Putusan

Setelah menjenguk ayahnya, Tata lebih banyak diam.

"Ta," sapa Lana saat di jam istirahat ditempat mereka.

"Ta," panggil Lana kembali, tapi Tata masih berdiam seakan sedang bermain dengan pemikirannya.

"Hey," Lana yang akhirnya mengejutkannya.

"A!" Teriak Tata yang sangat terkejut dibuatnya.

"Bikin kaget aja," ucap Tata yang sengaja memajukan bibirnya.

"Lagian ya, kamu itu udah aku sapa pelan berulang kali tapi tidak jawab ya sudah jadinya aku kerjain kamu," ucap Lana yang tersenyum.

"Bohong kamu, Lan. Mana ada!" Elak Tata.

"Ih, dasar perempuan ga mau ngaku salah tau nya bener terus," oceh Lana.

"Kok', bawa nama perempuan lagi," ucap Tata.

"Terus, maunya apa?" Tanya Lana.

Tata terdiam dan bingung tidak bisa menjawab kali ini.

"Tuh kan bener diam kalo udah mentok," ejek Lana.

"Apa masih mau diteruskan? Apa bedanya kamu dengan yang lainnya jika begini," melo Tata.

"Cup, cup, cup, anak baik jangan nangis ya," ucap Lana seperti kepada anak bayi dengan tangan Lana memeluk Tata.

"Siapa yang mau nangis," ucap Tata.

Persahabatan mereka berdua berjalan sangat kompak dan benar saja tidak ada yang berani untuk membully nya. Bahkan Laras dan gengnya saja tidak berani menyuruh dan membully nya.

Sekolah juga baru selesai ujian akhir dan Tata sangat rajin belajar berharap bisa masuk sekolah dengan beasiswa lanjutannya.

"Ta, ini ada titipan dari pengacara," ucap Lana yang memberikan amplop kecil.

Tata membukanya dan dibaca secara rinci berita apa yang akan diterimanya. Sangat lama dirinya mencerna, sudah tiga bulan saat ayah nya berada dalam jeruji besi.

"Apa isinya, Ta?" Tanya Lana yang penasaran.

"Surat dari pengadilan, minggu depan sidang ayah," jawab Tata.

"Tidak usah takut, Ta. Ada pengacara dan aku disini," ucap Lana yang ingin menenagkan Tata.

*

Seminggu kemudian waktu yang di tunggu tunggu telah datang. Waktu persidangan ayahnya kali ini, membuat Tata takut dan hawatir.

Saat sudah di dalam ruang pengadilan, semuanya tampak hadir dan ada beberapa yang menonton jalannya persidangan ini.

Tata sebenarnya tidak tega melihat wajah ayahnya yang sudah mulai tirus padahal belum lama didalam sana, hanya kurum waktu kurang dari tiga bulan.

Tata hanya mengikuti sesuai arahan dari pengacaranya, dan benar saja ayahnya telah di jatuhkan hukuman selama 10 tahun di dalam warga binaan.

Sampai saat merek bertemu, "Tega, Ta. Kau dengan Ayahmu sendiri," bentak Ayah Bagus didepan Tata.

"Terbalik, Pak." Jawab Lana dari belakang. " Harusnya disini Bapak, jika benar anda orang tuanya. Tapi apa?" Lana tidak melanjutkan lagi ucapannya itu.

"Memberi apa kau, Ta. Sampai dia membelamu begitu bahkan sampai aku di sini?" Tanya Ayah Bagus yang tetap tidak mau mengakui kesalahannya.

"Sudahlah, Yah. Jaga diri baik baik," ucap Tata yang tidak ingin melanjutkan percakapan yang menurutnya itu salah.

"Jangan jangan, kau jadi pemuas nafsunya!" Tebak Ayah Bagus.

Plak!

Suara tamparan dari Tata ke wajah ayahnya, biarkan saja bila di kata anak durhaka. Sudah tidak peduli asal jangan menjelekkan Lana didepannya, karena sudah banyak budi yang di tanggungnya. Tidak akan mampu untuk membalasnya.

"Kau!" Bentak Ayah Bagus yang akan menampar anaknya. Tapi di urungkan oleh petugas yang membawanya.

"Jangan lakukan itu atau aku akan masukkan dalam sel dingin," ucap petugas disana.

"Huh!" Suara ayah Bagus yang melemparkan tangan disembarang arah.

Tata sudah menahan air matanya sejak tadi tapi sudah tidak bisa membendungnya lagi.

Tes!

Air mata keluar begitu saja dari matanya itu, sedangkan ayah Bagus sudah dibawa kembali kedalam sell yang merupakan tempatnya kini.

Lana yang langsung menggandeng Tata untuk menuju mobilnya, bukan Lana tidak menyadari itu. Tapi tidak disini, lebih baik cari tempat yang sesuai dengan hal ini.

Setelah mereka masuk kedalam mobil, dan mobil sudah berjalan sesuai dengan instruksi Lana yang akan menuju ke suatu tempat.

"Jangan menahannya," ucap Lana yang kini sudah memeluk Tata dalam dekapannya.

Huwa!

Huwa!

Tangisan Tata keluar begitu kencang sampai bisa terdengar ke depan, tidak peduli saat ini yang diinginkannya hanya menangis.

Entah apa rasanya kini, tidak ada orang tua lagi. Terlebih Tata lah yang memasukkan ayah kandungnya ke dalam sel.

"Sudah, jangan dipikirkan, ada aku dan keluargaku," ucap Lana yang tanpa disadari oleh Tata sudah mencium kening Tata.

Tata mengis sampai seguk segukan untuk meluapkan rasa sesak di hatinya. Tidak akan mudah langkah kedepannya, selama sepuluh tahun harus hidup bertiga. Bukan waktu yang singkat, ini sangat panjang.

Tata yang setelah menangis tidak sadar jika sudah tertidur dalam pukan Lana.

Lana membiarkan hal itu, rasanya kini senang bisa ada Tata disisinya. Entah rasa apa itu? Tidak bisa di jabarkan dan rasa itu baru ia alami. "Nanti aku akan coba bertanya pada Mommy," gumam dalam hati Lana.

Setelah mobil berjalan dengan biasa menuju ke arah tujuannya dalam beberapa menit menuju lokasi. Sudah sampai saat ini pantai.

"Ta," ucap Lana saat membangunkan Tata.

Tata mengeliat dan sedikit mendorongkan tubuhnya, tidak sadar jika hal itu membuat dirinya dan Lana menempel lebih dekat.

"Ta, sudah sampai," ucap Lana lagi yang sudah mulai gelisah, entah ada rasa sedikit dorongan untuk melalukan hal lebih pada Tata.

"Hah! Sudah sampai?" Tata terkejut dan langsung membuka matanya. "Maaf, Lan. Aku tertidur di sini," Tata yang menunjuk ke arah dadanya Lana.

"Tidak apa apa, Ta," ucap Lana dengan senyuman di bibirnya.

"Ayo kita turun," ajak Lana yang sudah membuka pintu samping.

"Ayo," jawab Tata.

Setelah mereka turun dari mobil Lana, berjalan menyusuri pinggir pantai hingga sudah sampai di bukit batu agak tinggi dan bisa di duduki seseorang di atas sana. Begitupun dengan Tata yang ingin duduk di atas sana.

"Ta, ayo naik sini!" Ajak Lana .

"Pegang tanganku," Lana yang mengulurkan tangannya kebawah.

"Hap!" Suara Lana yang menarik Tata.

Setelah diatas batu, mereka saling terdiam dengan perasaannya sendiri. Tidak ada yang memulai untuk bicara, menikmati suara deburan ombak yang menghantam batu, suara kicauan burung di atas laut seakan menjadi irama tersendiri yang tercipta secara alami.

"Ta!" Panggil seseorang dari bawah.

Tata yang menengok ke belakang dan terkejut dibuatnya. Sedangkan Lana di sampingnya sedang tiduran tidak mendengar atau menyadari bahwa disebelahnya sudah tidak ada. Setelah beberapa saat dirasa Lana terasa kosong di sampingnya barulah ia membuka matanya.

"Kenapa dia?" Tanya Lana pada dirinya sendiri.

Lana mencari Tata, ada apa dengannya. Kenapa tidak bilang mau pergi dari sana. Setelah cukup lama mencarinya barulah terlihat Tata ada di salah sati warung es kelapa muda. Lana kesana dan menghampiri Tata.

"Lan, kau disini juga?" ucap wanita itu disamping Tata.

...****************...

Hi semuanya.

Maaf ya baru up lagi, semoga bisa up setiap hari lagi.

Bantu like, vote, subscribe, komentar dan hadiahnya ya 😍😍😍😍

Love you 😘

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!