Emily menceritakan perihal misi khusus yang di dapatkannya saat kembali ke penginapan, Satou sendiri terlihat acuh tak acuh sembari memperhatikan buku di tangannya.
"Dengarkan aku kalau aku sedang ngomong," tuntut Emily dengan wajah cemberut.
"Aku mendengarkannya lagipula itu pasti misi sulit... bayarannya harus sama tingginya bukan."
"Satou ternyata mata duitan juga, atau mungkin semua uang yang kamu miliki sudah dihabiskan untuk membeli buku."
Emily menunjukkan wajah jahil sedangkan Satou yang rahasianya sudah terkuak hanya bisa tersenyum pahit sebagai balasan.
"Sebaiknya nona segera mandi, apa harus aku memandikan Anda?"
"Aku sudah dewasa, aku bisa mandi sendirian.. jangan bilang Satou tertarik padaku?"
"Sayangnya tidak."
Emily mengembungkan pipinya sebelum berlari ke kamar mandi dengan cemberut, Satou ahli membuat seseorang kesal karena itulah Emily selalu kalah dalam hal-hal seperti ini.
Beberapa saat setelah Emily keluar dari kamar mandi, ia mengintip ke tempat dimana Satou berada dan melihatnya dia telah tertidur di meja.
Dengan malu-malu Emily hendak mengulurkan tangannya untuk mengelus rambutnya namun dia memilih untuk tidak melanjutkannya dan kembali menariknya.
Emily tahu terjadi sesuatu di dunia asal dimana Satou tinggal namun dia tidak berani bertanya, yang dia putuskan hanyalah meskipun jika seseorang menganggapnya sebagai monster dan bahkan seluruh dunia membencinya. Perasaan Emily tetaplah tidak berubah.
Dia ingin terus berada di dekat Satou dan terus menghabiskan harinya bersama seperti ini.
Saat dia diusir dia hanya hidup seorang diri dalam ketakutan, berkat Satou lah ia bisa keluar dari semua kesulitan tersebut.
Emily memilih menutupi Satou dengan selimut sebelum akhirnya dia membaringkan diri di tempat tidur selagi mengucapkan selamat malam pada Satou yang terlelap.
***
Dua Minggu sebelumnya Victoria telah sampai di istana dengan kondisi tubuh yang memprihatinkan, beberapa bawahannya memberikan usulan untuk dia segera dirawat namun dia memilih untuk meninggalkan hal itu menuju ruangan dimana tuannya berada.
Ketukan terdengar dari pintu.
"Nyonya, apa Anda di sini?"
"Victoria kah, masuklah."
"Terima kasih."
Yang dia temui adalah majikannya yang merupakan selir pertama dari raja Vermilion, Dia bernama Catrine L Mogan de Vermilion. Sudah menjadi informasi umum jika seseorang menikah dengan raja nama mereka akan digantikan dengan de Vermilion terlepas status sebelumnya yang mereka sandang.
Penampilan Catrine sendiri, dia memiliki rambut coklat panjang bergaya bor dengan gaun mewah berenda menutupi seluruh tubuhnya.
Dia kerap menjadi sebagai ahli strategi yang turut membantu saat perang saudara terjadi.
Terlepas dari penampilannya yang cantik dan awet muda dia juga dikatakan seorang selir yang cakap dalam mengendalikan urusan negara.
Selagi duduk di kursi, Catrine melihat Victoria dengan wajah prihatin.
"Ada apa denganmu, apa terjadi sesuatu?"
Victoria sedikit ragu untuk menjelaskannya namun beberapa saat dia akhirnya bisa membuka mulutnya. Ekpresi Catrine tidak berubah seolah dia sudah lama menyadarinya.
"Jadi kita terlambat."
Victoria memiliki wajah kebingungan sampai Catrine menjelaskan.
"Ramalan mengatakan bahwa gadis itu sebagai gadis bencana, bukannya sekarang hal itu terjadi. Dia memanggil seseorang yang tidak boleh berjalan di dunia ini."
Setelah diingatkan Victoria akhirnya menyadari hal itu, gadis bencana tidak selalu merujuk padanya karena itulah keberadaan Satou bisa dibilang sebagai bentuk dari keinginannya juga.
"Sekarang aku akan mengumumkan hal ini pada yang lainnya, kemungkinan para selir lain akan bekerja sama juga untuk membunuhnya."
Tangan Victoria gemetar.
"Bukannya akan lebih baik jika membiarkan mereka pergi saja."
"Mereka tetap menjadi ancaman kerajaan ini, aku yakin mereka hanya membual soal pergi dengan damai."
"Nyonya tolong jangan lakukan ini, aku tidak keberatan jika aku mati tapi jika membawa kerajaan dalam kehancuran aku takutnya akan banyak korban yang berjatuhan."
"Kau terlalu takut Victoria, mana kebanggaanmu sebagai kesatria Vermilion, apa kau pikir kita akan kalah hanya dengan mereka berdua, lupakan yang ingin kau katakan... kerajaan akan bersependapat sama denganku."
Victoria sudah kehilangan harga dirinya sebagai kesatria namun dia tidak cukup bodoh untuk kehilangan nyawa hanya untuk melawan pemuda itu.
Victoria berlutut setelah meletakan pedangnya di lantai.
"Apa maksudmu?"
"Orang itu mengerikan, aku berfikir keluar dari kesatria jika Anda turut mencoba melawannya."
"Kau benar-benar membuatku kecewa Victoria, ini juga akan berpengaruh pada status keluargamu loh."
"Saya akan menerimanya."
Pengunduran Victoria telah membawa kegaduhan lain pada seluruh penghuni istana tak terkecuali bagi kesatria sendiri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 178 Episodes
Comments