"A-apa yang telah kau lakukan?"
"Aku meminta dia mati dan dia mati."
"Jangan bercanda, itu tidak masuk akal."
Dua diantara mereka jatuh begitu saja saat Satou meminta mereka mati juga. Ketika mereka semua kebingungan Satou terus memberikan intimidasinya lebih lanjut.
"Yang tersisa silahkan saling membunuh dan yang menang bunuh diri."
Seperti apa yang dikatakan Satou empat diantara mereka saling bertarung satu sama lain, meski mereka menolak tubuh mereka bergerak sendiri dan selanjutnya masing-masing dari mereka mengeluarkan pisau untuk melukai satu sama lain.
Putri kepala desa memucat saat satu persatu orang di hadapannya mati dengan tragis, dia mengeratkan tangan sekaligus mengatupkan mulutnya untuk tidak berteriak. Dia terus mengumpat dalam hati bahwa mereka layak mendapatkannya.
Mereka telah mengambil kebahagiaan darinya maka bukan hal salah jika mereka akan kehilangan juga sebagai balasan.
"Jangan bunuh aku, aku tidak ingin mati."
"Aku juga tidak ingin mati, kau keparat! Lepaskan trik kotormu ini, apa kau pikir ayahku akan membiarkan semua ini terjadi, mereka akan menyerang desa ini dan menghabisi semuanya... dialah hukum itu sendiri."
"Maka aku juga merupakan hukum juga."
Satou mendorong kacamatanya untuk memperhatikan bagaimana putra kepala desa lain telah menusuk pisaunya ke arah pemuda terakhir beberapa kali hingga dia tewas bersimbah darah. Selanjutnya dia bangun dengan wajah menangis dimana pisau di tangannya telah ia letakan di lehernya sendiri.
"Da-dasar iblis."
Srak.
Dalam sekejap darah menyembur ke udara dan semua orang tewas begitu saja.
"Kau sudah melihat semuanya jadi kini tinggalkan aku."
Putri kepala desa hanya membungkuk rendah sebelum berjalan pergi, ada berbagai perasaan yang tercampur darinya, entah itu takut, senang, lega ataupun berterima kasih, semua sulit untuk diungkapkan darinya, yang jelas kini ada pihak yang telah membalaskan dendamnya.
Yuna meminta beberapa orang untuk membantunya mengirim semua jasad ini kembali.
"Jangan takut aku akan ikut dengan kalian.. jika mereka berfikir akan membuat perhitungan, aku takutnya penduduk desa itu akan hancur tanpa sisa."
Yuna melirik ke arah Satao yang seperti biasa berusaha menjauhkan Emily yang mencoba dekat dengannya.
"Biarkan aku membacanya juga, aku sudah dewasa untuk membaca buku terlarang."
"Terlarang apanya, ini hanya buku biasa."
"Lalu kenapa tidak membiarkan aku melihatnya juga?"
"Aku tidak terlalu suka berbagi buku pada orang lain ketika aku membacanya."
"Pelit."
Yuna mendesah pelan dan berfikir jauh lebih baik jika dia segera pergi.
Besok paginya Satou telah diganggu oleh kerumunan orang-orang yang memohon padanya.
"Aku tidak suka ini."
Kepala desa berbicara sedikit takut, semenjak putrinya menjelaskan semua yang terjadi, orang-orang mulai berhati-hati untuk sebaik mungkin tidak menyingung sosok Satou.
"Maaf tuan, nona Yuna belum kembali dari desa itu.. kami sangat berterima kasih padanya tapi kami sekarang mulai merasa khawatir."
"Gadis itu melakukan hal yang tidak perlu, aku akan pergi menjemputnya tolong jaga Emily di sini."
"Aku ingin ikut."
"Sihirmu masih lemah nona, jika Anda bisa berkembang di masa depan nanti, aku berjanji akan mengizinkan Anda juga ikut terlibat."
"Kamu curang."
Emily mengembungkan pipinya cemberut, semenjak bersama Satou dia mulai sedikit manja meski demikian suatu hari dia juga ingin dilibatkan dalam hal-hal berbahaya seperti ini.
Satou menghilang dalam sekejap membuat semua orang terkejut. Dia menggunakan skill teleportasi yang hanya bisa memindahkan dirinya ke tempat yang sudah dia pernah kunjungi, setelah memastikan arah dia mulai berjalan sendirian.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 178 Episodes
Comments