Seorang anak pertama bernama Tata dengan 2orang adik, 1 laki laki dan 1 perempuan. Korban kekerasan orang tua tepatnya ayahku, dan juga korban bully disekolah. Tata sebenarnya anak perempuan pertama ayah yang seharusnya jadi buah hati setiap orang tua. Akan selalu menyayangi dan mengasihi anak anaknya. Tapi tidak dengan ayahnya.
Tata mengalami ini di mulai setalah kepergian ibu selamanya. Banyak sudah berubah dari kondisi keluarga tanpa seorang disana. Tata harus menjadi kuat dan sabar untuk kedua adikku itu. Penderitaanku ini entah sampai kapan berakhir, sedangkan saat ada ibu dulu selalu menyayangi kami dengan sepenuh hati layaknya keluarga harmonis lainnya.
Dimalam yang sudah larut terbangun.
"IBU......"
"Tidak, jangan pergi IBU!" teriak Tata sontak bangun dari tidurnya, karena mengalami mimpi buruk. Mengingat kepergian IBU yang sayang dan melahirkan ia.
"Hik...hik...hik..IBU....IBU...IBU" lanjut tangisannya keluar setiap sayatan penderitaan ia alami kini setalah ibu meninggalkannya.
Flashback on
"IBU.....hik hik hik...jangan tinggalkan Tata Bu..." tangis Tata di depan ruangan tamu.
"Ibu bangun Ibu....Jangan pergi Ibu, bangun Bu,...." terus saja berucap demikian.
Neneknya memeluk dari belakang. "Relakan Ta...kasian Ibumu, sekarang sudah tenang" tangis bersama Nenek. Bahkan semua orang di ruang itu pun sama. Tangisan kesedihan kepergian orang terkasih.
Ibu Tata meninggal akibat pendarahan hebat yang tidak bisa berhenti mengakibatkan pergi untuk selamanya. Tidak menyadari bahwa sedang mengandung kembali dirinya itu. Terpeleset minyak sisa memasak pagi, karena sedang terburu buru kesiangan sekolah Tata dan adiknya. Kini telah meninggalkan anak anak dan suami yang di cintainya.
"Nek, Ibu.....Tata ga mau ga ada Ibu....Nek...tolong bangunin Ibu..." dengan tangisan meminta neneknya membangunkan ibunya yang sudah terbujur kaku didepannya itu.
Sudah selesai proses memandikan dan sholat jenazah. menunggu proses terakhir yaitu menguburkan.
"Kak, Ibu kenapa tidur di depan pake baju putih begitu?" Tanya si bungsu tak lain Tiwi usianya masih kecil kelas 1 SD.
"Kak, Ibu. Kak, Ibu,....."ucap adik nya yang pertama yaitu Dwi.
"Hik..hik..hik..." tanya tangisan Tata yang menjawab dengan memeluk kedua adiknya itu.
Dimanakah ayahnya?
Ya ayahnya hanya diam tanpa menangis ataupun meraung dalam tangis. Tentulah sama hati nya jauh lebih sakit dan kehilangan orang yang selama ini mendampingi dan melayani di rumahnya itu penuh dengan cinta dan sayang.
"Kenapa kau pergi begitu cepat, Sayang?"Tanyanya dalam hati.
"Bagaimana aku dengan anak anak yang kau tinggalkan ini, tak sanggup lagi menjalani tanpa dirimu , Sayang"terus saja batinnya berucap.
Dan selalu saja bayang bayang kebahagiaan dulu bersama dengan istri dan anak anaknya dengan penuh kasih sayang dan perhatian penuh. Karena istrinya itu pandai menempatkan diri untuk suami atau anak anaknya, kasih sayang tak pernah kurang sekalipun memang ekonomi tak pernah membuatnya cukup. Hanya rasa bersyukur atas nikmat kebersamaan dan tidak pernah istrinya itu mengeluh tentang uang kurang atau banyak kebutuhan yang harus dipenuhi.
Tak lagi kini ia sudah pergi dalam tidur lelap panjang yang tak pernah akan kembali lagi.
Terus termenung hingga....
"Gus, sudah waktunya di makamkan. Semuanya sudah menunggu mu." Ucap kakeknya Tata.
Bagus tersadar akan itu. Ya namanya ayah Tata Bagus.
"Baiklah, ayo kita berangkat mengantarkan istriku untuk tempat peristirahatannya yang terakhir." Dengan suara gemetar bagus ucapkan itu.
"Mari semuanya bantu " ucap pak ustad yang membantunya itu.
Semua prosesnya telah selesai doa pun sudah selesai. Gundukan tanah baru bertuliskan
Ina lillahi wa inna ilahi rojiun
Kinar Widiastuti Binti Soleh
Lahir 1-2-1980
Meninggal 3-12-2023
Sudah ditempatnya sebagi tanda pengenal bahwa jasad Ibunya ada disana.
Perlahan warga sekitar meninggalkan makan itu hingga tersisa ayahnya Tata dan Tata saja.
"Bahagialah disana, Sayang.... Inii lebih baik untukmu tidak sakit lagi" ucap sang suami tak lain ayahnya Tata dengan menahan tangis.
"Tak tau aku kedepannya bagaimana tanpa mu Kinar sayang" batinnya sering berkata begitu.
"Bu....Bu....Bu..." Tata hanya bisa berucap begitu karena tangisnya selalu turun deras.
Ayahnya memeluk anak pertamanya dengan erat untuk sama sama menguatkan hati masing masing yang tak bisa di tinggal oleh orang tersayangnya.
Memang orang sudah meninggal kita harus berusaha mengikhlaskannya supaya yang meninggal bisa tenang. Tapi tak semudah di ucap, untuk melakukannya sangat sulit dan butuh proses entah itu sebentar atau lama. Tergantung dari diri masing masing.
Siapapun insan yang di tinggalkan orang terkasihnya pastilah kehilangan teramat dalam. Lukanya bagai tersayat sayat di hati.
Mereka telah kembali ke rumah kecilnya itu, melakukan pengajian untuk mendoakan almarhumah ibunya. Di kediamannya di malam hari dilakukan secara rutin pengajian selama 7 hari kedepan. Dengan dibantu nenek dan kakeknya beserta tetangga sekitar untuk pengajian dirumahnya. Ramai dan banyak yang hadir, sebab ibunya itu terkenal baik dan suka membantu sekitar. Dengan perangai ibunya itu banyak warga yang bersedih setelah kepergian almarhumah selamanya.
*
Tujuh hari sudah berlalu, di akhir malam pengajian yang telah rutin dilakukannya bersama keluarga dan warga sekitar. Tampak sudah sepi kembali rumahnya itu.
Tata menemani adik adiknya di kamar untuk istirahat karena esok masuk sekolah setelah libur selama masa duka dikeluarganya.
"Sini Kakak bacakan cerita untuk kalian, mau?" Tata dengan mengambil buku cerita di rak kamarnya itu.
"Mau, Kak" jawab bersama adik adiknya.
"Kalian tidur di tempatnya dulu dengan nyaman ya, supaya bisa langsung terlelap ya..."memberitahukan agar tak susah untuk memindahkan kembali adiknya. "Disebuah desa terpencil hiduplah seorang anak yang rajin...."Tata memulai ceritanya itu, adiknya mendengarkan dengan baik awalnya hingga selang beberapa menit ditengoklah ternyata sudah terlelap disana. Cerita dongeng yang belum selesai dibaca pun harus di tutup, Tata yang sudah mulai mengantuk meletakkan buku ditempatnya ia ambil.
"Tidur yang nyenyak ya adik adikku, Sayang..."mengusap rambut kedua adiknya bergantian dan dengan kecupan di kening keduanya juga."Mimpi indah kalian" dengan melangkah ketempat tidurnya sendiri.
Memang mereka tinggal di kamar yang sama hanya beda tempat tidur saja, Tata dengan tempat tidur sendiri, sedangkan kedua adiknya memakai tempat bersusun. Paling atas di tempati dwi dia satu satunya jagoan, agar tidak menyusahkan si bungsu dibawahnya jika hendak ke kamar kecil.
Diesok hari masih dengan kasih sayang ayahnya diberikan kepada ketiganya. Waktu berlalu seperti biasa dikeluarganya itu, hingga 2 minggu setalah ayahnya pulang kerja.
"Tata!" teriak ayah Bagus.
"Iya, Ayah"berlari Tata saat mendapat teriakan ayahnya itu. Sudah di hadapan ayahnya kini.
"Cepat buatkan kopi untuk Ayah!"masih saja dengan berteriak memerintahkan Tata.
"Iya, Ayah"
"Cepat!"teriak lagi Ayahnya.
"Kenapa dengan Ayah, tumben Ayah teriak teriak sama Tata" gumam Tata dalam hatinya melihat tingkah ayahnya berbeda dari biasanya. Dengan cepat Tata memberikan kopi yang di perintahkan. "Ini Ayah, dan ini cemilan untuk menemani kopi Ayah" memberikan sedikit makanan kecil.
Hari harinya kini telah berubah, jauh berbeda. Ternyata.....
****************
Hi semuanya
Ini karya ke 2 ku
Semoga suka ya
😘
Ternyata.....
"Brengs**" kesal ayah Bagus. Sampai terdengar oleh Tata yang akan masuk ke dalam kamar.
"Si*l, apa salahku! mereka berani main curang kenapa aku yang dipecat!" sangat kesal dan marah keluar begitu saja d ruang tamu rumahnya. Tata tak berani untuk mendengarkan selanjutnya memilih masuk untuk tidur bersama adik adiknya.
Flashback off
Setelah menenangkan diri dari tangisan mengingat sikap ayahnya mulai berubah buruk padanya.
"Sabar, Ta..."gumam sendiri ditemani malam yang sangat panjang.
Dengan merebahkan kembali tubuhnya untuk istirahat, esok hari pastinya tidak boleh kesiangan untuk mempersiapkan semuanya dari pagi buta.
*
Pagi yang hari sebelum suara kumandang adzan terdengar, tubuh mungil Tata sudah harus mempersiapkan keperluan adik adiknya dan dirinya jga. Membersihkan rumah dari menyapu dalan rumah, mengepel, halaman rumah.
"Nasi goreng untuk sarapan mereka itu saja." Tata melihat nasi masih tersisa banyak dimagic com. Dengan membuatkan sarapan penuh cinta dari Tata tangan kecilnya sudah lihai dalam membuat sajian bermacam masakan, rasanya pastilah cocok dilidah keluarganya.
Sarapan sudah tersaji di meja makan, dengan cepat Tata kembali ke kamarnya untuk membangunkan Dwi dan Tiwi. " Wi...Tiwi...bangun" menggoyang goyangkan butuh Tiwi supaya lekas bangun karena Tiwi termasuk susah untuk bangun, maklumlah si bungsu. Masih saja belum tersadar Tiwi, Tata membiarkan sejenak dan naik ke atas tempat tidur susun bagian atas.
"Dek..Dwi.. Wi. .bangun...bangun" ucap Tata lembut mengusap wajah adiknya yang sangat mirip wajah Ibunya itu tapi versi lelakinya ya.
"Iya, Kak..."suara serak bangun tidur Dwi menjawab kakaknya.
"Ya sudah cepat ya Wi, jangan sampe telat" bijak Tata.
Tata turun ke bungsu dikeluarganya itu, ternyata pulas kembali dia. Tata membiarkannya dulu karena hendak mandi terlebih dulu sebelum sarapan dan sekolah.
*
Sudah berkumpul di ruang makan dengan suasana sunyi tidak sepeti biasanya karena ayahnya membentak si bungsu yang manja.
"DIAM TIWI!"bentak ayah Bagus.
Suara manja dan ingin paling pertama Tiwi dilayani oleh Tata, sedangkan Tata menyendokkan nasi pertama di piring untuk ayah, Dwi barulah Tiwi. Biasanya rengekan manja Tiwi ayahnya itu senang untuk menggoda atau becanda dengannya. Sangat beda di pagi hari ini. Sangat marah aura terpanjar jelas di wajah ayahnya itu, siapa yang melihatnya pasti sangat takut padanya.
Suara ayahnya sudah terdengar jelas sekali mereka langsung terdiam semuanya. Ketakutan dengan ayahnya kini mereka semua.
Flashback on
"Ta..bantu Ibu siapkan piring, sendok di meja, jangn lupa dilap dulu mejanya supaya bersih"suara lembut Ibu Kinar meminta anak sulungnya itu.
"Ok Bu..."ucap Tata semangat.
"Pintarnya anak Ibu,..."puji Ibu Kinar sangat senang dari kecil Tata selalu ingin tahu apa saja yang dikerjakan Ibunya itu, ingin membantu meringkan kerja Ibu dirumahnya sudah terlihat dari usia Dini. Saat Dwi lahir saja usia Tata masih 5 tahun menjaga adik bayinya dengan hati hati.
Usianya sudah 15 tahun kerjaan rumah sudah pandai menyuci baju, menyetrika, memasak dll.
"Sudah selesai Bu..."dengan menghampiri Ibu di dapur Tata melihat Ibunya sedang didepan kompor.
"Harumnya Bu..."mencium aroma masakan membuatnya lapar
"Jelas dong masakan Ibu..."memuji diri sendiri Ibu dengan menyentil ujung hidung anak sulungnya. Senyum manis Ibu Kinar mewarnai kebersamaan keduanya di dapur.
"Ajarkan aku Bu. Supaya bisa jago masak kayak Ibu ini. Jangan lihat umur ya...supaya bisa dari chef hebat" Tata mengungkapkan harapan dan cita citanya menjadi juru masak terkenal.
"Setiap Ibu sebelum memasak harus ajarkan aku ya bu"pintanya.
"Anak Ibu ini..."pelukan hangat Ibu Kinar adalah hal yang selalu candu bagi anak anaknya.
"Paling bisa membuat Ibu bangga walau masih unyu..unyu..."bangganya Ibu Kinar mempunyai anak sulung yang baik dan suka membantu.
"Sana bangunin adek adekmu nanti telat sekolah" pinta Ibunya.
"Siap Ibuku, Sayang..."melepas pelukan mereka. Tata langsung menuju ke kamar.
Setelah beberapa waktu sudah lengkap keluarga itu di meja makan dengan sajian sarapan yang menggugah selera makan. Nasi Goreng spesial Ibu Kinar menu favorit disana, Tata dan adik adiknya selalu membawa bekal disekolah sudah siap dan memasukkan ke dalam tas masing masing. Ayah Bagus juga membawa bekal untuk kerja dengan berhemat bisa memberikan masa depan anak anaknya kelah, itulah harapan Ibu Kinar dan Ayah Bagus.
"Assalamualaikum..."ucap mereka bersama pamit ke Ibu Kinar. Dwi dan Tiwi diantar oleh Ayah, sedangkan Tata berjalan kaki karena tidak jauh dari rumah dan kebetulan tidak searah dengan mereka.
"Aaalaikumsalam" ucap Ibu Kinar.
Kepergian mereka mebuat suasana kosong dan sunyi di rumahnya itu. Ibu kinar langsung mengerjakan pekerjaan rumah seperti biasanya, menyuci baju mereka dengan mesin cuci, menyapu halaman dan didalam rumah, mengepel setiap sudut rumahnya itu dengan bersih.
Merapihkan ruang tamu dari debu yang sangat tipis, sangat rajin Ibu Kinar ini, tidak suka berkumpul dengan tetangga yang suka bergosip. lebih memilih dirumah membersihkan rumah atau sekedar menonton TV disaat waktu luangnya.
Semuanya dirasa sudah dikerjakan. Waktu sudah siang, satu persatu anaknya akan pulang, Jam 10 waktu kepulangan Tiwi si bungsu tanda untuk Ibu Kinar menjemputnya Jam 1 siang barulah Dwi pulang sendiri karena sudah kelas 5 sekolah dasar. Tata sendiri pulang jam 3 sore banyak PM (Pendalaman Materi) untuknya saat masuk kelas 9. Sedangkan ayahnya pulang diwaktu jam 6 lewat.
Flashback off
"MAKAN SENDIRI! MAKA AMBIL SENDIRI!" Teriak perintah pada mereka.
"B-baik Ayah"suara ketakutan Tata saat menjawab perintah ayahnya.
Si bungsu sudah menitikkan air matanya yang turun sedikit demi sedikit lalu menyekanya. berharap ayahnya jangan melihat tangisannya itu.
"KAU JANGAN MENANGIS, AYAH MAU MAKAN. PAHAM!"
Entah apa salah anak anaknya pada ayahnya itu, dengan tega menyakiti buah hatinya sendiri disaat keterpurukannya menghampiri dirinya sendiri. Tata langsung memeluk bungsu berharap mereda, pelukan pengganti Ibu terasa di hati Tiwi untuk meredakan rasa takut tadi. Perlahan sudah tenang dalam pelukan kakaknya itu. Dwi melihat dengan tidak suka sikap ayahnya pada Tiwi adiknya itu, hatinya "tega kau ayah". Tak ingin mendapat amarah lagi lebih baik mereka segera pamit sekolah. Saat di depan pintu rumahnya, mereka terdiam.
"Siapa yang antar kita, Kak?"tanya Dwi.
"Ayah tidak mungkin akan mengantar kita."pasrah sudah Dwi.
"Sebentar tunggu disini, coba Kakak bilang ke ayah dulu di dalam" sahut Tata.
Masuk kembali kerumah menemui ayah yang masih dimeja makan. "Ayah..."mencoba memanggil ayahnya untuk memulai pembicaraan itu.
"Ayah bisa mengantarkan Dwi dan Tiwi, Yah?" tanya Tata dengan rasa takut.
"TIDAK, KALIAN JIKA INGIN SEKOLAH PERGI SENDIRI!" Bentakan ayahnya sampai terdengar diluar, kedua adiknya sudah paham.
Tanpa menjawab Tata keluar rumah dengan wajah tertekan, mencoba menenangkan diri untuk merangkul adik adiknya.
" Ayo berangkat, Kakak cari ojek buat kalian. Baru kakak sekolah juga" Tata dengan sabar untuk adiknya itu.
"Iya, Kak" jawab mereka.
Diluar rumah berjalan mereka bertiga untuk ke jalan besar mencari ojek disana.
"Tata, Dwi, Tiwi" sapa Ibu RT saat melewati depan rumahnya.
"Assalamualaikum Bu RT" sapa mereka.
"Waalaikumsalam, Sayang.... Kenapa ga diantar ayahmu?" tanya Bu RT
"Ayah sedang tidak enak badan, Bu" jawab Tata menutupi kebenaran keadaan dirumahnya.
"oooo...terus kalian jalan kaki ke sekolah?" Tanyanya lagi.
Sebelum mereka menjawab pertanyaan Bu RT.
"Sini sama Abang aja berangkatnya kalian." Suara Raden anak Bu RT yang hendak berangkat juga kesekolah SMA yang kebetulan searah dengan SD mereka.
" Ga, bang. Ga usah ngerepotin" jawab sopan Tata.
"Ga repot kan kita searah"
"Ya, Bang...kalau begitu makasih ya Bang udah nganterin adek aku."Tata bersyukur dan berterima kasih tetangganya baik.
"Yuk naek keburu siang ntar telat kita hi..hi...hi..."dengan senyuman khas Bang Raden.
"Siap, Bang..." jawab mereka bersama.
"Alhamdulillah"lega rasanya Tata.
"Bu saya pamit sekolah ya"dengan salim ke Bu RT saat kedua adiknya dan bang Raden sudah tidak terlihat disana.
"Assalamualaikum, Bu"
"Waalaikumsalam"jawab Bu RT.
****************
Bagaimana nasib Tata disekolah? Mewelawi hari hari yang selalu di bully disekolahnya? Akannya bisa bertahan?
Semoga kalian suka dengan cerita ini
😘
Tata sekolah dengan rajin dan tergolong anak yang pintar masuk dalam jajaran 3 besar setiap mendapat rapot membuat bangga dan senang orang tuanya.
Sering Tata mendapat perlakuan tidak baik atau bully oleh temannya sejak mulai Sekolah Menegah Pertamanya itu, tetapi Tata selalu bisa menutupi itu dari orang tuanya. Tidak pernah ada panggilan orang tua dari pihak sekolah terkait tingkah laku yang buruk ataupun perlakuan temannya kepadanya. Seolah tertutupi itu semua alasan utama tentu saja "beasiswa" dirinya. Jangan sampai tercabut karena orang tuanya tidak akan mampu membayar SPP sekolahnya itu. Termasuk golongan kelas atas sekolah disana, hanya nasib baiknya Tata masuk disana jalur prestasi dan mendapatkan beasiswa.
Kelas 1, 2 dilewati dengan baik. Walau ada yang bully tapi tidak pernah sampai melakukan kekerasan fisik padanya. Tidak pernah terbayang bahwa dikelas 3 dirinya mendapatkan bully kembali lebih parahnya dengan tindakan kekerasan dirasakannya kini.
Sewaktu ada Ibunya, Tata tak pernah bercerita tentang buruknya perlakuan teman disekolahnya. Kini Ibunya sudah meninggalkannya untuk selamanya, Tata harus lebih kuat dan sabar menghadapi kejahatan teman sekelasnya itu.
"Tata...!" Suara teriakan Laras saat memanggilnya.
Tata baru saja duduk di bangku tempatnya biasa duduk, belum juga menarik nafasnya untuk merapihkan buku yang akan di kumpulkan saat pelajaran pertama.
"Mana PRku!" Pintanya kepada Tata.
"Ini" Tata memberikan buku PR Laras yang sudah Tata kerjakan semalam.
"Punyaku!" tanya bersamaan Puji dan Sinta teman segeng Laras.
"Ini"jawab Tata.
"Lama ih"sebal Sinta mengambil bukunya dengan menarik tangan Tata yang memegangnya.
"Isss..."suara menahan sakit saat tertarik tangannya tadi, tubuhnya tertarik juga dada yang sudah mengenai meja depannya itu.
"Sabar,Ta"tepuk Susan disamping Tata.
"Ya mau bagaimana lgi?"Tata tak berharap akan bisa dijawab temannya itu.
"Mentang mentang anak cucu pemilik sekolah ini, jadi bertingkah seenaknya begini sama kamu Ta." sebal sudah Susan melihat temannya selalu diperlakukan begitu.
"Biarlah, San" pasrah Tata.
Pak Bayu sudah masuk dikelas, membuat semuanya diam tanpa suara. Guru killer itu paling tak bisa ada suara saat mengajar. Siapa yang membuat gaduh pasti akan dikeluarkan dari kelasnya. Untung Tata tidak pernah merasakannya, menahan dan diam apa yang didapatnya dikelas hanya demi beasiswanya.
Dengan damai pelajaran MTK Pak Bayu lancar dan damai berjalan.
Kring
Tanda jam istirahat tiba, "Sini kau" saat ada didalam kelas suara Laras ke Tata. Hanya diam dan mendekat ke arah suara perintah itu.
"Pesankan kita bakso level 5 3 mangkok, 1 ga pakai kecap , 1 ga pakai saos, 1 ga pakai bawang. Es jeruk manis 1, es teh manis 1, jus jeruk 1. Kerupuk 3, 1 putih, 2 coklat. Air mineral 1 ga pake es, baksonya cuma pake sayuran. Nih duitnya" Sinta ngoceh pesanannya dengan memberikan uang selembar 100ribuan.
"Ga pake lama. Paham!" perintah Puji.
"10 menit" Kini Laras.
Ngacir dan berlari ke kantin sekolahnya itu, tak ingin terjadi hal buruk nanti. Tapi tidak sesuai dengan harapannya itu, saat berlari Tata tidak melihat dengan benar.
Bruk
"Ah..."suara teriakan Lana.
"Kau" saat Lana berbicara Tata sudah kabur ke kantin takut waktunya terbuang sia sia, pikirnya.
"Ah, sudahlah" pasrah Lana.
Padahal Tata ingin meminta maaf tadi, tapi di urungkannya karena memang benar benar takut akan Laras. Pasti ia tau akan terjadi hal tidak baik jika tidak tepat waktu. Mengalah memilih waktu lain untuk menyelesaikan permintaan maafnya itu kepada Lana teman beda kelasnya.
Untung saja Tata tepat 10 menit sudah kembali membawa pesanannya tadi.
"Bagus, tepat"ucap Susan.
Tapi tidak dengan Laras, Laras langsung mengguyur bakso berisikan penuh itu ke depan. Tubuh depan Tata sudah basah dengan kuah bakso milik Laras.
"BODOH!" Marah Laras.
Yang ada dikelas pasti melihat itu, lagi lagi tak berani membela atau membantu Tata, semuanya takut dengan Laras. Predikat wanita KEJAM dan suka perintah semaunya sudah pasti tahu yang sekolah disana.Si*lnya Tata ikut terkena bully itu.
"INI SALAH!" TERIAK Laras.
Bakso miliknya tidak salah isi hanya terdapat sedikit mie karena menempel saat tukang bakso memasukkan pesanan tadi. Tata tidak melihat itu, "ap*s" batin Tata.
Melihat Tata hanya diam saja, marah Laras bukan mereda tapi semakin jadi.
Bug
Bruk
Jatuh sudah Tata di lantai karena ditendang Laras, dikelas memang hanya 3 orang disana. Sekali lagi tak ada yang berani bicara atau menolongnya.
Tata menahan tangis sekuat hatinya, "ingat Ta, beasiswa"batinnya itu untuk menguatkan dirinya.
"DASAR GA BEC*S" Susan.
"KERJAIN TUH YANG BENER, TA" Suara bentakan Puji.
"Awas kau ya..." Laras pergi begitu saja dengan gengnya, makan tadipun ditinggalkannya begitu saja.
Tata sebenarnya pas suara bel suara istirahat ingin ke makan bekal yang sudah ia bawa di tasnya. Belum sempat untuk menyantapnya malah terjadi disuruh dulu oleh geng Laras.
Hendak bangun Tata sudah di bantu oleh teman sebangkunya yang baru datang ke kelas setelah di kantin makan.
"Ya ampun, Ta. Kamu bisa begini" membantu Tata menuju toilet disekolah untuk mengganti baju yang basah. Tata selalu bawa baju 2 mengingat sering terjadi bully padanya, supaya bisa belajar kembali. Bukan berarti Tata menginginkannya di bully, sudah cukup kebaikan Susan yang selalu membelikannya seragam. Baik nya Susan tidak pernah bisa di ganti oleh uang, hanya berusaha menjaga untuk tidak menyusahkan Susan lagi.
"Kamu tuh harusnya balas sekali sekali,Ta..."tak terima temannya terima atas perlakuan Laras.
"Bisa aja, San" pelan Tata.
"Trus" tanya Susan tanpa sadar ujung ujungnya pasti tidak aka bisa komentar lagi.
"Beasiswa pasti langsung di cabut"sambil tertawa tingkah 2 anak remaja beda kasta.
"Kan udah pernah dibilang, aku hanya karena beruntung bisa sekolah disini" ucap lirih Tata.
"Udah ah... Jangan dilanjutin. Ga asik" malas Susan selalu saja Tata merendahkan diri sendiri.
Gelak tawa kedua membuat setiap orang melihatnya pasti akan ikut tersenyum.
Ditariknya tangan Tata yang akan masuk ke dalam kelas, sesangkan Susan sudah lebih dulu masuk. Puji membawanya gudang yang dibelakang sekolahnya itu. Tanpa bisa melawan Puji lebih tinggi dari Tata, sesampainya di sana.
"Ku lihat masih bisa ketawa ya,Ta." Laras mulai Marah.
"Karena kau sangat suka ketawa akan tindakanku padamu maka." Menjeda ucapan Laras hingga Puji dan Sinta menampar pipi kanan dan kiri Tata.
Plak
Plak
Menahan rasa pedih dan sakit yang dirasa Tata, hanya berusaha menahan dan diam.
Plak
Plak
Lagi suara tamparan terdengar didalam gudang itu.
Plak
Plak
Entah sudah berapa tamparan yang dilayangkan untuk Tata oleh mereka bertiga. Melewati jam pelajaran untuk membully Tata, sangat senang akan perbuatannya itu.
Tak ada tahu, apalagi ada yang membantu dirinya. Jam pelajaran masih berjalan membuat suasana hening dan kosong di sekolah.
Tanpa ada yang menyadari aksinya itu membuat Tata sudah lemas dan muka yang merah tak berdaya menahan itu semua. Dada yang ditendang saja masih ada, sudah di tambah dengan muka lebam saat ini.
...****************...
Hi semuanya...
Apakah ada yang bantu Tata?
Bantu like dan koment
😘
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!