantik pula. Apa yang kurang?" Tata yang dengan berani bertanya dan kenapa dirinya yang kena imbasnya.

"Aku tidak suka. Terlebih dia sombong, Ta." Lana dengan posisi menoleh ke arah Tata dengan maksud meyakinkan.

"Cih, pembohong," lirih Tata.

"Ih, benar, Ta," meyakinkan Lana.

"Itu urusanmu, dan bukan urusanku. Sebaiknya jauh jauh dariku saja," ucap Tata. Dan merasa semakin berbahaya jika terus seperti ini. Apa yang terjadi besok saja sudah dapat di bayangkan. Dibawa didepan teman sekelasnya masuk ke dalam mobilnya. Sedangkan Tata adalah orang pertama yang duduk di mobilnya.

"Ingin melawan, Mommy!" Ancam palsu Lana supaya tidak macam macam.

"Dasar tukang ngadu," wajah Tata sudah ditekuknya.

"Ha, ha, ha. Lucu kamu, Ta," tawa Lana di dalam mobil.

"Ga," Tata masih saja dengan wajah di tekuknya.

Mobil tidak terasa sudah berhenti di depan warung bakso Pakde Darman. Tata masih tidak menyadari jika mobil telah berhenti di parkiran.

"Ta," panggil Lana untuk menyadarkan lamunan Tata.

"Eh, iya," kaget Tata.

"Udah sampe, Ta," tunjuk Lana ke luar.

"Oh," lirih Tata.

Saat keluar dari pintu mobil. Langkah kaki sudah menghampiri dirinya dengan terburu buru.

Plak!

...****************...

Hi semuanya.

Semoga suka dengan karyaku ya.

Siapa ya kira kira yang menampar Tata? Adakah yang tau?

Jangan lupa bantu like, vote, komentar dan bagi hadiahnya 😍😍.

Love you😘

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!