Pulang

Waktu cepat berlalu, Libur musim dingin tiba. Orang tua Yuki sudah menghubunginya meminta Yuki segera pulang agar dia bisa berlibur di kampung halamannya.

"Aku mengerti ibu, aku akan berangkat besok pagi" Yuki mematikan teleponnya dan meletakan handphonenya di meja.

Dimalam hari bersalju hari itu Yuki tengah meminum secangkir cokelat hangat di balkon apartemennya. Ia menatap salju kecil yang berjatuhan dihadapannya tiba-tiba suara seseorang memecahkan keheningan itu.

"Dingin, kau akan sakit jika berada diluar"

Yuki menoleh ke asal suara itu, terlihat Akio yang juga tengah berada di balkon kamarnya sambil menghisap rokok ditangannya.

"Paru-parumu akan cepat busuk jika kau terus menghisapnya" balas Yuki menopang pipi ditangannya.

"Lalu haruskah aku menghisap kamu saja?" Akio mematikan rokoknya dan melompati pembatas balkon menghampiri Yuki.

"Mengapa semakin hari kau semakin mirip om-om mesum sih. Ngomong-ngomong aku akan pulang ke rumah besok pagi mungkin aku akan kembali saat libur selesai" Menyeruput cokelat panasnya dengan santai.

"Begitu mendadak? Bagaimana dengan lomba basket ku? Kau tidak datang?" ekspresinya mendadak mati pipinya menggembung dan mulutnya cemberut.

Meremas pipi Akio yang menggembung "Ayolah! Kau kan populer pasti banyak wanita yang menonton mu menggantikan ku"

Menahan tangan Yuki "Tidak mau, tidak peduli aku hanya ingin kau" mengecup telapak tangan Yuki.

"Aku sudah berjanji pada ibuku, maaf aku janji akan menonton lain kali" mengelus pipi tirus Akio .

"Baiklah..pastikan untuk selalu mengirimiku pesan" Bibirnya mengerucut Akio menyenderkan kepalanya pada bahu Yuki.

*****

Esok harinya Yuki berangkat menggunakan Kereta cepat, ia memakai dress panjang berwarna coklat bermotif bunga putih kecil dengan outer tebal serta syal rajut yang melingkar dilehernya.Yuki juga mengurai rambut panjang dan lembutnya itu.

 Beruntung saat itu kereta tidak terlalu ramai sehingga Yuki dapat duduk menikmati perjalanannya dengan nyaman.

Sementara itu disisi lain belum sampai setengah hari Akio sudah mengirimi Yuki pesan terus menerus mengatakan bahwa ia merindukan Yuki namun belum ada balasan dari Yuki.

Bahkan sesaat sebelum pertandingannya Akio masih menyempatkan mengecek ponselnya berharap Yuki sudah membalas pesan darinya walaupun belum ada balasan sama sekali.

Pertandingan Akio sangat ramai penonton banyak dukungan dan pujian yang menghujaninya namun sepanjang pertandingan Akio hanya berekspresi datar dan nampak kesal memikirkan pesannya yang tak kunjung dibalas.

"Sial jangankan membalas, melihat pesanku saja belum! lagi ngapain sih?" Akio berdecak kesal sambil mengelap keringat ditubuhnya diruang ganti saat pertandingan telah selesai.

"Dia juga cuma bilang rumahnya di daerah Okayama dekat laut. Daerah itu kan ngga sempit bagaimana caraku menemukannya! Haruskah aku bertanya pada orang itu?" Lanjutnya memijat pelipisnya, pikirannya tertuju pada satu orang yang mungkin mengetahui alamat lengkap Yuki.

Beralih ke Yuki, setelah lama berada diperjalanan akhirnya ia sampai di stasiun Higashi Okayama yang merupakan titik pemberhentiannya.

Saat hendak menghidupkan ponsel gerakannya terhenti ketika seseorang memanggil namanya dan merangkul pundak Yuki dari belakang dengan akrab.

"Haru?! kau juga pulang?!" Yuki terkejut sekaligus bersemangat saat melihat bahwa ia adalah seseorang yang Yuki kenal.

"Yah ngga bisa dibilang pulang sih. Aku cuma ingin menemui mu" ia tersenyum lembut pada Yuki.

Dua orang itu berjalan beriringan sambil menceritakan kehidupan mereka yang sekarang. Gelak tawa juga menyertai dua orang yang tengah ber reuni itu.

Sesampainya di halte mereka pun turun bersama. Disana orang tua Yuki sudah menunggu kepulangan anaknya itu.

 Yuki berlari menghampiri orang tuanya dan memeluk mereka. Reuni hangat itu seakan mencairkan salju yang tengah berjatuhan disekelilingnya.

"Ya tuhan bukankah ini Haru? Bagaimana bisa kau sudah setinggi ini!" Ibu Yuki menghampiri Haru yang sedari tadi dibelakang Yuki.

"Hahaha kau tampak gagah! Mampirlah ke rumah dulu untuk makan malam!" Ayah Yuki memukul ringan punggung Haru sebagai sapaan.

"Baiklah bibi, paman, jika tidak merepotkan" Haru tersenyum manis menerima tawaran orang tua Yuki.

Saat perjalanan ke rumah, Yuki baru membuka ponselnya ia melihat spam chat Akio yang banyak dan belum sempat ia balas.

"Aduh bagaimana ini, aku lupa kalau tidak ada sinyal disini" Yuki memukul keningnya ia meninggikan ponselnya mengarahkannya ke kanan dan ke kiri guna untuk mencari sinyal.

Yuki juga lupa memberitahukan Akio bahwa di desanya sangat sulit mendapatkan sinyal jadi akan sulit juga untuk mereka berkomunikasi apalagi saat hari bersalju.

"Apa yang kau lakukan?" Haru melihat Yuki yang tidak bisa tenang memegang telepon genggamnya.

"Mencari sinyal. Ada seseorang yang harus aku hubungi" Yuki masih berusaha mencari sinyal bahkan melompat-lompat agar mencapai ketinggian.

Haru mengernyit ia menggapai ponsel Yuki dan membawanya "Percuma saja kan, disini ngga ada sinyal" ucapnya

"Aahh! Kembalikan!" Dia mengejar Haru yang membawa kabur ponselnya.

Yuki masih berusaha mencari sinyal agar dia bisa menghubungi Akio. Sedangkan Akio masih saja menatap layar ponselnya berharap Yuki segera membalas pesannya.

ROOM CHAT

...Yuki...

^^^*Apa gerbongnya sesak?* 10.39^^^

^^^*Aku merindukanmu* 10.40^^^

^^^*Beri tahu aku jika sudah sampai *11.00^^^

^^^*Pertandingan ku sebentar lagi dimulai* 11.29^^^

^^^*Sudah sampai?* 11.30^^^

^^^*Aku menang* 15.10^^^

Terpopuler

Comments

Birru

Birru

wkwk akio kayak cwek aja 😆🤣🤣sabar dong...

2024-05-31

1

Tanz>⁠.⁠<

Tanz>⁠.⁠<

panik gak, panik gak, panik lah masa enggak 🤣🤣

2024-05-08

1

Tanz>⁠.⁠<

Tanz>⁠.⁠<

haru, plz siapapun kamu, jangan suka sama Yuki ya, Yuki udah ada pawang nya /Smirk/

2024-05-08

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!