Kejam

Tata sekolah dengan rajin dan tergolong anak yang pintar masuk dalam jajaran 3 besar setiap mendapat rapot membuat bangga dan senang orang tuanya.

Sering Tata mendapat perlakuan tidak baik atau bully oleh temannya sejak mulai Sekolah Menegah Pertamanya itu, tetapi Tata selalu bisa menutupi itu dari orang tuanya. Tidak pernah ada panggilan orang tua dari pihak sekolah terkait tingkah laku yang buruk ataupun perlakuan temannya kepadanya. Seolah tertutupi itu semua alasan utama tentu saja "beasiswa" dirinya. Jangan sampai tercabut karena orang tuanya tidak akan mampu membayar SPP sekolahnya itu. Termasuk golongan kelas atas sekolah disana, hanya nasib baiknya Tata masuk disana jalur prestasi dan mendapatkan beasiswa.

Kelas 1, 2 dilewati dengan baik. Walau ada yang bully tapi tidak pernah sampai melakukan kekerasan fisik padanya. Tidak pernah terbayang bahwa dikelas 3 dirinya mendapatkan bully kembali lebih parahnya dengan tindakan kekerasan dirasakannya kini.

Sewaktu ada Ibunya, Tata tak pernah bercerita tentang buruknya perlakuan teman disekolahnya. Kini Ibunya sudah meninggalkannya untuk selamanya, Tata harus lebih kuat dan sabar menghadapi kejahatan teman sekelasnya itu.

"Tata...!" Suara teriakan Laras saat memanggilnya.

Tata baru saja duduk di bangku tempatnya biasa duduk, belum juga menarik nafasnya untuk merapihkan buku yang akan di kumpulkan saat pelajaran pertama.

"Mana PRku!" Pintanya kepada Tata.

"Ini" Tata memberikan buku PR Laras yang sudah Tata kerjakan semalam.

"Punyaku!" tanya bersamaan Puji dan Sinta teman segeng Laras.

"Ini"jawab Tata.

"Lama ih"sebal Sinta mengambil bukunya dengan menarik tangan Tata yang memegangnya.

"Isss..."suara menahan sakit saat tertarik tangannya tadi, tubuhnya tertarik juga dada yang sudah mengenai meja depannya itu.

"Sabar,Ta"tepuk Susan disamping Tata.

"Ya mau bagaimana lgi?"Tata tak berharap akan bisa dijawab temannya itu.

"Mentang mentang anak cucu pemilik sekolah ini, jadi bertingkah seenaknya begini sama kamu Ta." sebal sudah Susan melihat temannya selalu diperlakukan begitu.

"Biarlah, San" pasrah Tata.

Pak Bayu sudah masuk dikelas, membuat semuanya diam tanpa suara. Guru killer itu paling tak bisa ada suara saat mengajar. Siapa yang membuat gaduh pasti akan dikeluarkan dari kelasnya. Untung Tata tidak pernah merasakannya, menahan dan diam apa yang didapatnya dikelas hanya demi beasiswanya.

Dengan damai pelajaran MTK Pak Bayu lancar dan damai berjalan.

Kring

Tanda jam istirahat tiba, "Sini kau" saat ada didalam kelas suara Laras ke Tata. Hanya diam dan mendekat ke arah suara perintah itu.

"Pesankan kita bakso level 5 3 mangkok, 1 ga pakai kecap , 1 ga pakai saos, 1 ga pakai bawang. Es jeruk manis 1, es teh manis 1, jus jeruk 1. Kerupuk 3, 1 putih, 2 coklat. Air mineral 1 ga pake es, baksonya cuma pake sayuran. Nih duitnya" Sinta ngoceh pesanannya dengan memberikan uang selembar 100ribuan.

"Ga pake lama. Paham!" perintah Puji.

"10 menit" Kini Laras.

Ngacir dan berlari ke kantin sekolahnya itu, tak ingin terjadi hal buruk nanti. Tapi tidak sesuai dengan harapannya itu, saat berlari Tata tidak melihat dengan benar.

Bruk

"Ah..."suara teriakan Lana.

"Kau" saat Lana berbicara Tata sudah kabur ke kantin takut waktunya terbuang sia sia, pikirnya.

"Ah, sudahlah" pasrah Lana.

Padahal Tata ingin meminta maaf tadi, tapi di urungkannya karena memang benar benar takut akan Laras. Pasti ia tau akan terjadi hal tidak baik jika tidak tepat waktu. Mengalah memilih waktu lain untuk menyelesaikan permintaan maafnya itu kepada Lana teman beda kelasnya.

Untung saja Tata tepat 10 menit sudah kembali membawa pesanannya tadi.

"Bagus, tepat"ucap Susan.

Tapi tidak dengan Laras, Laras langsung mengguyur bakso berisikan penuh itu ke depan. Tubuh depan Tata sudah basah dengan kuah bakso milik Laras.

"BODOH!" Marah Laras.

Yang ada dikelas pasti melihat itu, lagi lagi tak berani membela atau membantu Tata, semuanya takut dengan Laras. Predikat wanita KEJAM dan suka perintah semaunya sudah pasti tahu yang sekolah disana.Si*lnya Tata ikut terkena bully itu.

"INI SALAH!" TERIAK Laras.

Bakso miliknya tidak salah isi hanya terdapat sedikit mie karena menempel saat tukang bakso memasukkan pesanan tadi. Tata tidak melihat itu, "ap*s" batin Tata.

Melihat Tata hanya diam saja, marah Laras bukan mereda tapi semakin jadi.

Bug

Bruk

Jatuh sudah Tata di lantai karena ditendang Laras, dikelas memang hanya 3 orang disana. Sekali lagi tak ada yang berani bicara atau menolongnya.

Tata menahan tangis sekuat hatinya, "ingat Ta, beasiswa"batinnya itu untuk menguatkan dirinya.

"DASAR GA BEC*S" Susan.

"KERJAIN TUH YANG BENER, TA" Suara bentakan Puji.

"Awas kau ya..." Laras pergi begitu saja dengan gengnya, makan tadipun ditinggalkannya begitu saja.

Tata sebenarnya pas suara bel suara istirahat ingin ke makan bekal yang sudah ia bawa di tasnya. Belum sempat untuk menyantapnya malah terjadi disuruh dulu oleh geng Laras.

Hendak bangun Tata sudah di bantu oleh teman sebangkunya yang baru datang ke kelas setelah di kantin makan.

"Ya ampun, Ta. Kamu bisa begini" membantu Tata menuju toilet disekolah untuk mengganti baju yang basah. Tata selalu bawa baju 2 mengingat sering terjadi bully padanya, supaya bisa belajar kembali. Bukan berarti Tata menginginkannya di bully, sudah cukup kebaikan Susan yang selalu membelikannya seragam. Baik nya Susan tidak pernah bisa di ganti oleh uang, hanya berusaha menjaga untuk tidak menyusahkan Susan lagi.

"Kamu tuh harusnya balas sekali sekali,Ta..."tak terima temannya terima atas perlakuan Laras.

"Bisa aja, San" pelan Tata.

"Trus" tanya Susan tanpa sadar ujung ujungnya pasti tidak aka bisa komentar lagi.

"Beasiswa pasti langsung di cabut"sambil tertawa tingkah 2 anak remaja beda kasta.

"Kan udah pernah dibilang, aku hanya karena beruntung bisa sekolah disini" ucap lirih Tata.

"Udah ah... Jangan dilanjutin. Ga asik" malas Susan selalu saja Tata merendahkan diri sendiri.

Gelak tawa kedua membuat setiap orang melihatnya pasti akan ikut tersenyum.

Ditariknya tangan Tata yang akan masuk ke dalam kelas, sesangkan Susan sudah lebih dulu masuk. Puji membawanya gudang yang dibelakang sekolahnya itu. Tanpa bisa melawan Puji lebih tinggi dari Tata, sesampainya di sana.

"Ku lihat masih bisa ketawa ya,Ta." Laras mulai Marah.

"Karena kau sangat suka ketawa akan tindakanku padamu maka." Menjeda ucapan Laras hingga Puji dan Sinta menampar pipi kanan dan kiri Tata.

Plak

Plak

Menahan rasa pedih dan sakit yang dirasa Tata, hanya berusaha menahan dan diam.

Plak

Plak

Lagi suara tamparan terdengar didalam gudang itu.

Plak

Plak

Entah sudah berapa tamparan yang dilayangkan untuk Tata oleh mereka bertiga. Melewati jam pelajaran untuk membully Tata, sangat senang akan perbuatannya itu.

Tak ada tahu, apalagi ada yang membantu dirinya. Jam pelajaran masih berjalan membuat suasana hening dan kosong di sekolah.

Tanpa ada yang menyadari aksinya itu membuat Tata sudah lemas dan muka yang merah tak berdaya menahan itu semua. Dada yang ditendang saja masih ada, sudah di tambah dengan muka lebam saat ini.

...****************...

Hi semuanya...

Apakah ada yang bantu Tata?

Bantu like dan koment

😘

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!