Satou jatuh dari atas langit tepat dihadapan sekumpulan wanita dengan baju pendeta yang diam mematung.
Salah satunya adalah wanita bernama Stella dan sisanya jelas dari kultus yang sama, adapun pemimpinya berdiri paling depan dengan tongkat cahaya di tangannya. Dia memiliki rambut putih sepinggul dengan pakaian yang serba menunjukkan kulit putihnya yang kontras dengan cahaya rembulan.
"Aku tidak tahu siapa kalian tapi lupakan apa yang kalian inginkan di kota ini dan kembali lah."
Si pemimpin membalas.
"Siapa dia, apa dia pesuruh Yuna?"
"Siapapun itu dia harus cukup lolicon untuk bisa mendekatinya."
Dan mereka tertawa.
Stella menyela.
"Aku sempat melihatnya datang bersama Yuna aku rasa dia mungkin semacam pengawal atau sebagainya."
"Siapapun itu mari kita kalahkan agar kita bisa menguasai kota ini."
Menguasai adalah perkataan yang tidak cocok dikatakan dari orang-orang suci ini. Ketika mereka bersiap menyerang satu kata 'Berlutut' telah menghentikan perlawanan dari siapapun yang ada di sini.
"Katakan namamu? Dan tujuanmu?"
Si pemimpin langsung membalas meskipun dia enggan untuk membuka mulutnya.
"Aku Visel, Arc Priest dari kultus Haqua. Kami datang kemari untuk menyekap pemimpin kota dan bernegosiasi agar kami bisa tinggal di sini juga."
Satou tidak benar-benar mengenal siapa pemimpin kota ini yang jelas dia tahu orang yang mungkin melakukanya adalah lolicon sejati.
"Kenapa kalian melakukan itu?"
"Kota kami telah dijadikan sebagai lokasi perang antar tiga ras karenanya kami perlu tempat yang lebih baik untuk tetap hidup."
"Jadi kalian memilih kota Vines."
"Aku tidak ingin mengakuinya tapi kota ini begitu kuat karena dilindungi semacam pelindung, meski ada yang menyerang kota ini akan tetap aman."
Dilihat darimanapun kemungkinan besar kultus Haqua tidak memiliki koneksi apapun terhadap kerajaan Vermilion.
Satou menanyakan lebih banyak perihal masalah mereka dan Visel menjelaskan.
"Kami mendukung ratu kerajaan Vermilion atau lebih tepatnya beliau adalah salah satu dari kami sebelum raja menikahinya, ketika ia wafat dan difitnah sebagai orang yang melahirkan gadis bencana kami mulai diusir ke kota-kota pinggiran dan diasingkan."
"Semuanya jadi masuk akal, aku bersama nona dari yang kalian maksud maka dari itu aku memiliki alasan untuk membantu kalian, tapi dengan cara berbeda."
"Tapi bagaimana kami percaya padamu?"
"Aku sebenarnya tidak peduli dengan orang-orang di sini atau kalian, karena ini menyangkut orang yang aku layani maka aku tidak memiliki pilihan lainnya untuk membantu."
"Hanya karena itu, padahal Anda sekuat ini."
"Lupakan saja, pergilah dari sini, kalian bisa datang kembali besok pagi untuk aku perkenalkan dengan nona."
Mereka berdiri dan pergi begitu saja dengan kebingungan.
"Kenapa dengannya? Apa kita bisa mempercayainya nona?"
"Aku tidak tahu, yang jelas jika kita tidak menurutinya dia pasti akan membunuh kita."
"Eh benarkah? Aku pikir dia akan mengambil kesempatan untuk menyentuh Anda."
"Tunggu sebentar, kenapa aku seperti akan dijadikan objek pelecehan."
"Aku tidak ingin mengatakannya tapi jika ada 100 pria di depan Anda, semuanya pasti akan tergoda."
"Membayangkannya terlalu menakutkan."
Seperti yang dikatakan oleh Satou, pagi berikutnya Visel dan Stella telah dikejutkan oleh keberadaan Emily di depannya yang dikawal oleh Victoria juga.
"Tuan putri?"
"Aku senang kalian baik-baik saja, tapi mulai sekarang namaku Emily tolong panggil aku demikian."
"Baik."
"Seperti yang dikatakan Satou kalian ingin memiliki wilayah sendiri di kota ini, aku hanya berusaha untuk membantu kalian saat negosiasi nanti jadi berjuanglah."
"Mungkinkah?"
"Nona Yuna dan pemilik kota telah menunggu, mari bicarakan semuanya di sana," sela Victoria.
Visel merasa apa mereka bisa berbicara baik-baik dengannya mengingat dua kultus yang selama ini bermusuhan sangatlah mustahil untuk saling memahami.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 178 Episodes
Comments