Pagi berikutnya Satou dan Emily telah menunggu seseorang di luar kota, setelah menunggu 5 menitan seorang datang menghampiri, dia gadis kecil setinggi Emily dengan rambut putih panjang serta mengenakan pakaian sederhana yang lebih mengutamakan fungsi geraknya.
"Pagi kalian berdua, bukannya kalian datang terlalu awal."
"Bisa diasumsikan bahwa kau adalah pendeta dari kota Vines yang dimaksud," seperti biasa Satou merupakan orang yang tidak ramah.
"Benar, itulah aku.. meski aku terlihat seperti anak kecil umurku sudah 1.000 tahun jadi perlakuan aku seperti orang dewasa pada umumnya."
"Aku tidak keberatan."
Jika diperhatikan gadis kecil ini memiliki telinga runcing yang menandakan dia seorang elf, menurut buku yang dibaca Satou mereka bisa hidup ribuan tahun bahkan beberapa bisa mencapai keabadian.
Emily tampak kecewa karena berfikir ingin dekat dengan gadis imut ini, sayangnya seperti dia katakan dia lebih tua dari penampilannya.
"Owh, apa kamu ingin mengelusku.. aku tidak keberatan jika kamu mau melakukannya untuk kali ini saja."
"Bolehkah?"
"Tentu, namaku Yuna salah kenal kalian berdua."
Emily melompat ke arah Yuna untuk bisa mengelusnya beberapa saat sebelum menjaga jarak kembali.
Wajahnya menunjukkan puas.
"Kau juga boleh melakukannya kalau mau tuan Satou."
"Ogah."
"Ini pertama kalinya ada seseorang yang tidak ingin mengelus rambutku," mata putih Yuna bersinar namun jelas Satou tidak peduli, dibandingkan memikirkan yang tidak-tidak dia sedang memikirkan rute seperti apa yang harus dia ambil dalam perjalanan ini.
"Perlu dua Minggu untuk sampai kota Vines, mari ambil rute dari sini agar kita bisa menginap beberapa kali di desa yang kita lewati."
"Aku serahkan semuanya padamu, kamu memang cakap dalam hal-hal seperti ini." Yuna memuji.
"Aku sudah biasa."
Satou memimpin jalan di depan sementara kedua gadis mengikutinya tanpa komplain, setiap mereka bergerak akan ada monster gorila yang muncul dan hanya satu kali jentikan mereka mati begitu saja.
"Bagaimana cara kamu melakukannya?"
"Kenapa kau begitu ingin tahu."
"Lupakan saja, kau jelas tidak akan mengatakan apapun tentang kemampuanmu, lebih dari itu aku sedikit lapar bisakah kita berhenti untuk makan sesuatu."
Satou melirik ke arah Emily dan kelihatannya apa yang dikatakan Yuna mewakili keinginan Emily juga, mereka menghabiskan waktu istirahat di dekat pohon besar dengan pemandangan sungai mengalir di bawahnya.
Yuna dan Emily dengan senang memakan perbekalan yang hanya terdiri dari roti dan buah-buahan.
"Ngomong-ngomong aku sudah mendengar apa yang terjadi padamu, kau sedang diincar bukan? Lalu seperti apa orang-orang itu?"
Yuna meletakan apel yang hendak ia makan untuk menjawab.
"Mereka kemungkinan berasal dari organisasi yang menyembah dewa kegelapan, selama ini gereja kami mendistribusikan obat kutukan ke seluruh pelosok kerajaan karena itu mungkin mereka berfikir untuk menghancurkan kami agar rencana mereka tidak memiliki pengganggu lagi."
"Begitu."
"Kau tidak ingin mengetahui lebih lanjut?"
Satou berdeham sebagai tanda agar Emily yang menjawabnya, dia sudah berbicara banyak hal padanya memungkinkan tidak terlibat masalah di masa depan nanti.
"Kami hanya petualang, kami hanya akan melakukan tugas yang telah diberikan pada kami. Tentu itu juga termasuk jika kami mau menerimanya atau tidak, selain di luar itu kami tidak berkewajiban ikut masalah apapun."
"Kamu terdengar seperti sebuah buku sekarang."
"Eh? Benarkah."
"Itu bukan hal salah jadi pertahankan, aku pergi ke kota Anes karena bimbingan sang Dewi maka ini takdir kenapa aku bisa bertemu dengan kalian berdua juga."
Satou hanya berfikir lebih sedikit mereka tahu sedikit pula masalah yang mereka dapatkan, bukan hanya pendeta ini saja, Satou dan Emily juga masih memiliki masalahnya sendiri.
Mereka kembali melanjutkan perjalanan, setelah beberapa meter dari lokasi sebelumnya sebuah penyergapan terjadi.
Satou segera berdiri di depan keduanya untuk menutup puluhan panah yang mengincar mereka, ada sebuah bayangan tengkorak raksasa yang muncul di belakang Satou yang bertugas sebagai pelindung untuk menutup semua celah.
Kerangkanya yang kuat menahan setiap panah termasuk berbagai macam sihir yang coba menembusnya.
Bola api mengincar dari atas dan tengkorak itu segera menangkisnya dengan tangan hingga terjadi ledakan yang mampu memotong lengannya, walaupun putus tangan tengkorak itu kembali meregenerasi seolah tidak terjadi apapun. Ketiga matanya bersinar dan dari tangannya sebuah busur dari bayangan tercipta, dia melesatkan panah ke tempat-tempat dimana serangan muncul, satu panah menciptakan ledakan berdiameter 10 meter dan menerbangkan material tanah ke udara.
"Apa-apaan ini?" salah satu orang terlihat terkejut dengan apa yang terjadi.
Penyergapan sendiri terdiri dari 100 orang namun sekarang semuanya kewalahan.
Pria itu hendak melarikan diri namun panah melesat melewatinya dan saat dia sadari tubuhnya telah terbelah dua bagian.
Dibandingkan pertarungan, ini jelas mirip seperti pembantaian sepihak.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 178 Episodes
Comments
Muhammad Ihsan
Susanoo?
2024-04-23
1