Beberapa menit sebelumnya dengan senang Yuna telah melangkah keluar pepohonan sembari membentangkan tangannya lebar-lebar, di atas bukit tinggi yang bercampur hembusan angin dia dengan bersemangat menunjuk ke arah kota Vines berada yang seuntuhnya bisa dilihat dengan baik dengan tembok tinggi mengelilinginya serta katedral mewah berdiri di tengahnya.
"Kalian berdua lebih bersemangat lagi, cepat lihat ini."
Satou tidak benar-benar peduli hal itu, sementara Emily dia hanya cukup lelah karena terlalu menghabiskan banyak tenaga.
Kota sendiri memiliki sebuah pulau di tengahnya yang dikelilingi danau luas dimana katedral itu berada.
Jelas itu kota yang memanfaatkan kanal-kanalnya sebagai daya tarik bagi turis. Ada patung diletakkan di berbagai sudut kota juga membuat Yuna jauh lebih percaya diri lagi.
"Kami memuja dewi Iris, kami tidak lupa membuat patungnya di setiap sudut."
Satou bisa melihat bagaimana patung itu dibuat dengan baik.
"Ngomong-ngomong apa kultus kalian semuanya Loli?"
"Pengamatan bagus Satou, aku tidak ingin sombong tapi kami kultus yang banyak digemari oleh lolicon.. yah kultus dewi Iris tidak menerima laki-laki jadi aku tidak membiarkanmu masuk."
Satou pikir dia tidak tertarik, tapi saat dia melihat seorang pendeta lain menerobos kota ia bertanya.
Skill penglihatan jauhnya bisa memperhatikan semuanya secara menyeluruh.
"Ada pendeta dengan baju hitam di sana dan juga bergaya Onee-san apa dia juga kultusmu?"
"Tentu saja tidak, seharusnya itu kultus dari dewi Haqua, kota kami tidak memiliki Dewi lain di dalam sana, tunggu! Jangan bilang."
"Sepertinya tebakanmu benar."
"Kami sedikit bermusuhan tapi untuk mengingat mereka berbuat onar pertama kali, tidak akan aku biarkan."
Dan begitulah Yuna berlari ke arah kota sebelum dia terdiam karena kelelahan.
"Aku sudah tidak kuat lagi."
"Salahmu sendiri."
"Yuna terlalu bersemangat," ucap Emily demikian walaupun bersemangat di sini lebih ke arah negatif tentunya.
Mereka memasuki kota hingga akhirnya sebuah pertengkaran terjadi di depan mata mereka yang melibatkan dua anggota kultus berbeda dan satu orang wanita yang terlihat kebingungan, ketika dia berbalik untuk memperhatikan Satou dan yang lainnya ia memucat.
Emily yang lebih dulu menyebut namanya.
"Nona Victoria."
Dipanggil namanya dia sedikit terkejut, dia berfikir sudah waktunya untuk mati? Namun Satou terlihat tidak peduli.
"Dia kesatria waktu itu, tapi kenapa dia mengenakan pakaian biasa?"
"Ugh, soal itu aku tidak berniat melakukan hal tidak-tidak setelah itu... aku sudah keluar dari kesatria karena itulah aku tidak ada urusan lagi dengan kalian semua, jadi jangan ganggu aku."
Satou membayangkan situasi yang menimpa Victoria lalu menghela nafas panjang.
"Jadi seperti itu, apa boleh buat."
Hanya Emily yang tidak mengerti apa maksudnya.
"Satou pasti membuatmu takut, Satou minta maaflah... bukannya ini salahmu."
"Aku tidak tahu dimana letak kesalahanku."
Melihat Victoria yang gemetaran sudah cukup membuat Emily merasa bersalah, terlepas dari itu tidak ada siapapun yang peduli dengan dua pendeta wanita yang kini telah tarik menarik pakaian, bahkan orang-orang yang lewat tidak peduli juga.
Entah itu merupakan pemandangan biasa atau tidak ingin terlibat masalah, dunia ini terlalu cuek.
"Nona Arc Priest, Anda sudah kembali. saya senang."
"Selia kah... sepertinya kamu kurang mencengkeram di sana, lebih permalukan lagi lawanmu."
"Baik."
Dia tidak datang untuk melerai, pikir Satou dalam hati.
"Semakin banyak orang di sini, sebaiknya aku lari saja."
Loli jelas pemenangnya.
"Lain kali aku akan kembali membawa yang lainnya hingga kota Vines ini bisa dimasuki kultus kami juga."
"Kota besar tidak pantas untuk kalian."
Pertengkaran selesai begitu saja, meninggalkan perasaan tidak nyaman untuk pendatang seperti Satou dan Victoria, atau lebih tepatnya Victoria ingin melarikan diri namun Satou sudah menghentikannya.
"Sebelumnya kau cukup menjanjikan sebagai kesatria, bagaimana jika kau juga ikut dengan kami sebagai pelayan Nona."
"Ugh, Satou sepertinya kau terlalu memaksa."
"Aku tidak memaksanya hanya saja dia tidak punya pilihan lagi."
Victoria merasa dia hanya akan dimanfaatkan untuk melawan kerajaan yang sebelumnya dia layani, meski begitu dia merasa bisa memastikan Reinhard tidak akan dibunuh olehnya membuat Victoria merasa itu bukanlah ide buruk.
Omong kosong dengan kerajaan Vermilion yang penting adikku selamat.
Dia segera menerimanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 178 Episodes
Comments